V

42 7 3
                                    


Selamat membaca
________________

Mobil yang di kendarai Zidan melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang lumayan sepi karena hari mulai gelap dan hujan sendari tadi belum reda.

Angin berhembus kencang bahkan suara gemuruhnya kian terdengar kilatan petir juga tak ingin kalah muncul bersamaan dengan suara yang menggelegar.

Zidan memfokuskan diri pada jalanan yang licin, Azkar menatap lurus ke depan pikirannya sendari tadi berkecamuk tidak karuhan, Nathan mencengkeram kuat sabuk pengaman yang ia kenakan pikirannya melayang kemana-mana pikiran buruk sendari tadi memenuhi isi kepalanya.

"Pelan-pelan saja, Jangan terburu-buru" ucap Azkar sembari melirik Zidan.

"Aku sangat khawatir dengan keadaan Arthan" sahut Zidan tanpa repot-repot mengalihkan atensinya.

"Belok kiri" gumam Nathan saat melihat plang bertuliskan alamat yang di kirim Arthan tadi.

_______

"Kenapa mereka belum sampai di sini" gumam Arthan sembari mengacak rambutnya frustasi.

"Sabarlah sedikit" sahut Victor sembari berdiri.

Arthan menoleh menatap Victor begitupun sebaliknya.

"Kita jalan ke depan" ajak Victor.

Mereka berdua kembali berjalan di bawah guyuran hujan yang mengguyur mereka sendari tadi bahkan Hoodie yang mereka kenakan juga sudah basah kuyup.

Dor.

Langkah kaki Victor dan Arthan langsung terhenti saat mendengar suara tembakan dari arah belakang mereka.

Perlahan tetapi pasti tubuh Arthan berbalik ke belakang dan mata jernihnya bisa melihat kedua orang laki-laki yang mengenakan pakaian formal dengan tembak yang masih mengeluarkan asap yang masih mengarah padanya.

"Sial" batin Arthan.

Victor melirik Arthan sekilas dan tanpa basa-basi ia langsung menarik tangan Arthan sembari berlari menjauh dari orang tersebut.

Mereka berlarian menuju jalan yang terang tanpa menghiraukan teriakan dari orang tersebut.

________

Mobil yang di kendarai Zidan berhenti tepat di sebuah gang kecil yang sangat kumuh aroma tak sedap mulai memasuki Indra penciumannya membuatnya bergidik ngeri.

"Yang benar saja kenapa juga Arthan pergi ke tempat seperti ini" gumam Zidan kesal.

"Nathan kau diam saja di dalam mobil!" Sentak Azkar datar seperti biasa.

Namun entahlah malam ini Nathan sangat susah di bilangin, ia keluar dari mobil dan langsung berjalan memasuki gang sempit tersebut tanpa memperdulikan teriakan dari kedua kokonya .

Pikirannya sudah sangat berkecamuk tidak karuhan, kaki Nathan melangkah terus menerus hingga mata jernihnya bisa melihat kedua pemuda yang mengenakan Hoodie hitam berlarian ke arahnya.

Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan yang indah ia langsung berlari menghampiri kedua pemuda tersebut.

"Nathan! Akan ku hukum kau!" Teriak Zidan sembari berlari mengejar Nathan.

Kedua laki-laki tadi Masih terus mengejar Arthan dan Victor hingga jarak di antara mereka mulai terkikis.

Dor.
Dor.

Suara tersebut kembali terdengar, Nathan langsung berlarik dan memeluk tubuh Arthan yang sudah basah kuyup, sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan hatinya merasa tenang karena kembarannya Tersebut baik-baik saja.

"Kau baik-baik saja ko?" Tanya Nathan dengan suara rendah, nafasnya juga sudah tidak beraturan, wajahnya juga sudah sangat pucat karena udara malam yang cukup dingin.

"Apa yang kau lakukan?! " Sentak Arthan sembari meraih tangan Nathan yang terasa sangat dingin.

Nathan melepaskan pelukannya dan menatap wajah Arthan yang basah senyumannya sendari tadi tidak luntur dari wajah pucatnya.

Victor menatap lekat wajah Nathan yang terlihat sangat pucat, ia bingung padahal selama ini Arthan selalu berprilaku buruk kepadanya tapi kenapa ia masih sangat peduli kepada kembarannya Tersebut.

Mata jernih Nathan tak sengaja melihat kedua laki-laki tadi berdiri di belakang tubuh Arthan dengan pistol yang sudah mereka todongkan.

Zidan dan Azkar berhenti berlari dan mengatur nafas mereka yang masih  tersengal-sengal.

"Kau baik-baik saja art?" Tanya Azkar Dengan nada khawatir.

Nathan kembali memeluk tubuh Arthan dan langsung memutar posisi mereka, Arthan hanya terdiam sembari mengerutkan keningnya karena bingung dengan apa yang di lakukan Nathan.

Dor .

Mata tajamnya Azkar membulat seketika saat suara tersebut terdengar bersamaan dengan suara deshan pelan dari Nathan.

Arthan terdiam saat tubuh Nathan melemas tanganya bergerak mengusap punggung Nathan, matanya langsung membulat sempurna saat tangannya menyentuh cairan berwarna merah dengan aroma khas.

"Kau apakan adik ku sialan?!" Teriak Zidan sembari melempar sepatu yang ia kenakan.

Kedua laki-laki tersebut tertawa terbahak-bahak dan langsung berlari meninggalkan mereka.

Mata Victor membola Sempurna saat melihat darah segar yang keluar dari punggung Nathan, Victor langsung mengambil sesuatu di balik Hoodie yang ia kenakan.

"Kalian segera bawa Nathan ke rumah sakit" teriak Victor kepada Azkar dan Arthan.

Pemuda tersebut sudah berdiri sembari membawa sebuah belati kecil yang ia ayunkan di tangan.

Tubuh Nathan sudah sangat lemas dan dingin, Azkar segera mengangkat tubuh Nathan alah bridal style.

"Aku yang akan urus mereka" ucap Victor menyakinkan.

"Ku mohon bertahanlah" gumam Azkar sembari menatap sendu wajah Nathan yang berada di dadanya.

"Bawa Nathan pergi ko, biar aku yang bereskan mereka" ucap Zidan sembari menatap Azkar.













Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🌛

See you ♥️

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang