Taeyeon memasuki kamar Rio yang nampak gelap, dan pemuda itu hanya duduk melamun di depan jendela, hari sudah hampir malam, tapi si empu nya kamar seperti enggan untuk menyalakan penerang.
Cetak!
Akhirnya Taeyeon lah yang menyalakan nya, Rio tak terkejut, karena ia sudah mendengar suara nya saat masuk tadi.
"Appa dengar, papa menjemput mu pulang tadi ke sekolah" kata Taeyeon, tapi Rio masih diam, ia lalu duduk diatas ranjang sang keponakan yang sudah seperti anak sendiri itu.
"Aku benci rusa nakal itu, tapi saat dia mendapatkan masalah, sebagai hyung appa tak bisa mendiamkan nya, seperti saat masih junior high school dulu, dia nekat menyelinap keluar rumah tengah malam, demi menemui mama mu, lewat lubang angin di pintu dapur, tapi berujung nahas, ia terjebak, dan akhir nya appa lah yang harus menolong nya, karena jika ia ketahuan harabeoji, pasti akan di hajar, tapi demi Yoong, appa rela berkorban" cerita Taeyeon, Rio sedikit tersenyum mendengar cerita tentang sang ayah.
"Dia memang sangat merepotkan dengan segala kenakalan nya, itu karena dia anak bungsu, tapi bukan berarti selamanya papa mu seburuk itu, dia juga pernah membantu appa, seperti mengantar dan menunggui eomma saat melahirkan Jennie dulu, karena appa tidak di rumah, membantu appa mendapatkan investor baru saat pandemi kemarin, semua ada imbal balik nya, karena kita keluarga, sudah sepantas nya saling mendukung apa pun yang terjadi" Rio masih diam.
"Dan sekarang, ia kembali berada dalam sebuah kesulitan, antara memilih anak nya, atau wanita yang di cintai nya"
"Seorang laki-laki, tidak akan sanggup berdiri sendiri dengan kedua kaki nya, tanpa di topang oleh wanita yang dicintai nya, kamu tahu, ayah mu dulu bahkan harus mengunjungi psikiater pasca kematian mama mu, ia bahkan sangat putus asa, dan hampir tak bisa merawat mu, tapi tekad nya begitu kuat untuk membesarkan mu, hingga ia betah menyendiri selama tujuh belas tahun"
"Sampai akhir nya ia bertemu dengan gadis itu, appa bisa melihat, sebesar apa rasa cinta papa mu pada wanita itu, raut wajah nya sama, seperti saat ia bertemu Seohyun dua puluh tahun yang lalu" Taeyeon menghela nafas, Rio melirik Taeyeon.
"Tujuh belas tahun boy, tolong makhlumi kesalahan ayah mu, yang mungkin sedikit mengabaikan mu, demi wanita nya sekarang, karena ia terlalu bersemangat menemukan kembali cinta di hatinya, tapi percayalah, papa mu tidak seburuk itu, pilihan nya belum tentu baik, tapi juga belum tentu sebalik nya, beri kesempatan papa mu, untuk memperbaiki semua nya, appa yakin, dia juga pasti ingin kamu merasakan kasih sayang seorang mama meski bukan dari ibu kandung mu" Taeyeon pun kemudian berdiri, mengacak rambut sang keponakan sebelum keluar kamar.
Dan Yoong, ia tengah menemui Rose, gadis yang selama ini ia kejar, mereka memang akhir nya berkencan, tapi Rio tak merestui nya.
"Mianhae Rosie, ini adalah pilihan tersulit bagi ku, tapi Rio adalah harta ku satu-satu nya" lirih Yoong, sang gadis mulai terisak sambil menundukan wajah nya.
"Kamu bisa mengerti dengan keputusan ku kan?" Tanya Yoong lembut, gadis itu mengangguk meski dengan berat hati, dan setelah Yoong keluar dari apartemen nya, tangis Rose pun pecah, ia sudah terlanjur dalam mencintai ayah kandung Rio, murid nya di sekolah, tapi, semua harus berakhir karena terhalang restu anak Yoong satu-satu nya itu.
Rio turun dari kamar nya, menenteng ransel nya yang penuh, Tiffany, Taeyeon dan Jennie pun terkejut dibuat nya.
"Tae" kode Tiffany agar suami nya menoleh.
"Boy?" Tanya Taeyeon.
"Rio mau pulang"
"Tunggu sebentar ne, appa akan mengantar mu, appa siap-siap dulu" alasan Taeyeon, ia pun ke kamar nya untuk menghubungi Yoong.
"Benarkah hyung?"
"Iya, cepat jemput dia sekarang, sebelum dia berubah pikiran"
"Baik hyung, aku segera ke sana"
Yoong mematikan sambungan telpon nya, dan melajukan mobil nya menuju ke rumah sang hyung, dalam perjalanan pulang nya dari rumah sang mantan kekasih, Rose, Yoong sangat antusias untuk menjemput sang putra.
"Ayo boy" ajak Taeyeon, saat mereka bersiap, mobil Yong terdengar memasuki pekarangan rumah keluarga Kim.
"Siapa itu?" Taeyeon pura-pura tak tahu, ia mengintip dari balik tirai jendela.
"Papa mu" gumam nya tanpa menoleh pada Rio.
Tok. . . Tok. . . Tok. . .
Ceklek
Rio lah yang membuka kan pintu untuk sang ayah, yang langsung tersenyum lebar.
"Papa tahu kamu pasti akan pulang, itulah sebab nya kenapa papa disini, untuk menjemput mu" ujar Yoong terlihat baik-baik saja di hadapan Rio, si anak mengangguk.
"Eomma" pamit Rio, Tiffany tersenyum haru menatap keponakan nya itu.
"Hati-hati ne" pesan nya, Rio mengangguk.
"Jangan kembali lagi ke rumah ini" canda Jennie, Taeyeon tersenyum lucu dengan ucapan sang putri, ia mengangguk saat sang keponakan menatap nya.
"Huft" lega Taeyeon saat mobil Yoong sudah pergi dari rumah nya, ia senang Rio masih bisa ia nasehati, bukan pembangkang seperti Yoong dulu, yang kerap membuat tekanan dan gula darah sang ayah naik karena kenakalan nya.
"Rio sudah makan?" Tanya Yoong dalam perjalanan pulang, yang di tanya menggeleng.
"Mau makan apa? Kita makan di rumah saja ne? Biar papa yang masak untuk Rio" Yoong terus mengoceh untuk menyamarkan kehancuran hati nya, karena terpaksa harus putus dari Rose.
Tujuh belas tahun menduda membuat ia salah langkah dalam mendekati gadis pujaan nya, hingga sampai membuat Rio merasa diabaikan, itu lah awal retaknya hubungan Yoong dan sang putra, yang berakhir dengan putus nya jalinan cinta yang ia rajut dengan susah payah selama ini.
#TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/300147835-288-k593608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pumkin Head
Fanfictioncerita tentang permusuhan Rio, si pemuda badung, yang gemar bikin ulah, dengan gadis dingin dan galak, Krystal Jung, sudah menjadi hal biasa bagi murid di Gangnam Senior High School melihat pertengkaran Rio dan Krystal yang kerap terlibat percekcoka...