J

49 7 1
                                    


Selamat membaca

Seorang pemuda manis dengan rambut sedikit panjang tersebut, terbaring seorang diri dalam kamar rawat yang bernuansa serba putih, perlahan tetapi pasti jemari lentiknya bergerak.

Pergerakan tangan tersebut langsung mencuri perhatian seorang pemuda yang baru saja memasuki kamar rawat inap tersebut.

"Vernon" mata Victor berbinar senyuman manis mengembang indah hatinya terasa lega.

Langkah lebarnya mengantarkannya mendekat pada breanker Vernon, sudah dua hari pemuda manis tersebut terbaring di atas breanker dan tidak sadarkan diri.

"Ver, kau baik-baik saja?" Tanya Victor sembari menggenggam tangan Vernon yang terbebas dari infus.

Tangan Vernon terasa sangat dingin, pemuda tersebut membuka mata dan menatap langit-langit ruangan, ia masih berharap semua itu hanya mimpi di malam hari dan akan hilang saat fajar menghampiri.

Victor menatap lekat wajah Vernon yang nampak pucat, pipinya mulai tirus, tatapan matanya sangat sayu, tubuhnya lemah tak bertenaga.

Air mata Vernon berhasil lolos tanpa dapat ia cegah, hatinya terasa sangat sakit ketika mengingat semua kejadian mengerikan malam itu.

"Ver, Jangan menangis" ucap Victor suaranya terdengar sangat lembut, tangannya terangkat dan mengusap sudut mata Vernon yang basah.

Victor tau ia salah, mungkin saja jika ia tahu lebih awal jika targetnya adalah orang tua Vernon mungkin ia tidak akan melakukan hal gila tersebut.

"Pergi" ucap Vernon sembari memejamkan matanya, suaranya terdengar sangat dingin.

Victor tertegun mendengarnya biasanya ia selalu mendengar suara ceria nan manja dari bibir mungil pemuda tersebut tapi kali ini beda suaranya terdengar sangat dingin dan penuh dengan kebencian.

"Aku bilang pergi brengsek!" Tekan Vernon sembari menyentak tangan Victor yang genggaman tangannya.

Victor tersentak saat Vernon seperti itu, ini adalah kali pertamanya ia mendapatkan perlakuan yang membuatnya terkejut dan sesak dalam waktu bersamaan walaupun ia terkenal kejam dan tidak berperasaan akan tetapi setiap kali pemuda manis tersebut seperti itu hatinya terasa sangat nyeri, seperti ada sesuatu yang menekanya.

"Kenapa kau tidak membunuhku sekalian" ucap Vernon sembari berbalik memunggungi Victor, suaranya terdengar serak menahan tangisnya.

"Maaf" satu kata, hanya itu yang selalu Victor ucapkan saat Vernon mengungkit masalah malam lalu.

Tubuh Vernon bergetar hebat suara isakan kembali terdengar dan Sudah dapat di pastikan jika saat ini pemuda tersebut kembali menangis, tangan Victor terkepal kuat dadanya terasa sangat sesak mendengar isakan pemuda manis tersebut.

Tangan kekar Victor terulur memeluk tubuh Vernon dari belakang dan menenggelamkan wajahnya pada leher Vernon, air matanya kembali menetes tanpa dapat ia cegah.

"Lepaskan aku" suara Vernon terdengar dingin seperti sebelumnya.

"Aku akan melepaskan pelukan ini, asalkan kau berhenti menangis" bisik Victor sembari mempererat pelukannya.

Walau sekuat apapun Vernon berontak tenaganya tidak sebanding dengan Victor, tubuh Vernon tidak memiliki tenaga.

"Aku mohon jangan menangis lagi, aku tidak sanggup mendengarnya ver" suara Victor terdengar serak.














Hai apa kabar?

Semua ini hanya karangan semata dan murni imajinasi saya sendiri!.

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🌛.

Up malam lagi 🌛🍑.

See you ♥️.

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang