"Jika dalam surah Al-Isra ayat dua puluh tiga mengatakan bahwa berkata ah kepada orang tua tidak boleh, maka dari itu aku tidak akan pernah melawan orang tuaku. Aku akan berusaha membuat mereka senang meski aku harus menderita."
~ Akash Abiyan ~
Seorang pemuda perlahan mulai membuka matanya. Rasa pusing yang amat begitu menusuk kepalanya. Ia berusaha memijit kepalanya, berharap bisa menghilangkan rasa pusing yang menyakitkan.
"Alergi gue kambuh. Jadi gini. Tapi, nggak papa. Yang penting mama sama papa seneng," gumamnya.
Tiba-tiba ia merasakan mual, Akash bergegas bangkit dari lantai. Pemuda itu berlari, menuju kamar mandi. Ia memuntahkan isi perutnya ke dalam wastafel. Ini begitu menyiksanya.
Dirasa sudah tidak mual, Akash membersihkan bibirnya dengan air keran yang mengalir. Ia menatap dirinya pada kaca yang ada di atas wastafel. Bintik-bintik merah menghiasi wajah tampannya.
"Yah, kalau gini nggak bisa sekolah gue. Kangen nggak, ya, mereka?" gumamnya sambil terkekeh. Ia kembali duduk di tepi ranjang.
Pemuda itu membuka laci nakas, lalu mengambil obat alerginya. Ia bergegas menelan obat tersebut tanpa air. Ia malas hari turun ke bawah untuk ambil air. Membiarkan diri menelan kepahitan bersamaan kepahitan hidupnya menjadi anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.
Pemuda itu mengambil hodie berwarna hitam dari dalam lemari kayu, kemudian ia gunakan.
Hatcim!
Hidung mancungnya terlihat memerah karena akibat alerginya kambuh.
"Ini gue gatal banget, lemes, pusing, sesek, sakit perut. Mereka marah nggak, ya, kalau gue nggak sekolah?"
Pemuda itu melirik jam beker yang ada di atas nakas putih. Masih jam satu malam.
"Tidur dululah. Semoga nanti pagi kondisi gue udah membaik. Gue nggak mau mereka ngamuk kalau sampai gue nggak bisa sekolah karena alergi ini," gumamnya. Pemuda itu membaringkan tubuhnya di atas ranjang, kemudian menutup tubuhnya dengan selimut hingga dada. Kedua netranya terpejam dengan sempurna.
*****
Walau dalam keadaan sakit, Akash tetap menjadi pembantu dalam rumahnya sendiri. Jam enam pagi ia telah menghidangkan makanan di atas meja. Nasi goreng dengan seafood. Akash memang punya alergi, tetapi bukan alergi makanan laut. Alerginya jarang orang miliki.
"Udah selesai. Gue mau tidur lagi. Lemes banget," lirihnya. Saat Akash hendak naik ke tangga, kedua pasangan suami-istri sudah rapi dengan pakaian kantor turun ke bawah. Mereka menatap tajam Akash.
"Heh! Mau kemana kamu?" tanya Randy, papanya Akash.
"Akash mau istirahat, Tuan. Saya lemes," lirihnya.
Wanita di hadapannya menggeleng. "No! Nggak boleh! Kamu nggak boleh bolos sekolah!" tegas Ella.
"Tapi, Nyonya ... alergi saya kambuh. Saya mau istirahat."
Randy menggeleng. "Heh! Jangan ngebantah kalau dibilangin! Cepetan ke sekolah!" Akash mengangguk lemah.
"Iya, Tuan, Nyonya. Saya bersiap dulu," jawabnya, kemudian pemuda itu naik ke atas tangga, menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...