"Kita boleh berambisi demi apa yang kita inginkan, tetapi jangan sampai membuat kita jatuh karena ambisi itu."
~ Muhammad Narendra Antariksa ~
Menjelang hari olimpiade matematika, Akash lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan di rumah untuk belajar matematika. Ia menolak ajakan teman-temannya pergi ke kantin mau dipaksa seperti apa.
Setiap hari Akash hanya memiliki waktu tidur dua jam. Jam dua belas malam hingga jam dua pagi. Setelah itu akan melaksanakan salat malam, mengaji, bersih-bersih rumah dan kembali belajar hingga waktu subuh tiba.
Pemuda itu tidak pernah memedulikan kesehatannya. Yang ada dipikirannya sekarang harus bisa memenangkan kompetisi olimpiade matematika walau baru tingkat kota. Ia ingin menunjukkan kepada orang tuanya bahwa ia adalah anak yang berguna, bukan anak sampah.
"Kash, makan, yuk. Lo nggak capek apa belajar mulu," bujuk Narendra. Sudah berkali-kali pemuda itu membujuk Akash, tetapi pemuda itu tidak mau mendengarkan Narendra. Ia sangat fokus pada rumus-rumus di depannya.
"Duluan. Gue nggak lapar," sahut Akash dingin. Kalau sudah dingin pada temannya, artinya ia tidak ingin diganggu.
"Udah, duluan aja, Ren. Akash lagi fokus banget nanti marah kalau lo ganggu terus," ujar Eghi. Narendra mengangguk. Keempat sahabatnya pergi meninggalkan Akash ke kantin.
Deretan huruf, angka, dan rumus-rumus ia lahap habis dengan pikirannya. Ia begitu berambisi, menyiapkan dengan baik persiapan menghadapi olimpiade matematika.
*****
Pemuda mengenakan seragam putih abu-abu dengan dilapisi almamater berwarna kuning tanda perwakilan dari SMA Cakrawala sudah tiba di gedung sekolah menjadi perwakilan lomba olimpiade matematika se-kota.
Pemuda itu memasuki ruangan kelas, kemudian menempati sebuah bangku yang kosong. Sebelum memulai perlombaan, Akash berdoa terlebih dahulu. Ia berharap ambisinya berhasil mendapatkan juara pertama sehingga bisa lanjut ke tingkat yang berikutnya. Akash ingin bisa membanggakan orang tua, sahabat, dan sekolahnya.
Saat kertas soal dan lembar jawaban sudah dibagikan, Akash mulai mengisi biodata pada lembar jawaban. Usai mengisi biodata, pemuda itu mencermati lembar soal. Ia berpikir dengan serius.
Satu setengah jam berkutat dengan lima puluh soal olimpiade matematika tingkat kota akhirnya telah usai. Akash telah keluar dari ruangan tersebut. Ia berharap apa yang diusahakannya berhasil.
Beberapa jam kemudian ....
"Juara ketiga diraih oleh Ananda Raffy Akbarra dari SMA Insani. Juara kedua diraih oleh Ananda Mikha Kaylani dari SMA Merah Putih. Juara pertama, diraih oleh ...."
Akash memejamkan matanya. Ia berdoa semoga nama itu adalah dirinya. Ia ingin berprestasi untuk membanggakan kedua orang tuanya.
"Oleh Ananda ... Akash Abiyan dari SMA Cakrawala!" teriak seseorang yang berdiri di atas mimbar. Akash berbinar, kemudian pemuda itu bersujud syukur atas apa yang ia raih saat ini.
Terima kasih. Akash sangat bersyukur.
Para pemenang diminta maju ke depan untuk menerima hadiah berupa piala, piagam, dan uang. Akash maju dengan mengembangkan bibirnya begitu sempurna dan manis. Guru matematika yang menunjuk Akash sebagai perwakilan olimpiade matematika merekam Akash berjalan dan menerima hadiah, kemudian dikirim ke grup chat sekolah untuk memberitahukan kabar kemenangan Akash.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Ficção Adolescente(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...