Selamat membaca
___________________Seorang pemuda menatap hamparan kerikil di bawahnya dengan mata yang mulai memburam, ia melirik punggung tangannya yang terluka ia meringis sesaat, saat rasa nyeri kembali ia rasakan.
Hembusan nafas lelah dembali terdengar pemuda tersebut mengangkat wajahnya, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan.
Dengan sekuat mungkin ia menahan rasa sakit yang luar biasa di bagian sudut bibir, walaupun sudah terbiasa akan tetapi tidak dapat di pungkiri jika rasanya memang sakit.
"Satu hari yang berat kembali aku jalani" gumamnya lesu.
Pemuda tersebut bernama Nathan Surya Wardana, dia anak bungsu dari lima bersaudara.
Ayah dan ibunya telah meninggal dunia dan ia hidup bersama dengan kakak-kakaknya, hidupnya juga cukup terjamin karena memang ia terlahir dari keluarga yang mampu.
Tak terasa langkahnya kini terhenti tepat di depan rumah mewah keluarga Wardana, rumah megah yang berisikan para laki-laki tampan.
"Hukuman apa lagi yang akan aku dapatkan" batinnya sembari menatap pintu utama Dengan tatapan sendu.
Pemuda tersebut kembali melanjutkan langkahnya dan mulai memasuki rumah, netranya menatap Azkar kakak tertuanya yang sedang sibuk dengan tumpukan berkas penting di ruang tamu.
Ia beralih menatap Zidan kakak keduanya tengah membereskan barang-barangnya yang berserakan di atas meja ruang tamu dan sofa.
"Baru pulang?" Suara dingin yang sudah familiar tersebut menyapa Indra pendengarnya.
Itu adalah suara Arthan, kakak ke empatnya atau lebih tepatnya sodara kembarnya.
Azkar dan Zidan beralih menatap adik bungsu mereka yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada.
"Kau berkelahi lagi?" Tanya Azkar dengan suara rendah namun sangat menakutkan bagi Nathan.
"Aku bisa je-"
Plak,
Nathan menoleh ke kanan bersamaan dengan mata terpejam, rasa panas nan perih kembali menjalar di setiap inci wajahnya yang sudah memar.
Padahal belum sempat ia memberikan penjelasan terapi sudah lebih dulu di serang, selalu seperti itu dan begitu.
"Harus berapa kali aku bilang? Ha! Jangan sok menjadi jagoan!" Bentak Zidan tepat di depan wajah Nathan, Zidan terlihat sangat marah ketika melihat wajah Nathan yang penuh dengan memar.
"Maaf ko" ucap Nathan sembari menunduk.
Bugh,
Tubuh Nathan langsung terpental dan terbaring di atas lantai yang dingin sesekali ia meringis saat merasakan sakit di setiap inci tubuhnya.
Serangan yang mendadak membuatnya terkejut dan tidak dapat menghindar.
"Dasar anak pembawa sial!" Ucap Azkar sembari menarik kerah seragam Sekolah Nathan.
Netra keduanya saling bertatapan beberapa saat, Nathan dapat melihat dengan jelas jika Azkar saat ini marah besar padanya.
Bugh,
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks For This Pain
Short Story"jika kalian adalah lambang luka, maka aku adalah orang pertama yang selalu menyukainya" Nathan Surya Wardana. _______ Murni imajinasi sendiri!