"Dunia ini memang teka-teki yang sulit dan kita harus bisa memecahkan teka-teki tersebut."~ Rafka Arkana ~
Pukulan demi pukulan diterima oleh Akash setiap malam hari oleh Randy. Akash menerimanya asal papanya senang.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Pria itu berkacak pinggang, menatap tajam pemuda yang terkulai lemas di lantai.
"Tuan ... udah pu-as, be-lum?" tanyanya lirih.
"Saya menunggu malaikat maut mencabut nyawamu, Akash!" teriak pria itu.
Akash hanya menatap nanar wajah tajam papanya. Kedua netranya terpejam dengan rapat. Randy terkekeh, kemudian mencengkeram dagu Akash.
"Kapan kamu mati, sialan?" Pria itu bergegas meninggalkan kamar pemuda itu.
Akash kembali membuka mata. Ia beranjak dengan lemas, membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia membuka laci nakas, lalu mengambil sebuah kotak obat. Pemuda itu mulai mengobati luka tangan, kaki, dada, dan perutnya.
"Aduh, perih. Tahan, Akash," lirihnya.
Usai mengobati lukanya, Akash menduduki bangku di depan meja belajar. Ia mulai membaca buku. Akash ingin membuktikan bahwa dirinya bisa membanggakan kedua orang tuanya.
Sementara, seseorang membuka sedikit pintu kamar Akash. Ia melihat pemuda tengah bersungguh-sungguh belajar. Wanita mengenakan piyama berwarna merah muda menarik salah satu ujung bibirnya.
Prestasimu tidak akan bisa menggerakkan hati kami untuk menyayangimu karena yang saya inginkan kamu menghilang dari muka bumi ini, Akash.
Ia kembali menutup pintu kamar putranya, kemudian bergegas pergi ke kamarnya.
Sementara di sebuah ruangan kerja, seorang pria memijit pelipisnya. Seorang wanita mengenakan piyama berwarna putih memasuki ruang kerja suaminya, membawakan susu cokelat hangat. Suaminya memang berbeda. Begadang bukan minum kopi malah susu cokelat.
"Mas, kenapa? Kamu kayak gelisah gitu?" tanya Nandini.
"Sayang, aku kepikiran anak itu ...."
Nandini mengerutkan keningnya. "Anak itu siapa, Mas?" tanya Nandini.
"Anakku." Nandini mematung.
"Kenapa kamu memikirkannya?" tanya Nandini, kemudian menyentuh pundak suaminya.
"Aku merasa anakku masih hidup, Nandini. Kalau memang dia sudah meninggal, di mana makamnya?" tanya Rafka.
"Sudahlah, Mas. Jangan kamu pikirkan anak itu. Selama ini kamu tidak tinggal dengan anak itu. Sekarang pikirkan Mira saja, Mas. Walau dia bukan putri kandungmu," sahut Nandini.
"Nandini, rasa bersalah menyia-nyiakan anakku masih membekas walau aku tahu dia sudah nggak ada. Aku akan mencari di mana makamnya," ujar Rafka lirih. Nandini menggeleng.
![](https://img.wattpad.com/cover/301352437-288-k222738.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...