X

36 8 1
                                    

Selamat membaca_____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
_____________

Terlihat sebuah Mobil sport berwarna hitam melaju dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalanan yang sepi nan sunyi.

Kilatan cahaya tersebut sendari tadi muncul bersama dengan suara gemuruh yang semakin keras.

Seorang laki-laki tampan yang memiliki mata tajam sendari tadi terus menambah kecepatan laju kendaraannya tanpa memikirkan keselamatannya.

Angin berhembus semakin kencang bersamaan dengan hujan yang kembali mengguyur bumi tanpa permisi.

Tatapan mata tajam laki-laki tersebut mampu memporak-porandakan pertahanan musuhnya, tanpa laki-laki itu Sadari sudut matanya kembali meneteskan air mata .

"Maafkan koko" gumamnya sembari menggigit bibir bawahnya seranya menahan isakan yang hendak Lolos dari bibir tipisnya.

Mobil tersebut melaju semakin cepat, tanpa menghiraukan jalanan yang lumayan licin, laki-laki tersebut seakan sudah siap bertemu dengan sang pencipta.

Pandangan laki-laki tersebut semakin lama semakin memburam bayangan akan wajah manis adiknya terlintas jelas di pikirannya.

"Nat-han" gumam laki-laki tersebut sebelum kesadarannya menghilang.

.
.
.
Brakkk.

____________

Arthan menoleh menatap Azkar yang sudah tak sadarkan diri di dalam mobil ambulance, setelah mendapatkan telpon dari pihak kepolisian Arthan langsung bergegas menuju TKP.

Mata Arthan berkaca-kaca, dadanya naik turun tak karuhan karena ia masih sangat terkejut melihat banyaknya darah yang mengalir dari kepala sang Koko.

Kaki Arthan terasa sangat lemas namun sekuat mungkin ia berusaha untuk tetap terlihat kuat.

Butiran bening kembali menetes tanpa dapat Arthan cegah, Dengan sisa kekuatan yang ia punya ia berjalan mendekati ambulance, matanya sendari tadi tidak lepas dari wajah tegas Azkar.

"Bertahan ko, bertahan demi Nathan" gumam Arthan sembari tersenyum pilu.

"Koko!" Suara bariton tersebut mengalihkan perhatian seluruh warga yang mengelilingi lokasi kejadian.

Zidan mematung ketika melihat tubuh Azkar yang sudah di penuhi oleh darah, Zidan langsung berlari dan menghampiri ambulance tersebut.

Tanpa basa-basi Zidan langsung masuk ke dalam mobil ambulance dan menggenggam tangan Azkar yang sudah terasa sangat dingin.

"Apa yang kalian tunggu?! Cepat bawa Koko saya ke rumah sakit, sialan!" Teriak Zidan dengan wajah yang sudah memerah dan rahang mengeras sekuat mungkin Zidan menahan diri agar tidak emosi.

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang