35. Bonus

1.9K 195 60
                                    

"Daddy bangun, ayo cepat, Berlyn bisa terlambat nanti" sang putri telah berusia lima tahun, ia duduk di bangku pendidikan usia dini, sementara Junghwan sudah kelas tiga sekolah dasar.

"Iya iya daddy bangun" jawab Rio, ia lalu mandi dan bersiap untuk berangkat kerja bersama sang putri, Krystal pun juga telah siap, mereka sama-sama bekerja, Junghwan berangkat bersama Rose dan Yoong.

"Berlyn mau makan apa sayang?" Tanya sang mommy.

"Daddy mau makan apa?" Dia malah bertanya pada sang ayah.

"Daddy mau makan nasi" jawab Rio.

"Berlyn mau nasi momm" jawab nya membuat Krystal menggeleng, ia pun menyiapkan nasi untuk Rio dan Berlyn, sementara suami nya itu duduk sambil memakai dasi nya.

"Hyung" Junghwan datang menyapa Rio.

"Hi Junghwan" balas Rio, pria kecil itu memilih sarapan roti panggang renyah dari pada nasi, di susul Rose dan Yoong juga bersiap untuk sarapan.

Dan setelah nya, Rio mengantar Berlyn lebih dahulu, baru mengantar sang istri.

"Bye daddy, bye mommy"

"Hati-hati sayang"

"Jangan nakal ne" pesan kedua orang tua nya sebelum gadis kecil itu melompat turun dari mobil sang ayah.

"Sembilan bulan aku yang mengandung nya, tapi dia malah lebih mirip dengan mu, lebih manja pada mu, itu menyebalkan" keluh Krystal kesal, Rio terkekeh mendengar ucapan sang istri.

"Mungkin Berlyn takut kamu lelah, karena sudah seharian bekerja, jadi memilih untuk meminta apa-apa pada ku" hibur Rio, Yaa, Berlyn memang cenderung lebih dekat dengan sang ayah dari pada sang mommy.

Dan saat sepulang sekolah, Rio dan Krystal pun menjemput sang putri, tapi Berlyn dalam keadaan menangis, dan rambut nya acak-acakan, ia diantar salah satu guru nya menghampiri mobil sang ayah.

"Maaf tuan, Berlyn tadi bertengkar dengan murid kelas sebelah" jelas sang guru yang melihat wajah cemas Rio dan Krystal.

"Ne, gumawo miss" balas Rio yang langsung menggendong sang putri.

"Jae-Won jahat daddy, dia menarik paksa jepit rambut ku" adu Berlyn sambil terisak.

"Apa dia menginginkan jepit rambut mu?" Tanya Rio.

"Tidak, dia namja daddy" jawab sang putri, Krystal dan Rio pun saling bertatapan.

"Sudah jangan menangis lagi, Berlyn bisa membalas nya kalau dia sudah keterlaluan nanti" hibur Rio, ia mengusap air mata sang putri, lalu mendudukan nya di bangku belakang.

"Hey, kenapa cucu grandpa menangis?" Tanya Yoong yang melihat mata sembab Berlyn, gadis itu langsung berlari kecil menghampiri sang kakek.

"Ada yang nakal di sekolah grandpa, jepit rambut Berlyn diambil" adu nya manja.

"Wah berani sekali dia mengganggu cucu grandpa" Yoong ikut pura-pura kesal.

"Siapa nama nya Berlyn?" Tanya Junghwan yang ikut menyusul duduk di samping Yoong.

"Nama nya Jae-Won, uncle" adu nya pada Junghwan.

"Kalau uncle bertemu, biar uncle tegur dia" ujar Junghwan.

"Manja, like father like daugther" ejek Krystal pada sang suami.

"Siapa yang manja? Siapa dulu yang sering mengadu pada ku saat di kampus ada yang menggoda mu?" Ejek Rio mengikuti langkah sang istri memasuki kamar mereka.

"Siapa yang setiap tidur harus selalu minta di peluk sambil menyu. . ."

"Hey!" Rio langsung membungkam mulut sang istri dengan telapak tangan kanan nya.

"Kamu ingin Pamela di hukum atas perbuatan mu?" Ancam Rio, Krystal langsung terbelalak.

Di hari yang berbeda

Krystal sedang memeriksa tas sekolah sang putri, merautkan pensil yang sudah tak tajam lagi, tapi ia menemukan sebuah pensil asing yang bukan milik Berlyn, ia pun curiga.

"Berlyn" panggil nya pada sang putri, tapi tak ada jawaban, ia pun turun dan melihat Berlyn di pelukan sang ayah sambil menonton tv bersama Junghwan juga.

"Berlyn?" Panggil nya tegas.

"Ya momm" jawab sang putri tanpa menoleh.

"Lihat mommy ingin bicara" mendengar nada bicara sang mommy, Berlyn pun menatap takut pada sang ibu.

"Ini pensil siapa?" Tanya Krystal curiga.

"Eengg. . ." Berlyn tak bisa menjawab

"Berlyn mencuri?"

"Tidak momm" seru Berlyn

"Lalu?" Berlyn menatap sang ayah takut.

"Katakan jika memang Berlyn tidak mencuri" bujuk Rio, sambil mengusap rambut sang putri.

"Hajoon yang memberikan nya pada ku, karena pensil Berlyn patah tadi" jawab nya sendu, takut orang tua nya akan marah.

"Hajoon?" Ulang sang mommy, Berlyn mengangguk.

"Murid namja yang selalu memakai topi biru dan jam tangan anti air itu momm" jelas Berlyn mencoba mengingatkan sosok pria kecil teman sekelas pada sang mommy, Krystal lalu mengangguk paham.

"Baiklah, mommy ingat sekarang, besok kembalikan ne" pesan Krystal sebelum kembali ke kamar.

"Ne momm" patuh sang putri.

"Siapa Hajoon?" Tanya Rio lagi.

"Hajoon teman sekelas Berlyn dadd, dia baik meski jarang bicara, tidak seperti Jae-Won yang banyak bicara dan nakal" cerita Berlyn.

Setelah menidurkan sang putri, Rio pun menyusul Krystal ke kamar, dan sang istri sudah bersiap tidur, Rio ikut masuk ke dalam selimut.

"Aku pikir Hajoon dan Jae-Won seperti berlomba untuk mencari perhatian Berlyn dengan caranya masing-masing" ucap Krystal mengawali pillow talk nya dengan sang suami.

"Aku kira juga begitu" jawab nya sendu, sang istri menoleh, menatap serius pada suami nya yang nada suara nya berubah lirih.

"Aku takut dia akan melupakan ku nanti, dan tak lagi manja, karena sudah ada namja yang akan selalu ada untuk nya" cemas Rio.

"Oppa, itu masih lama, Berlyn masih lima tahun" hibur Krystal.

"Tapi waktu berlalu begitu cepat Soojung-ahh, rasa nya baru kemarin kita menikah, tapi apa? Kita bahkan sudah punya anak seusia Berlyn"

"Sudah jangan di pikirkan, yang penting Berlyn bahagia nanti dan bertemu dengan namja yang tepat" ucap Krystal.

"Ayo kita tidur" ajak nya, Rio lantas memutar tubuh nya menghadap sang istri dan membuka dua kancing teratas piyama yang dipakai Krystal, sang istri hanya pasrah saat Rio mulai mencari benda kenyal kesukaan nya itu untuk di kulum dan di mainkan.












T A M A T












Dear Pumkin HeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang