O

52 5 4
                                    

Selamat membaca
____________________

"Awas!" Arthan langsung terbangun dari tidurnya dengan buliran keringat yang membasahi tubuhnya.

Jantungnya kembali berdetak lebih kencang dari biasanya, Arthan terduduk dan menghela nafas panjang.

"Ada apa ko?" Tanya Nathan yang terbangun dari tidurnya karena suara teriakan Arthan Barusan.

Arthan menoleh menatap Nathan yang juga menatapnya dengan tatapan bingung, sepertinya Arthan baru saja mengalami mimpi buruk dapat terlihat dari wajahnya yang nampak panik.

"Kau tidak apa?" Tanya Arthan sembari menangkup wajah Nathan, Nathan Merasa kan tangan Arthan sangat dingin.

"Aku baik-baik saja ko" sahut Nathan sembari tersenyum, tangannya terangkat dan menyentuh tangan Arthan yang masih menangkup wajahnya.

"Koko mimpi buruk ya?" Tanya Nathan sembari mengusap punggung tangan Arthan yang masih menangkup wajahnya.

Helaan nafas panjang terdengar, Arthan menarik kembali tangannya dan menunduk sembari memejamkan matanya hatinya kembali bergemuruh kala mengingat mimpi tersebut.

Entah dorongan dari mana ia kembali menegakkan tubuhnya dan Langsung menarik tangan Nathan dan mendekap erat tubuh Nathan yang terasa sangat hangat.

Nathan tertegum Arthan semakin mempererat pelukannya, Nathan kebingungan di buatnya tidak biasanya Arthan seperti ini padanya, apakah mimpi yang di alami oleh Arthan sangat mengerikan?.

Perlahan Nathan membalas pelukan tersebut kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan hatinya terasa menghangat ia tidak boleh melewatkan kesempatan ini jarang-jarang kokonya akan memberikan kehangatan seperti ini padanya.

_______________

Pagi-pagi sekali rumah Azkar telah di hebohkan dengan hilangnya si Nathan, padahal semalam pemuda tersebut Masih tertidur dengan baik di dalam kamarnya.

Arthan sendari tadi mondar-mandir di jendela balkon kamar Nathan yang pecah, padahal semalam masih baik-baik saja.

Sedangkan Zidan dan Azkar sibuk melacak keberadaan Nathan.

"Art, telfon lah teman Nathan, siapa tau Nathan ada di sana" ucap Azkar tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop, sedangkan Arthan menghela nafas panjang sembari menghampiri kedua kokonya tersebut.

"Jangan bilang kau tidak tau teman Nathan" ucap Zidan sembari menatap datar Arthan.

"Memangnya Koko tau? Bahkan Koko tidak tau tentang apa yang Nathan rasakan! Kalian terlalu sibuk dengan urusan kalian sendiri!" Sentak Arthan yang malah terbawa emosi.

"Kami bekerja untuk menghidupi kalian sialan!" Sahut Zidan tak kalah keras.

"Kalian berdua bisa diam tidak! Kalo tidak keluar!" Sentak Azkar seketika Arthan dan Zidan terdiam.

"Kita semua salah" lanjut Azkar dengan nada rendah.

Zidan dan Azkar kembali melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda karena perdebatan yang cukup memporak-porandakan mood mereka di pagi hari yang cerah ini.

Arthan sendari tadi masih berusaha untuk mencari tahu informasi tentang teman-teman Nathan dari sosmed Nathan, tetapi tidak ada satupun teman yang dapat ia hubungi bahkan sosmed Nathan hanya berisi foto masa kecilnya.

Drrtt
Drrtt

Suara deringan ponsel tersebut membuat ketiga sodara itu saling tatap, Arthan Langsung bergegas mencari keberadaan ponsel tersebut.

Arthan mengambil ponsel Nathan yang tergeletak di lantai pojok kanan kamar, ponsel tersebut terdapat retakan pada bagian layar, padahal kemarin ponsel tersebut masih baik-baik saja.

"Sial!" Umpat Arthan setelah membaca pesan tersebut yang di kirim oleh nomor yang tidak di kenal.

__________

"Bodoh! Dasar bocah dungu!" Pemuda tampan yang duduk bersimpuh di lantai dingin tersebut hanya diam dengan tatapan kosong.

"Kau sangat tidak berguna! Aku menyesal punya anak seperti mu!"

Air mata pemuda tersebut kembali menetes hatinya terasa sangat sakit kala mendengar kata-kata tersebut, kenapa ayahnya sangat enteng mengucapkan kata-kata tersebut?.

Brakk.

Pintu tertutup rapat angin kencang menerobos masuk ke dalam kamar pemuda Tersebut melalui pintu balkon yang sengaja ia buka.

"Tuan muda kau tidak apa?" Tanya pengawas kamar yang baru saja memasuki kamar tersebut.

"Aku tidak apa bi, aku ingin istirahat tinggal aku sendiri" ucapnya sembari berusaha untuk tersenyum walupun wajahnya terasa sangat ngilu.

"Aku tidak akan melakukan hal bodoh lagi, aku tidak mau kehilangan mereka" batin pemuda tersebut sembari memejamkan matanya rapat-rapat seranya menahan air mata yang berlomba-lomba untuk keluar membasahi wajah penuh lukanya.


















Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🌛

See you ♥️

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang