12. Restu Dari Rio

1K 181 26
                                    

Seperti nya Krystal kapok bermusuhan dengan Rio dan saling membalas dendam, ia tak lagi memulai perang semenjak kejadian kemarin, ia hanya akan menatap tajam jika kebetulan berpapasan dengan si pumkin head.

"Ku dengar Krystal dan Joseph putus" ujar Seulgi menatap gank musuh nya yang seperti tengah menghibur Krystal.

"Mungkin Joseph tak tahan dengan sikap Krystal yang seperti penyihir" balas Jisoo memancing tawa yang lain, yang di bicarakan tengah menatap sengit ke arah Rio, namja menyebalkan itu tengah bermain basket dengan Jisoo, Seulgi dan Jenno.

Krystal mematung, menatap musuh nya itu tengah memainkan si orange dengan peluh bercucuran, mendribel bola dengan tangan kanan nya sambil berusaha melewati hadangan Jenno.

Slap

Rio melompat sambil sedikit memutar tubuh nya untuk memasukan bola ke dalam keranjang.

Masuk

Suara tepuk tangan dan sorakan pun terdengar, dari murid-murid lain yang menonton nya, Rio terkejut, ia terkekeh malu, tak menyangka jika ternyata banyak yang menonton nya bermain bola basket, padahal ia dan gank nya hanya bermain untuk mengisi waktu istirahat mereka.

"Wow" gumam Joy

"Daebak" seru Yeri, Jennie tersenyum lebar kagum dan bangga pada sepupu nya itu, hanya Krystal yang terdiam, tapi ia kembali membayangkan wajah Rio kala meniup tangan nya tempo hari, wajah serius nya ternyata sangat rupawan, baru kali ini Krystal dan Rio saling bertatapan dengan wajah yang berdekatan.

Rio menginap di rumah sepupu nya, karena Yoong masih di Jepang, Tiffany lah yang menjemputnya ke sekolah, cuaca panas membuat Rio harus membuka baju nya, dan hanya memakai boxer nya saja, berbaring di kamar sambil bermain game online bersama gank nya, Rio pun lama-lama tertidur pulas.

Jennie memasuki rumah nya bersama para sahabatnya yang akan menonton serial terbaru di netflix, mereka membeli camilan dan minuman soda dingin.

"Jennie-ahh, jangan lupa ajak teman-teman mu makan dulu ne" interuksi sang eomma sedikit berteriak.

"Ne oemma" sahut sang putri.

"Ayo, simpan dulu camilan dan tas kalian di ruang tv, ajak Jennie, setelah itu ia membawa Krystal, Joy, dan Yeri ke dapur untuk makan siang bersama.

Dilantai atas, Rio mulai terusik dari tidurnya, karena gerah, ia pun terduduk, lalu dengan mata masih setengah terpejam, ia berjalan dengan gontai menuju ke dapur, tak ada obrolan di sana, karena para gadis sibuk dengan isi piring masing-masing, Krystal tertegun menatap Rio memasuki dapur tanpa mengenakan baju, dan hanya dengan celana boxer nya, rambut acak-acakan, wajah bantal dengan mata menyipit, ia meraih gelas di atas kulkas.

Dilantai atas, Rio mulai terusik dari tidurnya, karena gerah, ia pun terduduk, lalu dengan mata masih setengah terpejam, ia berjalan dengan gontai menuju ke dapur, tak ada obrolan di sana, karena para gadis sibuk dengan isi piring masing-masing, K...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak hanya Krystal yang terpaku pada pemandangan di hadapan mereka, tapi Joy dan Yeri pun ikut melongo melihat Rio menuang air dingin segelas penuh, lalu meminum nya sampai habis, gadis-gadis itu tak berkedip, otak mereka rasa nya beku.

"Damn" batin Krystal tertegun, Jennie melirik sahabatnya satu per satu, dan Rio kembali ke kamar nya, ia tak tahu jika di meja makan yang terletak di sudut ruangan, ada gadis-gadis yang dibuat nya terpesona, Yeri mengerjab menahan nafas.

"Pertunjukan apa itu?" Gumam Joy.

"Kamu berkencan dengan si pumkin head itu?" Selidik Krystal curiga pada Jennie yang malah terkikik lucu.

"No" jawab nya sambil menggeleng.

"Lalu bagaimana dia bisa berada di sini?" Krystak tak puas dengan jawaban Jennie.

"Dia sepupuku" jawab Jennie tanpa dosa.

"What?" Kaget ketiga nya tak percaya.

"Yoong uncle, papa nya Rio, adalah dongsaeng kandung appa, mereka hanya dua bersaudara" jelas Jennie, mereka masih kaget dengan penjelasan Jennie, yang tak mungkin berbohong.

Malam nya, Rio di jemput sang ayah yang baru pulang, dengan menaiki taksi, ia menyahut tas ransel nya.

"Appa, eomma, Rio pulang, di jemput papa" teriak nya berpamitan pada pasangan Taeny.

"Ne, hati-hati boy" seru Tiffany.

"Yak, dasar Pumkin Head!" Teriak Jennie kesal karena sebelum keluar dari rumah nya, Rio menyahut hotteok ditangan sang noona sambil terpingkal.

Setiba di rumah, Rio turun untuk makan malam, dia melihat sang ayah yang datang menghampiri nya sambil membawa kaos yang baru diambil di lemari pakaian.

"Boy, bisa tolong papa?" Tanya Yoong.

"Oh, ya pa" jawab Rio, ia membantu sang ayah membuka kemeja kerja nya, dan memakaikan kaos nya, tak lupa mengganti perban dan mengobati tangan sang ayah yang belum sembuh benar.

"Papa kapan kontrol ke dokter?" Tanya Rio sambil merekatkan plester di perban sang ayah.

"Lusa, untuk membuka jahitan di lengan papa" jawab Yoong.

"Papa belum bisa mengemudi sendiri kan? Dan Rio juga tidak bisa mengantar, sebaiknya papa minta aunty Rose saja untuk mengantar ke rumah sakit" tutur Rio tanpa menatap sang ayah, karena masih sibuk dengan plester nya.

"Apa? Papa tidak salah dengar kan?" Kaget Yoong tak percaya, takut ia salah dengan ucapan Rio.

"Besok Rio akan memberi tahu aunty di sekolah" ulang Rio, dalam hati Yoong rasanya ingin bersorak, karena akhir nya ia mendapatkan restu dari sang putra.

"Gumawo boy" Yoong mengecup kepala Rio dari samping.

Sang putra akhir nya luluh, karena tak tega melihat sang ayah yang repot sendiri, ia juga memikirkan kata-kata Yuri, jika Yoong masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari lawan jenis nya, Rio bukan nya tak tahu, sepandai apa pun Yoong menyembunyikan perasaannya, ia tak bisa membodohi Rio, yang meski terlihat cuek, tapi perhatian dengan sekitar nya.

#TBC

Dear Pumkin HeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang