W

47 7 3
                                    

Selamat membaca________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
________________

Azkar menghembuskan nafas panjang sembari mengusap wajahnya kasar hatinya sendari tadi bergemuruh tidak Karuhun, pikiran buruk sendari tadi memenuhi kepalanya.

Arthan menoleh menatap Azkar yang nampak sangat kacau, Arthan menghela nafas gusar sebelum berjalan mendekati sang koko.

"Ko" panggil Arthan pelan.

Azkar hanya menoleh menatap Arthan yang menatapnya dengan tatapan sendu, manik mata Azkar beralih menatap kertas yang berada dalam genggaman tangan Arthan.

"Apa itu?" Tanya Azkar penasaran.

Arthan menyodorkan kertas tersebut, Azkar mengerutkan keningnya merasa bingung akan tetapi kertas tersebut langsung di ambil alih olehnya.

Arthan kembali menatap pintu IGD yang masih tertutup rapat Bahkan Gorden berwarna biru muda itu masih tertutup membuat hati Arthan semakin risau.

Mata tajam Azkar beredar membaca tulisan di atas kertas putih tersebut, rahangnya mengeras dan seketika kertas tersebut Langsung di remas hingga tidak berbentuk lagi.

Arthan menoleh menatap Azkar, ia sudah mengira jika Azkar akan bereaksi seperti ini, ia tau jika selama ini Azkar tidak sepenuhnya membenci Nathan.

Dan Arthan juga tau jika Azkar sangat-sangat menyayangi Nathan hanya saja Azkar tidak bisa mengendalikan egonya.

"Ko, kita harus Carikan donor jantung untuk Nathan" ucap Arthan pelan.

Azkar mendongak sembari memejamkan matanya menahan segala perasaan yang bercampur aduk menjadi satu, menyesal ya itulah yang Azkar rasakan ia menyesal telah melukai adik bungsunya, ia menyesal karena tidak pernah ada di saat adiknya membutuhkan bantuan, ia malah semakin memperburuk keadaan dengan cara menghajar adiknya terus-terusan.

Azkar mengacak rambutnya frustasi sembari menghela nafas panjang bersamaan dengan pintu IGD yang terbuka.
Azkar langsung menghampiri Zain yang sudah berdiri di depan pintu.

"Bagaimana keadaan Nathan?" Tanya Azkar to the poin.

"Tenangkan dirimu dulu" ucap Zain tenang.

"Bagaimana aku bisa tenang, sedangkan sekarang adik ku masih tergeletak tak berdaya seperti itu!" Sentak Azkar.

Arthan langsung menghampiri Azkar dan mengusap punggung laki-laki tersebut.

"Tenang ko, kita tunggu dulu penjelasan tentang keadaan Nathan" ucap Arthan dengan suara berat nan tenang.

Zain menghela nafas panjang sembari memijat pangkal hidungnya yang terasa sangat berat.

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang