G

53 10 17
                                    


Selamat membaca
___________________

"Kenapa kau memberikan bekal mu untuk anak itu?" Tanya Arthan sembari menoleh menatap Zidan yang fokus menyetir.

"Aku masih memiliki hati" sahut Zidan tanpa repot-repot menoleh menatap Arthan.

Arthan hanya mencibir setelahnya pemuda tersebut kembali mengamati jalanan yang lumayan ramai kendaraan, biasanya juga Zidan tidak peduli dengan Nathan.

"Semalam kenapa lari-lari ke kamar Nathan?" Tanya Zidan sembari melirik Arthan sekilas.

Arthan menoleh menatap Zidan yang kembali fokus pada jalanan.

"Koko melihatnya?" Bukannya menjawab pertanyaan Zidan pemuda tersebut malah kembali bertanya.

"Kau bermimpi lagi?" Arthan mengangguk sebagai jawaban.

Helaan nafas panjang terdengar, karena memang mimpi tersebut bukan yang pertama kalinya, setelah kematian Alno ia sering bermimpi yang entahlah ia sendiri tidak mengerti semuanya terlalu rumit untuk di fahami.

dan hanya Zidan yang mengetahuinya entahlah laki-laki tersebut tau dari mana, padahal Arthan tidak pernah bercerita tentang mimpi tersebut, karena sejujurnya ia juga belum mengerti sepenuhnya tentang mimpi tersebut.

Arthan curiga jika sodara nya tersebut memiliki kemampuan spektakuler yang tidak ia ketahui.

"Aku tidak yakin jika rainkernasi itu benar-benar ada" ujar Arthan dengan suara rendah.

"Ck, kau terlalu banyak menonton drama" decak Zidan sembari memberhentikan mobilnya ketika sampai di depan pintu gerbang sekolah Arthan.

"Tapi ko-"

"Cepatlah keluar aku ada rapat pagi, hari ini" sela Zidan sembari mengibaskan tangannya seranya mengusir, Arthan mencibir sembari membuka pintu mobil dengan kesal.

Zidan menatap punggung Arthan yang mulai menjauh, helaan nafas panjang terdengar, Zidan mengusap wajahnya kasar.

"Bahkan jika benar rainkernasi itu ada, aku ingin menjadi seorang yang lebih baik dari sebelumnya" gumam Zidan.

___________

"Pagi nat" sapa Vernon sembari tersenyum manis menatap wajah Nathan yang nampak pucat, akan tetapi tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Pagi" sahut Nathan sembari membalas senyuman Vernon.

"Dua hari ini kau kemana saja? Aku sangat mengkhawatirkan mu, kenapa ponselmu tidak bisa di hubungi? Kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang melukai mu lagi kan? Mereka tidak mengganggumu lagi kan?" Nathan tersenyum mendengar banyaknya pertanyaan yang di lontarkan Vernon untuknya.

"Kau cocok menjadi wartawan" ucap Nathan sembari mengusap rambut Vernon.

"Aish, jawab pertanyaan ku Nat!"

"Baiklah-baiklah aku akan menjawabnya, tapi yang mana dulu yang harus ku jawab? Pertanyaan mu banyak sekali tadi" ucap Nathan sembari meringis menatap Vernon.

Thanks For This PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang