"Risiko menjadi idola dikejar banyak wanita."
~ Akash Abiyan ~
Seorang pemuda mengenakan pakaian kokoh berwarna hitam tengah bersimpuh beralaskan sajadah.
"Ya Allah, hamba ikhlas sakit demi mereka bahagia. Semoga mereka selalu bahagia dan semoga pintu hati mereka kembali terbuka untuk hamba."
Usai melaksanakan salat malam. Pemuda itu melepaskan pakaian kokoh, kemudian mendudukkan diri di ranjang. Ia menatap memar-memar yang ada di tubuhnya. Bibirnya melengkung dengan sempurna.
"Ini tidak sebanyak sebelumnya. Tidak apa," gumamnya.
Ia mengambil sebuah kotak obat, kemudian mulai mengobati luka-luka yang ada di tubuhnya sambil melengkungkan bibirnya.
"Setidaknya Papa masih mau menyentuhku walau seperti ini," lirihnya.
Ia mengobati luka tanpa berteriak karena Akash menahan perihnya. Selesai mengobati luka, Akash menggunakan kaus lengan pendek berwarna hitam. Pemuda itu keluar dari kamar.
Sebelum subuh, seperti biasa Akash mulai menyapu. Dari lantai tiga sampai lantai pertama.
Setelah menyapu, Akash mengepel lantai dengan begitu semangat. Wajah kulit putih bersihnya begitu berseri-seri.
Setelah mengepel lantai, ia lanjut membersihkan halaman depan dan belakang yang cukup luas. Meski sudah lelah, Akash belum berhenti. Ia tidak akan berhenti jika belum selesai menuntaskan tugasnya.
Akash menyirami beberapa tanaman di halaman belakang. Bibir merah alami itu melengkung dengan sempurna. "Hai cantik. Tumbuh yang segar, ya," ujar Akash pada sebuah tanaman bunga mawar.
Tak lama kemudian, panggilan salat subuh terdengar, Akash bergegas kembali ke kamar untuk bersiap melaksanakan salat subuh berjamaah.
*****
Pemuda berkulit putih tengah berjalan, menelusuri koridor sekolah. Tiba-tiba para siswi berlari, mengejar pemuda itu.
"Ayang Akash!"
"Ayang!"
"Ayang Akash, sini!"
"Ayang Akash ganteng banget!"
"Ayang Akash mempesona!"
"Ayang Akash calon masa depan gue, ah!"
Langkah kaki panjang pemuda itu terhenti karena beberapa siswi menghadang perjalanannya. Akash menghela napas.
"Ada apa?" tanyanya dengan malas.
"Ayang Akash!" Tiba-tiba saja siswi mengenakan bando biru memeluk tubuh pemuda itu, membuat Akash membulatkan mata. Ia langsung mendorong siswi itu.
"Jangan main peluk! Dosa!" tegurnya.
"Ayang!" Tiba-tiba siswi berambut kucir dua merangkul pundak Akash. Akash langsung menepisnya.
"Jangan sentuh!" tekannya.
"Ayang Akash jangan galak-galak dong, sama Dara. Dara kan, sayang sama Ayang," ujarnya begitu manja. Akash bergidik ngeri, mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Novela Juvenil(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...