R

60 5 0
                                    

Selamat membaca
___________________

Nathan menoleh ke kanan dan kiri menatap hamparan bunga-bunga yang belum pernah ia temui sebelumnya, aroma semerbak bunga tercium semakin jelas saat kaki Nathan melangkah tak tentu arah.

Tenang nyaman dan damai, sudah lama Nathan tidak merasakan sensasi tenang dan damai seperti saat ini, mata cantiknya beredar menatap sekeliling yang nampak begitu sepi tiada satupun orang yang ia temui.

Padahal Sendiri tadi kakinya terus melangkah, angin sepoi-sepoi berhembus perlahan menerpa wajah pucat Nathan, mata cantik tersebut perlahan terpejam kan seranya menikmati hembusan angin yang menenangkan.

Perlahan mata tersebut terbuka dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah tampan Alno, laki-laki tersebut tersenyum sangat tulus.

"Koko" gumam Nathan, perlahan ia melangkah mendekati Alno yang masih setia tersenyum padanya.

"Aku merindukan mu ko" ucap Nathan sembari memeluk tubuh Alno, Nathan semakin mempererat pelukannya walaupun ia tidak ada balasan dari Alno.

"Aku terluka ko" adu Nathan.

"Aku sakit"

"Aku lelah dengan semua ini"

"Bolehkah aku ikut dengan mu" lanjut Nathan sembari melepaskan pelukannya.

Nathan menatap wajah Alno yang nampak begitu damai dan tenang kedua mata mereka saling beradu tatap hingga beberapa saat.

"Aku tau kau lelah, tapi kau adalah Nathan ku yang kuat dan tidak terkalahkan" ucap Alno sembari mengusap rambut Nathan yang sedikit berantakan.

"Koko yakin kau kuat, kau adalah adikku yang kuat, habisi mereka semua Koko yakin kau pasti bisa"

"Jangan biarkan mereka menghabisi keluarga kita, cukup aku kalian jangan" lanjut Alno sembari menunduk dan tersenyum kecut.

Nathan terdiam seranya mencerna semua perkataan Alno, mereka siapa yang Alno maksud?.

"Kembalilah, kasihan mereka semua" ucap Alno sembari tersenyum menatap Nathan.

__________

"Kenapa kau menggantikan Nathan?" Tanya Victor pada Arthan yang asik mengupas kuaci.

"Bukan urusan mu" sahut Arthan acuh.

Victor menggelengkan kepalanya melihat tingkah Arthan, seisi kelas pun juga menatapnya dengan tatapan beragam pasalnya Nathan adalah anak yang baik dan sopan tidak seperti ini.

Kaki di atas meja, baju tidak di masukan apalagi kedua kancing teratas seragamnya di biarkan tidak terkancing sangat urak-urakan dan tidak rajin dan ini bukan penampilan Nathan.

Nathan selalu rapih dan tidak tertandingi kerajinannya tidak seperti ini.

"Nathan! Turunkan kakimu!" Titah Ajo sang ketua kelas dengan nada tinggi.

"Aku tidak mau'' sahut Arthan acuh.

"Nathan tidak pernah seperti ini, jangan merusak nama baik Nathan" bisik Victor dengan nada tegas.

Arthan menoleh menatap malas si Victor, dengan berat hati ia menurunkan kakinya.

"Nathan ada apa denganmu? Kenapa kau seperti ini?" Tanya Ajo sembari menghampiri Arthan dan Victor.

"Kenapa? Tidak boleh? Masalah buat anda? Perbuatan ku juga tidak merugikan mu" Seperti kebiasaannya Arthan selalu melemparkan pertanyaan balik kepada lawan bicaranya.

Victor melirik Arthan, ingin sekali ia menampol mulut Arthan yang tidak bisa di atur, oh ayo lah seorang Nathan tidak pernah seperti ini ia selalu sopan dan ramah pada semua orang.

"Maaf Jo, kita pergi dulu" pamit Victor, ia tidak mau nama baik Nathan semakin tercemar dengan tingkah Arthan yang seenak jidatnya sendiri.

Victor menarik tangan Arthan menjauh dari kerumunan para murid, langkah kaki Victor berhenti tepat di depan lap laboratorium.

"Sebenarnya apa mau mu?" Tanya Victor to the poin.

"Aku hanya ingin mencari tahu sesuatu" sahut Arthan santai.

"Dan ini bukan urusan mu" lanjut Arthan sembari tersenyum remeh si Victor.

"Nathan adalah teman ku, dia anak yang baik jadi kau jangan seperti ini, aku juga tidak tertarik dengan sesuatu yang ingin kau cari itu" sahut Victor sembari berdecak kesal entah kenapa ia merasa kesal sendiri.

"Dan satu lagi Tolong berhenti melukai Nathan!" Ucap Victor sembari membalikan badannya memunggungi Arthan yang terdiam.

"Nathan tidak pernah cerita, tapi aku tau semuanya" lanjut Victor.

"Bagaimana kau bisa tau?" Sahut Arthan yang merasa penasaran.

Victor menghela nafas panjang sembari mengusap wajahnya kasar.

"Aku bisa melihat apa yang kalian lakukan padanya hanya dengan sentuhan telapak tangan" sahut Victor sembari membalikan badan kembali berhadapan dengan Arthan.

"Aku tau ini memang tidak masuk akal tapi sudahlah, ku ingatkan padamu sekali lagi jangan sakiti Nathan lagi dan harus kau ketahui kematian Koko Alno tidak ada sangkut pautnya dengan Nathan" jelas Victor panjang lebar.

Arthan hanya terdiam tidak dapat berkata-kata lagi, hatinya kembali bergemuruh merasa bersalah pada sang adik.

"Kalian menyiksa Nathan karena kalian mengira Nathan adalah penyebab kematian Koko Alno kan? Oh tidak lebih tepatnya Nathan membunuh Koko Alno, benar begitu bukan?"

Arthan menatap wajah Victor yang kini terlihat serius walaupun bicaranya sedikit bercanda.

"Aku tidak berani mengatakan ini pada koko-koko kalian, jadi aku berharap kau bisa memberikan kehangatan dan ketenangan untuk kembaran mu sendiri"

"Kau tau apa yang harus kau lakukan bukan?" Lanjut Victor sembari menepuk pundak Arthan pelan.

"Ku beri tahu padamu, penyebab kematian Koko Alno Kembali menampakkan diri" ucap Victor sembari membalikan tangannya tanpa menghentikan langkah kakinya.










Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🌛

Hargailah karya orang lain!

Hargailah karya orang lain!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan selalu rapih!

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang