PART 15 : Kabur Dari Hukuman

324 32 0
                                    


"Jangan pernah benci dengan apa yang pernah orang tua kita lakukan kepada kita. Setiap orang tua memiliki alasan mengapa mereka melakukan semua itu."

~ Akash Abiyan ~

Beberapa hari kemudian, Akash sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Pemuda itu pulang dengan naik taksi karena teman-temannya masih sekolah. Ia tak tahu sepedanya kemana.

Lima belas menit kemudian, Akash telah sampai di depan rumah tingkat tiga. Ia memasuki rumah itu dengan tertatih. Keringat dingin mulai bercucuran ketika memijaki rumah tersebut.

Mereka jam segini paling masih di kantor. Tenang, Akash.

Ia mengambil kunci dari balik pot besar. Pemuda itu membuka kunci. Akash mulai memasuki rumah tersebut.

Langkah kakinya menuju dapur, melihat tumpukan piring begitu banyak. Akash mulai membersihkan tumpukan piring dan peralatan lainnya.

Usai membersihkan peralatan makan, ia menaiki anak tangga, menuju ke kamarnya. Pemuda itu duduk di tepi ranjang tidurnya.

"Mereka kalau pulang pasti marah besar," gumamnya.

Pemuda itu kembali keluar dari kamar. Ia pergi ke kamar mandi bawah. Dilihatnya beberapa pakaian menumpuk. Akash bergegas mencuci pakaian dengan sikat. Usai mencuci, Akash menjemurnya di rooftop. Walau baru sembuh, Akash tetap mengerjakan pekerjaan rumah supaya saat orang tuanya pulang tidak marah.

Setelah menjemur pakaian, pemuda itu mulai menyapu lantai, kemudian mengepel lantai, lanjut membersihkan halaman rumah.

"Gue ke markas dulu." Pemuda itu melangkah keluar dari rumah tingkat tiga, kemudian mencegat taksi.

Sesampai di rumah tingkat dua, Akash bergegas masuk ke dalam, kemudian menaiki tangga, menuju kamarnya. Akash membaringkan tubuhnya di ranjang, kemudian memejamkan matanya.

*****



"Akash! Udah pulang nggak bilang-bilang lo!" pekik Narendra kesal.

"Heh! Berisik lo! Nggak lihat apa Akash lagi tidur!" peringat Rizal.

"Udah! Apaan, sih, kalian! Biarin Akash tidur. Kalian nggak kasihan sama Akash?" tegur Clemira tajam. Gadis bersurai lurus itu duduk di tepi ranjang Akash.

"Akash kenapa nggak nunggu kita pulang sekolah aja?" tanya Eghi.

"Entahlah. Mungkin mau tidur," sahut Narendra.

Tiba-tiba Akash membuka matanya. Ia melihat teman-temannya sudah datang.

"Eh, udah dateng kalian," ujar Akash dengan suara serak.

"Hem, dicariin di rumah sakit tahunya malah molor di sini lo," cibir Narendra. Akash terkekeh.

"Maaf nggak ngabarin. Kan, dokter udah suruh gue pulang. Masa gue nginep," sahut Akash, membuat Narendra mendengkus kesal.

Clemira tertawa. Akash memang dari dulu selalu berkata yang aneh-aneh.

"Ya, kan, bisa nungguin kita dulu kali, Kash. Lo kesini naik apa?" tanya Narendra.

"Taksi. Tadi gue ke rumah bentar, terus kesini. Lagian gue naik apalagi kalau bukan taksi? Masa iya gue terbang!" celetuk Akash, membuat mereka semua tertawa.

"Heh, emangnya lo burung apa terbang segala! Manusia nggak punya sayap dodol!" sahut Rizal ngegas.

"Udah, ah, yang penting Akash udah sembuh. Sekarang istirahat aja, Kash. Kita nanti.mau keliling kayak biasa," saran Eghi.

Topeng Pelarian [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang