"Setiap orang memiliki takdir yang berbeda.Setiap orang memiliki alurnya masing-masing.
Cara hidup yang berbeda.
Tuhan itu adil, jangan pernah merasa Tuhan itu tidak adil.
Ujian yang ada untuk menguatkan kita, bukan melemahkan kita.
Tanpa ujian, kita tak akan pernah kuat.
Pasti akan ada akhir yang indah dari semua yang sudah kita lewati."
~ Akash Abiyan ~
"Te-rima ka-sih Narendra, Mira, Eghi, dan Rizal udah terima gue sebagai sahabat ka-lian. Kalian selalu membuat gue bahagia dan melupakan masalah gue. Maaf kalau gue selama ini banyak salah sama kalian."
"Mira, aku sangat mencintaimu. Sampai diri ini udah nggak ada di sisimu, aku akan tetap mencintaimu. Terima kasih pernah menjadi kekasihku ...."
"Rendra, gue titip Cinta Lingkungan ke lo. Titip Mira juga. Cuma lo yang bisa gantiin gue ...."
"Semuanya ... Akash pamit ... selamat tinggal. Semoga kita bertemu di kemudian hari," lirihnya dengan napas yang tersendat-sendat. Akash merasakan oksigen makin menipis yang dirasakannya.
"Ban-tu A-akash ... tolong ...."
Semua menitikkan air mata. Mereka pikir Akash sadar untuk kembali hidup, tetapi pemuda itu tengah menghadapi sakaratul maut.
"Ahh ... waktuku tidak banyak la-gi ... tolong ...."
Dengan berat hati, Narendra mendekat ke wajah Akash. Ia akan menuntun Akash.
"Ikuti gue, Asyhaduallah Illahaillallah ...."
Akash memejamkan mata, kemudian kembali membuka mata. "Asyh-haduallah Illa-haillah ...."
"Waasyhaduanna Muhammaddarrasullah ...."
"Wa-asyh-haduanna Muhammad-darrasulullah ...."
Tak lama kemudian, tubuh Akash mengejang. Oksigen tak dapat terasa lagi olehnya. Perlahan kedua bola matanya menutup dengan sempurna bersamaan monitor menunjukkan garis lurus dan terdengar begitu nyaring.
Mereka panik. Dokter dan beberapa perawat menghampiri. Mereka bergegas menangani Akash.
Keluarga dan sahabat Akash menunggu di luar. Mereka semua menangis.
Dokter berusaha menekan sebuah alat pada dada Akash. Tubuhnya menaik, lalu meluruh. Sudah berkali-kali dicoba, detak jantung itu tidak kembali lagi. Rona wajahnya sudah menghilang, warna kulitnya agak membiru, tubuhnya terasa begitu dingin.
"Pasien sudah meninggal ... Innalilahi wa innailaihi roji'un. Kita beritahu keluarganya," ujar pria mengenakan jas berwarna putih, kemudian keluar dari ruangan. Pria itu menunduk lesu.
"Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien, tetapi takdir berkata lain. Akash Abiyan kematian pukul delapan malam," jelas dokter, membuat mereka kalut dalam kedukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...