Selamat membaca
___________________Azkar menatap sendu ke arah Nathan yang masih memejamkan mata, beberapa kabel penopong kehidupan menembel pada tubuh Nathan yang mulai kurus.
"Cepet sadar adiknya koko" gumam Azkar sembari mengusap punggung tangan Nathan.
Wajah yang biasanya selalu terlihat ceria kini pucat dan semakin kurus, Azkar mengusap punggung tangan Nathan bahkan tulang pada jemarinya terlihat jelas.
Samar-samar Bayangan perlakuan kasarnya kepada Nathan kembali lagi.
"Dasar anak pembawa sial!" Ucap Azkar sembari menarik kerah seragam Sekolah Nathan.
"Nathan anak yang kuat, Nathan kebahagiaan koko" gumam Azkar sembari mempererat genggaman tangannya pada tangan lemas Nathan yang terasa sedikit dingin.
Drrttt
Azkar mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas, ia melihat pesan teks dari sekertarisnya dan langsung berdiri sembari kembali memakai jas navy yang tadi sempat ia lepas.
"Koko pergi dulu ya" pamitnya pada Nathan.
Meskipun tidak ada sahutan dari Nathan, Azkar selalu berpamitan saat pergi meninggalkannya, sudah dua Minggu Nathan terbaring tidak sadarkan diri pasca operasi.
_______
"Ko kata dokter Zain keadaan Nathan membaik tapi kenapa Nathan belum sadarkan diri sampai sekarang?" Tanaya Arthan sembari menatap wajah masam Zidan yang sedang pusing memikirkan masalah perusahaan.
"Aku juga tidak tahu art, aku bukan dokter" sahut Zidan ketus.
"Koko kenapa si? Lagi pms?" Tanya Arthan sedikit kesal dengan sahutan Zidan.
"Art, pliss ngertiin koko, perusahaan sedang mengalami masalah dan kau kemari hanya untuk mengatakan itu? Tidak penting sama sekali nanti jika sudah waktunya tiba Nathan juga akan sadar sendiri" sahut Zidan tegas dan lugas.
Arthan langsung berdiri dan melangkah mendekati meja kerja Zidan, ia berdiri sembari menatap Tajam Zidan yang juga menatapnya.
"Kau terlalu sibuk bekerja sampai kau lupa dengan kewajiban mu sebagai seorang kakak!" Tekan Arthan.
Setelah mengatakan itu Arthan langsung melangkah keluar dari ruangan kerja Zidan, selama Azkar di rumah sakit Zidan lah yang mengurus perusahaan yang di pimpin oleh Azkar.
Barkk.
Zidan mengusap wajahnya kasar ia menatap jendela transparan yang memperlihatkan keindahan kota dari atas gedung perusahaan.
Zidan berdiri hendak melangkah keluar dari ruangan tersebut akan tetapi pergerakannya langsung terhenti saat benda pipih yang ada di sakunya bergetar.
"Iya ada apa ko?"
"Benarkah? Aku akan segera kesana" sahut Zidan bersemangat.
_____
Perlahan tetapi pasti manik mata Nathan terbuka dan pandangan yang pertama kali ia lihat adalah Langit-langit ruangan yang terang, aroma obat-obatan tercium jelas.
Nathan menoleh ke kanan saat merasa ada sesuatu yang menggenggam erat tangannya, seulas senyum terbit saat netra indahnya menatap wajah tampan kakak sulungnya.
Azkar merasakan pergerakan Nathan perlahan tetapi pasti ia membuka matanya dan netra mereka saling bertatapan hingga beberapa saat.
"Kau sudah bangun" ucap Azkar dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Nathan tersenyum sembari mengangguk singkat menanggapi ucapan kakaknya.
"Apa Masih ada yang sakit?" Tanya Azkar sembari mempererat genggaman tangannya.
"Tidak ada yang sakit ko" sahut Nathan sembari tersenyum.
"Karena ada Koko di sini jadi tidak ada yang bisa menyakiti ku" sambung Nathan.
Azkar tersenyum menanggapi ucapan Nathan ia berdiri seranya memencet bel akan tetapi belum sempat ia menyentuh tombol tersebut pintu ruangan telah terbuka.
Azkar menoleh dan langsung mendapati Zain yang tersenyum ramah kepadanya.
"Bagaimana tidur panjang mu Nath? Apakah menyenangkan?" Tanya dokter Zain sembari memeriksa keadaan Nathan.
"Iya, menyenangkan aku bertemu Papa, Mama dan koko" sahut Nathan sembari tersenyum menatap wajah Zain.
Azkar menunduk sembari menghela nafas berat kenapa Nathan terdengar lebih ringan berbicara dengan Zain daripada dengannya? Apa karena selama ini ia telah menyakitinya?.
__________
1 bulan kemudian.
Nathan tersenyum sembari menatap pemandangan di halaman belakang ia duduk di gazebo sembari menikmati susu hangat buatan Zidan.
"Mari makan" seru Zidan sembari menunjukkan senampan roti bakar buatannya.
Arthan langsung berlari menuju gazebo dan langsung mengambil posisi di samping Nathan, sedangkan Azkar hanya geleng-geleng kepala sembari berjalan menuju gazebo.
"Tumben Koko bikin banyak sekali" ucap Nathan sembari menatap Zidan yang duduk di hadapannya.
"Karena aku sangat menyukainya apakah kau lupa? Apakah operasi kemarin juga membuat mu amnesia?" Cecer Arthan sembari memegang roti bakar di tangan Kanannya.
"Ah iya aku lupa maaf ko" sahut Nathan sembari tersenyum kikuk.
"Nath makan lah, kenapa kau tidak makan?" Tanya Azkar sembari menatap wajah Nathan yang masih terlihat sangat tirus.
"Aku, emm"
"Sudah makan lah lagipula aku bikin sebanyak ini untuk kita makan bersama" sahut Zidan sembari menyuapkan sepotong roti bakar buatannya.
Nathan menerimanya dengan baik, sebuah lengkungan tercetak jelas pada wajah tampan Nathan.
"Bagaimana? Enak?"
"Masakan Koko emang gada tandingannya" seru Nathan sembari tersenyum.
"Tuhan terimakasih telah memberikan ku kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan ku di masalalu, aku akan menjaga adik-adik ku, aku akan menyayangi mereka hingga mereka tumbuh dewasa dan terbang bebas bersama dengan pilihannya, aku akan berusaha semaksimal mungkin, terimakasih untuk kesempatan kedua ini"
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks For This Pain
Short Story"jika kalian adalah lambang luka, maka aku adalah orang pertama yang selalu menyukainya" Nathan Surya Wardana. _______ Murni imajinasi sendiri!