M

46 5 2
                                    


Selamat membaca
___________________

Hembusan angin pagi menerpa wajah pucat Vernon, pemuda tersebut menatap hamparan bunga cantik di taman rumah sakit, pandangannya kosong, pipinya yang gembul kini Mulai tirus bahkan tubuhnya sudah terlihat sangat kurus, rambutnya yang mulai memanjang berantakan terkena hembusan angin yang lumayan kencang.

"Jangan melamun" suara serak Victor berhasil membuyarkan lamunannya.

Tangan Victor perlahan memeluk tubuh kurus Vernon dari belakang menenggelamkan wajah di bilah leher Vernon tidak ada penolakan sama sekali dari Vernon pemuda tersebut masih tetap diam.

"Kita masuk ya, udaranya sangat dingin" bisik Victor sembari mendaratkan sebuah kecupan ringan di pilpres Vernon yang tertutup rambut.

"Aku ingin sendiri" suara dingin Vernon kembali terdengar setelah sekian lama ia bungkam.

Victor menghela nafasnya Vernon masih tetap sama, Victor kembali berdiri di belakang Vernon ia melepaskan sweater rajut yang ia pakai dan langsung memakaikannya pada Vernon.

"Pergilah aku ingin sendiri" Victor berjalan ke depan Vernon dan Langsung berjongkok di hadapan Vernon seranya menyamakan tinggi mereka.

"Baiklah aku pergi, jangan lupa untuk makan dan minum obat" ucap Victor lembut sembari menggenggam tangan Vernon dan tersenyum begitu damai.

"Pergi" desis Vernon tak suka sembari menyentak tangan Victor yang telah lancang menggenggam tangannya.

Victor tersenyum miris ternyata perubahan Vernon Sangat menyakitkan perlahan Victor berdiri dan berjalan pergi dari taman Tersebut ia menatap punggung Vernon cukup lama sebelum berlalu pergi sepenuhnya.

_________

"KOKO KEMBALIKAN ROTI BAKAR KU!!" suara Arthan menggema dalam rumah mewah tersebut.

Azkar memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa pusing dari malam ia tidak tidur dan pagi-pagi sudah di suguhkan pertengkaran kedua adiknya.

"Koko kembalikan! Aku sangat lapar" keluh Arthan sembari berkacak pinggang menatap Zidan dengan tatapan permohonan.

"Ambillah jika kau bisa" ucap Zidan sembari tersenyum mengejek pada Arthan dan ia kembali berlari saat Arthan kembali mengejarnya.

Azkar menghela nafas panjang dan langsung mengambil nampan yang sudah berisi makanan yang Zidan siapkan untuk Nathan.

Suara bising Zidan dan Arthan perlahan menghilang saat pintu kamar Nathan kembali Azkar tutup.

Nathan menoleh menatap Azkar yang menghampirinya sembari membawa nampan berisi makanan, perlahan tetapi pasti Nathan menerbitkan senyuman manisnya seperti biasa.

Azkar duduk di tepian ranjang dan menatap wajah Nathan yang masih terlihat pucat, helaan nafas panjang terdengar, Azkar tanpa basa-basi langsung menyodorkan sendok yang sudah berisi makanan yang ia bawa tadi.

Nathan menatap Azkar sebelum menerima suapan darinya.

"Makanlah dengan benar" tekan Azkar sembari mengusap sudut bibir Nathan yang terdapat noda makanan.

"Maaf"

"Kata Zain, kau kekurangan hemoglobin dan tekanan darah mu sangat rendah" Nathan tersentak saat mendengar perkataan Azkar.

Apakah Zain memberitahu Azkar tentang keadaannya secara rinci? Apa Zain membocorkan rahasia yang selama ini ia coba tutupi.

"Zain kemari?" Tanya Nathan pelan, kedua tangannya terkepal kuat di balik selimut.

"Memangnya siapa lagi yang akan memeriksa keadaan mu selain Zain" sahut Azkar dengan nada tak bersahabat, Nathan Langsung bungkam sembari memejamkan matanya.

"Zain bilang apa saja kepada Koko?" Tanya Nathan was-was.

Azkar menatap Nathan dengan tatapan menyelidik dan sekuat mungkin Nathan menutupi kegelisahannya.

"Memangnya apa yang perlu di katakan selain itu, kau tau aku dan Zain adalah sepesies yang tidak menyukai basa-basi" sahut Azkar dan Langsung menaruh piringnya kembali ke atas nampan dengan sedikit kasar.

Nathan tersenyum sembari menghembuskan nafas lega, kemungkinan besar Zain masih menyembunyikan masalahnya dari para kokonya.

"Koko!" Suara Arthan terdengar menggema dalam kamar Nathan entah sejak kapan pemuda tersebut masuk kedalam.

"Di mana sopan santun mu!" Tegas Azkar sembari menatap datar Arthan yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf" cicit Arthan.

"Ko, Koko Zidan mengambil semua roti ku" adu Arthan dengan suara memelas.

"Beli lagi lah jangan seperti orang susah, apa uang kemaren Sudah habis?" sahut Azkar sembari bangkit dari duduknya.

"Aku, aku, aku tidak memiliki uang cash" ucap Arthan sembari menggigit bibir bawahnya.

Azkar mengusap wajahnya kesal ada-ada saja tingkah adiknya yang satu ini, memangnya ia beli di toko mana.

"Pakailah uang ku" suara Nathan terdengar sangat rendah.

Azkar menggelengkan kepalanya seranya berjalan menghampiri Arthan, ia sudah membagi rata jatah para adiknya.

"Kau beli di mana? Kenapa harus pakai uang cash? Bahkan sekarang toko sembako pun sudah sangat canggih dan modern" ucap Azkar, ia heran kenapa adiknya yang satu ini sangat menyukai yang namanya roti bakar.

"Ya aku beli di toko roti lah, ya kali aku beli di toko bangunan" sahut Arthan dengan suara sedikit tak bersahabat.

"Ambillah ini" ucap Azkar sembari memberikan uang berwarna merah sebanyak lima lembar.

"Koko paling top!" Girang Arthan sembari melompat memeluk tubuh bongsor Azkar.

"Kau di rumah saja jagain Nathan" ucap Azkar sembari menoleh menatap Nathan yang juga menatapnya.

"Nanti Zain akan kemari untuk memeriksa keadaannya kembali"

"Woke"

"Di mana Zidan?"

"Sudah berangkat katanya ada meeting" sahut Arthan sembari berjalan menghampiri ranjang Nathan.

"Yasudah, Koko  berangkat, oh ya jangan lupa cuci piring kotor di atas nakas itu" ucap Azkar sebelum berlalu pergi.













Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🌞

See you ♥️



Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang