H

46 10 1
                                    

Selamat membaca
___________________

Zidan menatap tubuh Nathan yang masih mengeluarkan darah padahal ia sudah memberikan obat akan tetapi luka tersebut seolah tidak ingin terobati, hingga ia terpaksa harus memakaikannya perban.

Zidan menatap banyaknya tissue yang berhamburan di lantai dan setiap tissue tersebut terdapat darah Nathan.

Nathan Belum sadar sendari tadi, Zidan memakaikan perban pada luka cambukannya tadi seranya menahan darah yang akan keluar lagi, ia heran kenapa darah pemuda tersebut sangat sulit untuk di hentikan.

Ia tidak tau setiap kali ia memberikan cambukan pada pemuda tersebut, pemuda tersebut tidak pernah mengeluh Sama sekali akan tetapi pemuda tersebut akan terlihat sangat pucat di kemudian hari.

Dan hari ini Zidan tau jika setiap kali ia memberikan cambukan pada pemuda tersebut, pemuda tersebut akan kehilangan banyak darah, mungkin juga membuat pemuda tersebut kekurangan darah.

"Harusnya kau tidak pulang dengan luka" gumam Zidan sembari mengelap darah yang kembali mengalir dari bekas cambukannya tadi.

__________

Kedua mata sipit Tersebut  terbuka bersamaan dengan nafasnya yang menggemuru tak beraturan, keringat membasahi tubuhnya, helaan nafas panjang terdengar ia kembali bersandar pada pembatas balkon dan menatap langit malam yang tampak mendung.

Suara gemuruh juga terdengar angin berhembus kencang menerpa wajah Arthan yang berkeringat.

Setiap kali ia bermimpi ia pasti akan selalu seperti ini, lemas dan kehilangan semua tenaganya.

Setelah menghajar Nathan tadi, Arthan langsung berlari ke kamar dan menenangkan diri ke balkon kamarnya seperti biasa dan berakhir tertidur dengan posisi duduk.

"Koko" gumamnya sembari memejamkan matanya kembali.

Rintikan gerimis yang mulai menghantam bumi membuat Arthan berdecak kesal, ia segera beranjak dari tempatnya dan memasuki kamar, tak lupa ia juga menutup pintu balkon.

"Ck, kenapa habis sih" kesal Arthan Karena air minumnya sudah habis ia lupa mengisi saat di dapur tadi.

Dengan berat hati Arthan berjalan keluar dari kamar saat menutup pintu kamar, Arthan mengerutkan keningnya saat melihat keadaan rumahnya yang sepi seperti tiada penghuni.

Arthan langsung melangkah dan tak sengaja saat hendak menuruni tangga ia melihat pintu kamar Nathan yang masih tertutup rapat, apa pemuda tersebut baik-baik saja, apa lukanya Sudah terobati?.

Entah dorongan dari mana langkah Arthan teralihkan dan melangkah mendekati pintu kamar Nathan, Arthan memutar kenop pintu kamar Nathan dan menatap kamar tersebut kosong tiada penghuni.

Arthan memasuki kamar tersebut dan mengecek semua ruangan mulai dari kamar mandi dan balkon tetapi nihil tiada siapapun di dalam kamar tersebut.

Arthan Langsung berlari keluar dari kamar tersebut dan berjalan tergesa-gesa menuruni tangga dan tepat di anak tangga terakhir matanya melebar kala melihat bercak darah pada lantai.

"Ada apa art?" Suara Azkar terdengar Arthan Langsung mengalihkan atensinya dan tersenyum menatap kakak pertamanya yang bertanya.

"Koko sudah pulang?" Bukanya menjawab pertanyaan Azkar, Arthan malah kembali bertanya.

"Bukankah kau bisa melihat di mana Koko sekarang" Sahut Azkar sembari mengusap rambut Arthan.

"Ko, aku pamit pergi dulu" ucap Zidan sembari memakai jam tangan.

"Mau kemana lagi?" Tanya Arthan. Padahal ia belum melihat Zidan pulang dan Sekarang Sudah mau pergi lagi.

"Cari duit untuk menghidupi mu" sahut Zidan sembari melirik Arthan.

"Hati-hati di jalan, sebentar lagi akan turun hujan" ucap Azkar mengingatkan sebelum berlalu.

"Baiklah" sahut Zidan sembari tersenyum.

Setelah Azkar berlalu dari sana dan menyisakan Arthan dan Zidan, helaan nafas panjang terdengar Zidan mendekat pada Arthan dan membisikkan sesuatu kepada pemuda tersebut.

____________

Bruk.

Pintu kamar yang terbuka dengan kasar dan terkesan tidak sabaran tersebut membuat Nathan terkejut, Arthan menghampiri Nathan yang tergeletak di atas ranjang Zidan dengan tubuh penuh perban.

Tangannya terkepal kuat ia marah pada dirinya sendiri harusnya ia tidak menghajar Nathan, jika saja ia tidak menghajar Nathan mungkin saat ini pemuda tersebut masih baik-baik saja.

Arthan duduk di tepian ranjang Zidan, ia menatap lekat wajah Nathan yang nampak begitu pucat Bahkan bekas pukulannya tadi meninggalkan bekas kebiruan di wajah Nathan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Arthan.

Entahlah ia mendadak jadi bodoh dari sekian banyaknya pertanyaan kenapa ia harus mengajukan pertanyaan yang sangat bodoh dan tidak berbobot tersebut.

Nathan berusaha untuk tersenyum walaupun sudut bibirnya terasa sangat sakit.

"Aku baik-baik saja ko" ucapnya pelan sangat pelan.

Arthan beralih menatap makanan di atas nakas pasti itu Zidan yang sudah menyiapkan untuk Nathan.

Arthan meraih mangkuk tersebut dan menyodorkan sendok makan yang berisi Bubur pada Nathan.

"Buka mulutmu" titahnya.

Nathan membuka mulutnya dan menerima suapan pertama dari Arthan, Sudah lama ia tidak merasakan perhatian dari Arthan, tepatnya setelah kematian Alno, ia langsung di asing kan oleh para kokonya.

"Kau ini, kenapa makan seperti bocah" kesal Arthan sembari mengelap sudut bibir Nathan yang terkena noda makanan.

"Maaf" gumam Nathan.

Arthan menyuapi Nathan dengan sangat telaten hingga bubur dalam mangkuk tersebut habis tak bersisa, Arthan tersenyum menatap mangkuk kosong tersebut.

"Minumlah" Ucap Arthan sembari mengarahkan sedotan plastik pada bibir Nathan, karena Nathan sendari tadi tidak merubah posisinya ia tetap berbaring.

Setelah minum Nathan mendongak menatap langit-langit kamar Tidur Zidan yang begitu indah ada banyak jenis pelanet di sana persis seperti gambaran tata Surya nyata.

Nathan merasakan kasurnya bergerak dan benar saja saat Nathan menoleh ke kanan ia dapat melihat dengan jelas Arthan yang sibuk berbaring mencari posisi yang nyaman.

"Aish, kenapa kamar Koko begitu wangi" gerutu Arthan kesal ia segera bangkit dan mengambil pewangi ruangan tersebut dan membuangnya ke dalam tempat sampah.

Masa bodoh jika besok ia akan di marahi oleh Zidan karena jujur saja Arthan tidak menyukai wewangian ruangan seperti itu.

"Tidurlah, aku tahu tubuhmu terasa sakit semua" ucap Arthan sembari membaringkan tubuhnya di samping Nathan.

Walaupun nada bicaranya masih terdengar dingin, Nathan merasa sangat senang setidaknya Arthan masih peduli padanya.















Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🌛

Gimana buat part ini?.

See you 🍑

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang