B

95 29 15
                                    

Selamat membaca
_______________

Azkar melangkah menaiki anak tangga satu persatu sebenarnya ia masih sangat mengantuk akan tetapi ia teringat jika Nathan masih berada di dalam kamar mandi dari semalam.

Azkar membuka pintu kamar Nathan tak sengaja matanya melihat darah yang berceceran di lantai, Azkar berjongkok seranya menatap lebih jelas darah Tersebut.

Tangannya yang gatal pun menyentuh darah yang sudah mengering tersebut entahlah terselipkan rasa bersalah di hati kecilnya akan tetapi Azkar menepis jauh-jauh rasa tersebut.

Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi, ia mengeluarkan kuci dari saku celananya dan membuka pintu kamar mandi tersebut.

Ia dapat melihat jelas wajah pucat pasi Nathan bahkan lukanya juga membiru, Azkar berjongkok di depan Nathan yang masih setia memejamkan matanya.

"Bangun, kau harus pergi sekolah" ucap Azkar sembari menepuk pipi Nathan yang mulai tirus.

Perlahan tetapi pasti mata Nathan terbuka dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah tampan Koko pertamanya.

Ketika Nathan Sudah membuka matanya Azkar segera beranjak pergi dari sana karena ia tidak ingin berlama-lama berduaan dengan Nathan.

Nathan tersenyum menatap punggung Askar yang mulai menjauh.

"Selamat pagi koko" gumam Nathan.

_________

"Yak! Koko Zidan kembalikan roti ku!" Pekik Arthan dengan suara kerasnya.

Azkar menghela nafasnya ia benar-benar tidak Habis Fikir dengan tingkah kedua adiknya tersebut.

Zidan berlari mengitari meja makan di susul Arthan yang mengejarnya sudah tidak asing lagi bagi mereka jika Arthan teriak-teriak di pagi hari karena bertengkar dengan Zidan.

"Koko! Itu roti bakar ku, kembalikan!" Teriak Arthan frustasi karena Roti bakar buatannya di rebut secara paksa oleh Zidan.

"Yak, Toa masjid kecilkan suaramu itu!" Sahut Zidan yang masih terus berlari menghindar dari adiknya tersebut.

"Koko! Ku Adukan kau pada Koko Azkar!"

"Adukan saja aku tidak peduli" sahut Zidan sembari berlari memasuki kamar.

"Hai! Ya! Kemabli kau sialan!" Teriak Arthan keras tepat di depan pintu kamar Zidan yang sudah tertutup rapat.

"Aku akan membuatkan mu roti bakar yang baru" Arthan menoleh menatap Azkar yang sudah rapih dengan setelan jas kantornya.

"Roti bakar buatan ku" ucap Arthan pelan sembari menatap sendu pintu kamar Zidan yang masih tertutup rapat tersebut.

Dengan langkah lesu Arthan kembali duduk di kursi yang tadi sempat ia duduki ia hanya menatap tak minat pada roti bakar buatan Azkar.

"Makanlah" titah Azkar sembari duduk di samping Arthan.

Azkar menatap Arthan kembali, helaan nafas beratnya kembali terdengar.

Azkar meraih roti bakar buatannya tadi dan langsung menyuapkannya pada Arthan.

"Buka mulutmu" Arthan membuka mulutnya tanpa minat moodnya hancur berantakan karena ulah Zidan.

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang