Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jungwon termenung di bangku yang melingkari pohon besar itu: tempat yang selalu didatanginya. Sekarang sedang istirahat, dia tak pergi ke kantin dan memilih untuk berdiam diri di tempat kesukaannya tersebut.
Ada banyak yang dipikirkan Jungwon, tapi sekarang ini pikirannya sedang didominasi oleh Sunghoon. Kejadian yang terjadi kemarin begitu mengejutkannya. Tak menyangka sekali bahwa Sunghoon akan berkelahi dengan Hansung hingga berakhir membuat sang bunda marah sekaligus kecewa.
“Jungwon-ah.”
Jungwon menolehkan kepala setelah mendengar seseorang menyebut namanya. Melihat Riki sudah berada di sebelah, membuat Jungwon semakin terkejut. Kapan temannya itu datang? Apa karena dia melamun, jadinya tak menyadari? Padahal, Jungwon merasa dia tak terlalu melamun dan masih sedikit menyadari kondisi sekitar.
“Kapan kau datang?” tanya Jungwon pada akhirnya.
“Baru saja. Kau sedang memikirkan apa sampai melamun seperti barusan?” Riki balas bertanya.
“Hanya ...”
“Memikirkan kakakmu, ya? Hari ini, dia tak sekolah karena mendapat skorsing. Benar, 'kan?”
“Bagaimana kau tahu?”
“Beberapa orang membicarakannya, jadi aku tahu. Setelah melihat perkelahian kemarin, aku jadi setuju dengan ucapanmu. Pihak sekolah tak memberi surat peringatan pada Hansung karena dia dianggap jadi korban hanya karena luka yang didapatnya lebih parah daripada kakakmu,” jelas Riki.
Jungwon mengalihkan perhatiannya. Dia melihat daun yang sudah berubah warna gugur begitu angin bertiup. Kini, lingkungan sekolah terlihat kotor dan berantakan akibat musim gugur.
“Kenapa bangga? Aku tak melakukan hal yang luar biasa,” kata Jungwon.
Riki tersenyum.
“Kau melakukan hal yang luar biasa. Memangnya tak menyadari?” tanya Riki.
“Apa yang telah aku lakukan?”
“Menyayangi keluargamu dengan sepenuh hati meski mereka bersikap tak baik padamu. Itu adalah hal yang luar biasa. Tak semua orang bisa melakukannya. Kebanyakan dari mereka, pasti akan membenci, tapi tidak denganmu, Jungwon.”
Jungwon terdiam setelah mendengar ucapan Riki.
“Kau benar-benar anak yang baik. Aku senang bisa bertemu dan berteman denganmu. Mari kita membuat banyak kenangan bersama sebelum berpisah,” ajak Riki kemudian.
“Kau ... mau kemana memangnya?” tanya Jungwon.
“Eum ... entah. Tapi pasti akan ada saatnya kita berpisah. Kau dan aku punya kehidupan masing-masing.”