PART 18 : Posisi Lelah

338 25 0
                                    


"Perkataan itu mempengaruhi diri seseorang."

~ Akash Abiyan ~


Selebaran undangan yang terdapat di tangan Akash, membuat mereka semua berkumpul dengan duduk bersila membentuk lingkaran.

"Jadi, kita ada undangan balapan sepeda dari geng sepeda Angkasa dalam rangka satu tahun geng mereka. Mereka mengadakan lomba beberapa anggota geng sepeda. Untuk itu, kita akan memenuhi undangannya. Di sini membutuhkan tiga orang anggota untuk mengikuti lomba tersebut. Dua cowok dan satu cewek," jelas Akash.

"BTW, lombanya kapan, Kash?" tanya Rizal.

"Di sini tertera tiga hari lagi, Zal. Lo mau ikut?" tanya Akash.

"Gini aja, lo, Rendra, sama Clemira sana yang ikut. Kalian, kan, inti," saran Eghi. Rizal mengangguk setuju.

"Ide yang bagus, Ghi," sahut Rizal, mendapatkan getokan kepala dari Narendra. Pemuda itu mendengkus sebal.

"Asal jeplak aja lo! Gue nggak mau!" ketus Narendra. Rizal terkekeh, kemudian menggetok balik kepala Narendra.

"Sialan main getok aja! Yang ngasih saran Eghi, dodol! Kenapa lo marahnya sama gue, hah?" marah Rizal.

"Kan, lo main nyahut aja, dodol! Kepala lo itu sebut-sebut nama gue! Lo aja sana!" saran Narendra. Rizal menggeleng.

"Heh, kaleng rombeng! Enak aja main tunjuk! Lo kan wakil, ya udah ikut aja!" sahut Rizal tidak terima.

Narendra berkacak pinggang, menatap tajam Rizal. "Jangan mentang-mentang gue wakil, main tunjuk aja, ya? Dasar gila!" umpat Narendra sangat kesal. Rizal mendengkus kesal.

"Apaan, sih, ngatain orang gila? Lo kali yang gila!" umpat balik Rizal kepada Narendra. Ia memutar bola matanya dengan malas.

Akash menatap tajam mereka. "Kalian ngerti nggak kalau ini rapat besar?" tanya Akash tajam. Saat ini Akash tidak ingin bercanda apa-apa.

"Kash ...," lirih Narendra.

"Ini rapat besar! Kalian malah asyik berdebat dan bertengkar! Sekali aja bisa diem? Gue emang gesrek, tapi untuk rapat seperti ini, nggak minat buat berantem. Udahlah, nanti lagi aja. Mood gue jelek. Mungkin gue capek," ujar Akash, membuat Rizal dan Narendra bungkam. Tak biasanya Akash seperti itu. Biasanya Akash akan ikut kompor dengan pertengkaran mereka. Eghi merasa Akash sedang ada masalah.

"Kalian duluan patroli. Gue nanti nyusul," sahut Akash, kemudian pemuda itu bergegas ke kamarnya. Ia mengunci kamarnya. Clemira terlihat cemas, mengetuk pintu kamar Akash.

"Uang Kas, lo kenapa?" tanya Clemira dari balik pintu.

"Pergi, Mir. Gue mau sendiri," sahutnya lirih.

Kenapa gue semarah ini? Mereka kan, emang gitu? Gue mungkin lagi sensitif aja.

"Uang Kas ... gue nggak bisa biarin lo sendirian. Gue tahu lo pasti ada masalah," ujar Clemira.

"Pergi ... gue capek ...."

Eghi, Rizal, dan Narendra menghampiri Clemira. Mereka tidak mengerti mengapa Akash semarah itu? Padahal Narendra dan Rizal memang biasanya berdebat.

"Akash kayak sensitif banget, ya?" pikir Narendra.

"Kayaknya nggak lagi pengen bercanda, Ren. Dari awa datang wajahnya kayak sedih gitu," sahut Rizal.

"Mir, udah. Jangan ganggu Akash dulu. Kayaknya dia lagi ada masalah. Biarin dia tenang. Kalau udah tenang, kita bicara lagi. Kalian berdua jangan debat dulu," tutur Eghi. Mereka mengangguk.

Topeng Pelarian [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang