"Kehancuran kehidupan seseorang dapat membuatnya berubah menjadi down."~ Akash Abiyan ~
Setelah perceraian orang tuanya, Akash mulai kembali membenahi diri walau setengahnya ia masih kecewa dengan kenyataan hidupnya yang sekarang.Pemuda itu menjadi makin ambisius di sekolah. Akash benar-benar mengasah kemampuan bermain voli di lapangan setiap hari hingga saat perlombaan Nasional tiba, Akash berusaha menjadi pimpinan yang baik dan memiliki strategi untuk bisa mengalahkan lawan mereka.
Sepanjang pertandingan, Akash begitu serius begitu teman-temannya. Akash memang gila prestasi bukan untuk orang tuanya lagi, tetapi untuk dirinya sendiri. Akash ingin membuktikan kepada dunia kalau dirinya mampu bertahan di muka bumi ini menjadi manusia yang berguna.
"Hore kita menang!" seru Narendra antusias. Mereka semua bertos ria.
Usai pertandingan, Akash memilih menyingkir dari mereka. Semenjak saat itu, Akash mulai menjauh dari semua sahabatnya. Akash lebih sering menyendiri dan melamun.
"Akash ... lo mau sampai kapan kayak gini terus? Gue kangen banget celotehan lo, Kash," lirih Narendra. Ia sedih karena Akash telah berubah menjadi manusia yang begitu dingin dan acuh.
"Ren, luka ini masih belum sembuh. Gue belum bisa memulihkannya ...," lirih Akash.
"Tapi, semua teman-teman rindu lo yang dulu. Kash, ayo balik ceria lagi. Kita semua ada buat lo," tambah Narendra.
"Hm ... gue butuh waktu, Ren," sahutnya, kemudian meneguk air mineral dingin. Narendra menghela napas.
Setelah beberapa menit beristirahat, Akash dan tim volinya akan kembali bertanding dengan sekolah lainnya. Akash begitu berambisi timnya memenangkan kompetisi ini.
"Semangat. Lihat pergerakan lawan. Jangan sampai kita lengah," instruksi Akash kepada tim volinya. Mereka mengangguk.
Berbagai pertandingan tim Akash terus memenangkannya karena tim Akash memiliki kemampuan bermain voli cukup menguasai apalagi Akash.
Setelah beberapa hari melewati babak demi babak, akhirnya tim Akash berhasil meraih juara pertama pertandingan voli tingkat Nasional. Akash dan tim bangga akan prestasi itu.
"Kita menang, guys! Gue nggak nyangka banget!" pekik Rizal antusias.
Akash memang senang timnya menang, tetapi Akash tidak ada gairah merayakan kemenangan timnya itu.
"Kita nanti harus makan-makan, sih!" usul Narendra.
"Kalian aja. Gue capek," ujar Akash, kemudian tubuh pemuda itu ambruk di depan mereka. Narendra dan empat anggota tim membulatkan mata, melihat Akash tidak sadarkan diri. Memang Akash paling ekstra berlatih dibandingkan teman yang lain. Selain itu, Akash jarang makan dan beristirahat.
"Akash! Bawa dia ke ruangan kesehatan!" Mereka berlima bergegas membopong tubuh Akash ke ruangan kesehatan.
*****
"Makan, Kash. Lo nggak isi apa-apa seharian ini. Jangan nyiksa diri begini, lah," bujuk Narendra.
Akash hanya memandang kosong dengan lurus. Netranya begitu sayu, wajahnya pucat, tubuhnya sangat lemas.
"Akash ... ayo makan sedikit aja. Jangan seperti ini," bujuk Eghi. Akash tidak mendengarkan mereka.
"Kita harus apa biar lo semangat lagi, Kash?" tanya Rizal bingung.
Akash menggeleng. "Nggak ada yang bisa bikin gue semangat lagi. Semua udah hancur ...."
"Akash, kita di sini. Dunia lo belum hancur. Tadi kita menang, lo hebat sebagai ketua tim voli, Kash," sahut Narendra, menyanggah perkataan Akash.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...