Jungwon-ah, aku tahu kata maaf tidak akan cukup untuk menebus semua yang telah kulakukan padamu. Selama ini, aku sudah berbuat jahat dan juga seenaknya. Aku menyesal. Tak seharusnya aku bersikap seperti itu pada orang yang selalu memberi kepedulian padaku.
Kau baik, bahkan terlalu baik. Tapi karena kebencian itu, aku jadi tak menghargai kebaikanmu dan sering membuatmu masuk ke dalam masalah. Aku benar-benar menyesal. Jika waktu bisa dimundurkan, aku tak akan melepas tanganmu; aku tak akan menjauh darimu; dan aku tak akan membencimu.
Jungwon-ah, tolong maafkan aku.
Jika aku bisa memberimu kehidupan yang penuh bahagia, aku akan memberikannya saat ini juga. Tapi, aku tidak bisa. Bahkan sekarang, aku tak bisa melakukan apa pun. Untuk meminta maaf secara langsung padamu saja aku tak bisa melakukannya. Bukan karena tak ingin, aku hanya merasa malu. Aku tak bisa melihat wajahmu karena itu akan membuatku merasa sangat bersalah.
Sekali lagi, tolong maafkan aku.
— Yoon Sunoo
Jungwon kembali menitikkan air mata setelah membaca surat yang ditulis oleh Sunoo. Tadi, Heeseung datang ke rumah sakit untuk mengambil barang-barang yang masih berada di sana, dan siapa sangka, ada perawat yang menemukan surat Sunoo di bawah bantal. Melihat kalimat singkat yang mengatakan bahwa surat itu untuk Jungwon, Heeseung pun segera memberikannya.
Kematian Sunoo adalah hari terburuk bagi semua orang. Bahkan, Sunghoon yang semula ingin Sunoo mati pun turut bersedih juga. Dia tak bersungguh-sungguh mengatakannya karena waktu itu sedang tersulut emosi.
Rumah yang awalnya hidup, kini seolah mati. Matahari yang selalu menyinari rumah itu telah menghilang. Semuanya benar-benar berubah. Tak ada lagi kebahagiaan yang terasa. Kini, hanya ada kesedihan yang tak mau sirna.
Jungwon yang duduk bersandar di tembok menoleh ke tempat tidur. Mulai sekarang, tak ada yang tidur di sana lagi; dia jadi sendirian di kamar yang terbilang cukup besar itu. Meski akan terasa bebas, Jungwon tetap merasa kehilangan dan juga kesepian. Kematian Sunoo membuat lampu hidupnya ikut meredup.
“Sunoo hyung ... bagaimana bisa kau pergi seperti ini? Semua orang menangis karenamu ...” Jungwon kembali meneteskan air mata. Tak terhitung berapa banyak dia menangis hari ini, yang jelas kesedihan benar-benar sedang menyelimutinya.
Berselang beberapa saat, suara pintu yang terbuka membuat Jungwon menoleh dan menghapus jejak air matanya. Heeseung tersenyum simpul dan berjalan menghampiri sambil membawa kotak obat.
“Lukanya diperban dulu, ya?” Heeseung duduk di depan Jungwon yang sedang menekuk lutut. Tadi, dia hanya sempat membersihkan darah di kening Jungwon saja, dan sekarang akan benar-benar mengobatinya.
“Jangan banyak menangis, matamu sudah membengkak. Sunoo telah sembuh, dia tidak sakit lagi,” ucap Heeseung sambil mengobati kening Jungwon yang terluka akibat lemparan vas bunga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] FALL WINDS
Fanfic‹ 𝐅𝐀𝐋𝐋 𝐖𝐈𝐍𝐃𝐒 › ft Yang Jungwon SUDAH DIBUKUKAN & SEMUA BAGIAN LENGKAP. PEMESANAN BUKU MELALUI SHOPEE PP ENTERTAINMENT. ❝Hyung, aku bukan anak bunda, ya?❞ ― FALL WINDS Karya Yeonkkochh ©2022