"Setiap orang tua memiliki cara kasih sayang terhadap anaknya berbeda-beda sikap. Ada yang lembut, ada juga yang kasar. Jangan pernah membenci mereka karena merekalah kita bisa berpijak kaki di bumi ini. "
~ Akash Abiyan ~
Pertandingan voli sebentar lagi, selama satu Minggu ini Akash dan timnya terus berlatih. Selama satu Minggu Akash tidak pulang ke rumah karena ia ingin pikirannya fokus pada perlombaan. Jika Akash pulang, ia yakin orang tuanya akan kesal dan menghukum diri.
"Semangat untuk kita!" seru Akash dengan antusias.
"Ambil posisi. Lawan sudah di depan mata kita. Kita harus bisa mencetak poin untuk sekolah kita!" titah Akash. Pemuda itu dengan timnya mulai mengambil posisi.
Permainan voli dimulai. Akash melakukan servis ke arah daerah lawan. Tim lawan berhasil melakukan smash, membuat Eghi melakukan passing grade ke daerah lawan. Bola terus teroper, belum ada satu tim yang mencetak poin. Mereka terlalu kuat dalam bermain voli. Akhirnya satu pukulan smash dari Akash berhasil mencetak poin untuk timnya. Mereka berusaha lebih serius lagi.
Setelah menghabiskan banyak waktu, Tim sekolah SMA Cakrawala yang memenangkan pertandingan dengan sekolah SMA Candrawama. Mereka kembali tanding dengan tim lainnya, sekolah tingkat kota.
Bermain dengan beberapa tim, Akash dan timnya berhasil memenangkan semua pertandingannya. Mereka dinobatkan juara pertama pertandingan voli tingkat kota. Selanjutnya mereka akan bertanding tingkat provinsi di hari lain.
Karena kemenangan tim voli Akash, pemuda itu mengajak timnya makan-makan di restoran.
"Akash emang keren banget!" puji Narendra. Akash melengkungkan bibirnya.
"Bukan gue. Tapi, kalian semua keren," puji Akash kepada mereka.
"Kita pasti bisa sampai tembus internasional, kan?" ujar Rizal. Akash mengangguk.
"Pasti bisa jika.kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh," sahut Akash.
Usai makan-makan, Akash akan pulang ke rumahnya. Ia tahu pasti kedua orang tuanya sudah sangat kesal padanya, tetapi Akash sudah siap menerima konsekuensi dari papa dan mamanya. Asalkan mereka senang dan puas.
Di jam tujuh malam, Akash tiba di rumah mewah tiga tingkat. Kehadiran pemuda itu sudah disambut oleh dua sepasang mata tajam dari Ella dan Randy. Wajah mereka terlihat merah padam. Akash menundukkan wajahnya.
Randy berkacak pinggang. "Bagus! Satu Minggu menghilang baru pulang!" sindir Randy begitu menajam. Akash menggigit bibir bawahnya.
"Kurang ajar dia! Main tinggal pekerjaan rumah! Dasar anak durhaka!" marah Ella.
"Maafin Akash, Tuan, Nyonya ... Akash habis lomba voli," lirih Akash.
Randy mencengkeram leher putih pemuda itu dengan kuat. Wajah Akash memerah.
"KAMU INI BANYAK ALASAN MENGHINDARI HUKUMAN SAYA, AKASH ABIYAN! KITA AKAN HUKUM KAMU SAMPAI KAMU KAPOK!" teriak Randy naik oktaf. Akash sesak napas.
Randy membawa tubuh Akash dengan menarik tangannya, memasuki rumah besar. Tubuhnya didorong ke arah dinding bawah tangga. Dadanya menabrak dinding yang begitu keras. Tubuhnya pun jatuh di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...