“Aku pulang.” Sunoo masuk ke dalam rumah. Heeyoung yang hari ini cuti kerja tersenyum senang tatkala melihat putra kesayangannya tiba. Lantas, wanita yang terlihat awet muda itu beranjak dari sofa untuk menyambut kedatangan Sunoo.
“Aigo ... anak bunda terlihat lelah sekali. Bagaimana sekolahnya hari ini?” tanya Heeyoung pada Sunoo.
“Hari ini hasil ulangan matematika sudah dibagikan. Aku mendapat nilai di atas rata-rata. Bunda mau lihat?”
Heeyoung mengangguk dengan antusias. Sunoo segera duduk di sofa, kemudian membuka tasnya. Jungwon yang semula diam di dekat rak sepatu pun melangkah lebih dalam ke rumah.
“Bunda, aku dengar Jungwon mendapat nilai rendah di kelasnya untuk ulangan matematika ini. Sepertinya sebagian besar murid satu angkatan tahu itu.” Sunoo berbicara sambil mengarahkan matanya pada Jungwon yang hendak menaiki tangga. Jungwon yang mendengar Sunoo bicara seperti itu secara tiba-tiba jadi mengurungkan niat untuk pergi ke kamar.
“Apa? Sungguh?” sang bunda nampak terkejut, kemudian melihat Jungwon. “Apa yang dikatakan Sunoo benar? Kau mendapat nilai rendah?” tanyanya pada Jungwon.
“Ada yang menukar kertas ulanganku, Bunda. Sungguh.” Jungwon mencoba meyakinkan bundanya.
“Bunda, itu hanya alibinya saja. Dia malu mendapat nilai rendah,” kata Sunoo.
Jungwon menggelengkan kepalanya; tidak membenarkan ucapan Sunoo. Namun seperti biasanya, bundanya lebih percaya pada Sunoo ketimbang dirinya.
“Dasar memalukan,” cibir sang bunda, lalu mengarahkan perhatiannya lagi pada Sunoo. Wanita itu kembali bersikap hangat dan memuji Sunoo. Bohong sekali jika Jungwon tak iri. Meskipun dia mendapat banyak nilai tinggi, bundanya tak pernah sekali pun bersikap seperti itu padanya. Dari dulu, hanya sang ayah dan Heeseung saja yang memberikan perhatian penuh kasih sayang.
Jungwon menaiki tangga untuk pergi ke kamar. Setelah berganti pakaian, dia harus melakukan pekerjaan rumah sebelum nantinya pergi kerja paruh waktu di restoran ibu Hong.
• • •
Di sekolah, Jaeyoon hendak pergi menuju kantin sendirian. Karena sudah kelas tiga dan sudah memasuki semester dua, jadinya dia sibuk dengan kelas tambahan.
Sekarang ini, Jaeyoon hendak membeli makanan untuk mengganjal perut selama kelas tambahan berlangsung. Namun, saat melewati ruang dance, dia mendengar suara tawa beberapa orang. Karena penasaran, Jaeyoon pun mendekatkan diri ke pintu ruangan tersebut; mengintip lewat kaca pintu.
Dilihatnya tiga murid kelas satu tengah berbincang sambil tertawa sesekali. Jaeyoon tak mengenal mereka, tapi dia pernah melihat salah satu dari mereka sebelumnya di ruang guru beberapa hari lalu: Kim Hansung.
“Dia yang mengganti kertas ulangan Jungwon hari itu, 'kan?”
• • •
Prang!!
Jungwon terkejut setengah mati setelah tak sengaja menyenggol gelas yang ada di meja saat sedang makan. Tak mau ibunya datang dan marah, Jungwon pun lantas berjongkok untuk membersihkan pecahan-pecahan gelas itu.
“Apa yang jatuh?”
Jungwon mendongak. Dilihatnya sang bunda datang menghampiri dengan tatapan tajam.
Jungwon segera berdiri.
“Astaga, kau memecahkan gelas lagi? Kau ini benar-benar ceroboh sekali jadi anak. Gelas itu harganya tidak murah asal kau tahu. Jika terus-menerus dipecahkan, memangnya kau mampu mengganti, eo?!”
“Ma—maafkan aku, Bunda. Aku tidak sengaja, tadi tersenggol,” kata Jungwon dengan takut.
“Tersenggol karena kau ceroboh!” bentak sang bunda. “Lalu ini apa? Kau makan lebih dulu dari bunda dan Sunoo? Enak sekali, ya? Bunda masak bukan untuk diberikan padamu. Sudah bunda katakan, kau boleh makan jika saudaramu sudah makan!”
Jungwon menundukkan kepalanya. Merasa bersalah karena tak menuruti perkataan bundanya itu. Dia benar-benar lapar karena tadi tak ikut makan siang, sebab jatah makan siangnya dibuang oleh Hansung.
“Aku sangat lapar, Bunda ...” ujar Jungwon dengan nada rendah.
“Bunda tak peduli. Mau lapar atau tidak, jika saudaramu belum makan, maka kau jangan makan lebih dulu dari mereka! Kau bisa membeli makanan di luar karena makanan di rumah hanya diutamakan untuk saudara-saudaramu!”
Jungwon tak berani bicara lagi. Dia terus menunduk dan menerima semua ucapan keras bundanya dengan hati yang sakit.
“Besok, kakek dan nenek Jung akan datang berkunjung. Jadi, jangan dulu ke rumah setelah pulang sekolah, mengerti?” Bundanya kembali bersuara. Kali ini nadanya tak semarah tadi, tapi terkesan dingin.
Jungwon mengangguk paham.
“Bersihkan gelas itu dan jangan lanjut makan!”
Jungwon kembali mengangguk. Bundanya kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan area meja makan.
Jungwon segera berjongkok dan lanjut membersihkan pecahan gelas yang berserakan di dekat kursi. Dia tak membantah, jadi setelah membersihkan pecahan kaca, dia tak lanjut makan. Padahal, dia baru saja makan lima suapan.
• • •
“Aku anak yang tak diinginkan, ya?” — Jungwon.
Ihhh kasian bgt Jungwon 😩
Maapin authornya ya 🙏🏻Lanjut tidak? (☞^o^) ☞
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] FALL WINDS
Fanfiction‹ 𝐅𝐀𝐋𝐋 𝐖𝐈𝐍𝐃𝐒 › ft Yang Jungwon SUDAH DIBUKUKAN & SEMUA BAGIAN LENGKAP. PEMESANAN BUKU MELALUI SHOPEE PP ENTERTAINMENT. ❝Hyung, aku bukan anak bunda, ya?❞ ― FALL WINDS Karya Yeonkkochh ©2022