Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul sembilan malam, Sunoo tak bisa tidur. Dia masih terjaga padahal bundanya sudah tidur pulas di kasur lantai. Tentang mimpi yang dialaminya pagi tadi, membuat dia terus kepikiran. Bagaimana bisa dia bermimpi Jungwon hendak membunuhnya?
Sunoo memejamkan mata. Dia tak mau mengingat mimpi itu lagi. Terlalu menakutkan untuk diingat. Tak lama kemudian, suara pintu yang terbuka, membuatnya terkejut. Lantas, dia membuka matanya sedikit untuk mengintip. Samar-samar melihat Jungwon, dia jadi panik, tapi berusaha untuk tetap tenang dan tetap memejamkan mata.
Jika mimpi itu menjadi kenyataan, Sunoo akan pasrah saja.
Jungwon berjongkok, lalu membenarkan selimut yang dipakai bundanya. Setelah itu, dia tersenyum sambil melihat sang bunda yang tengah tertidur. Sudah dua malam bundanya menemani Sunoo di rumah sakit, jadi Jungwon merasa rindu. Dan malam ini, dia pergi diam-diam tanpa sepengetahuan Heeseung.
Jungwon kembali berdiri. Melihat ke arah Sunoo, lalu melangkah mendekat. Tangannya menarik kursi, kemudian duduk.
“Apa dia akan membunuhku seperti mimpi itu?” Sunoo waswas dalam hati.
“Sunoo hyung, harusnya waktu itu kau tidak keras kepala. Harusnya kau mengiyakan saat aku membujukmu untuk naik bus. Bukannya merepotkan, hanya saja aku khawatir. Aku tak tenang. Aku takut kau kenapa-kenapa, Hyung,” jelas Jungwon. Dia pikir, Sunoo sudah tertidur.
“Hyung, kau baik-baik saja, 'kan? Maaf karena datang saat kau sudah tertidur. Aku takut bunda marah. Bunda pasti tak mengizinkanku untuk datang ke sini,” kata Jungwon.
“Aku selalu berdoa pada Tuhan agar kau sembuh, Hyung. Jangan menyerah, ya? Bunda akan kehilangan mataharinya jika kau menyerah. Tidak. Bukan hanya bunda. Tapi aku, Heeseung hyung, Jaeyoon hyung, dan Sunghoon hyung pasti akan merasa kehilangan juga. Jadi, kumohon bertahanlah,” ucap Jungwon lagi. Sunoo yang belum tidur hanya bisa diam sambil memejamkan matanya agar Jungwon tak tahu bahwa dia masih terjaga.
Jungwon kembali berbicara panjang, serta memberi semangat. Dia benar-benar peduli pada Sunoo meskipun kakaknya itu tak pernah peduli padanya dan sering membuatnya masuk ke dalam masalah.
Setelah Jungwon berpamitan pergi, cairan bening keluar dari ujung mata Sunoo. Entah mengapa tiba-tiba dia menangis.
“Sunoo-ya.”
Sunoo membuka matanya. Melihat sosok sang ayah tengah duduk di kursi yang tadi ditempati Jungwon, membuatnya terkejut.
“A—ayah?” Sunoo merasa tidak menyangka. Dia sedang bermimpi, ya? Tapi, kenapa terasa begitu nyata?
Seokjin—ayahnya—tersenyum. “Ayah datang untuk menemuimu.”
“A—ayah ...” Sunoo bangun dari posisi berbaringnya, lalu memeluk sang ayah. “Aku merindukanmu,” ungkap Sunoo.
“Ayah tahu. Ayah juga merindukanmu.”
Selesai berpelukan, ayahnya mengelus kepala Sunoo. “Kau menangis karena mendengar apa yang dikatakan Jungwon, ya? Jangan terlalu membencinya. Dia tidak salah. Jungwon sangat sayang padamu. Dia selalu mengkhawatirkanmu,” ucap sang ayah.