Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa hari berlalu. Akhir pekan yang ditunggu-tunggu pun datang. Jungwon sibuk berpergian ke sana-kemari mengantar pesanan di restoran ibu Hong. Malam ini, dia kembali pada pekerjaan paruh waktunya, dan mungkin harus semakin ekstra bekerja karena hari ulang tahun bundanya akan segera tiba.
“Selamat menikmati.” Jungwon membungkukkan badan dengan sopan setelah mendapat ucapan terima kasih dari pelanggan. Entah mengapa, malam ini banyak sekali yang datang, tidak seperti biasanya.
“Jungwon-ah,” panggil ibu Hong. Jungwon yang baru sampai ke dapur segera menghampiri.
“Sudah jam delapan lebih, cepatlah pulang.”
“Ah, tidak apa-apa, Bu. Aku akan di sini sebentar lagi. Banyak pelanggan yang datang,” balas Jungwon sambil tersenyum.
“Jangan khawatirkan itu. Pulanglah. Kau baru menyelesaikan ujian. Segarkan dulu otakmu, eo? Ini upahmu. Karena sangat cepat melayani, jadi ibu tambah.” Ibu Hong memberi uang pada Jungwon, dan langsung diterima.
“Terima kasih banyak.” Jungwon membungkukkan badan. Dia merasa senang.
“Pulanglah. Hati-hati di jalan,” pesan ibu Hong sambil tersenyum.
“Iya. Terima kasih, Ibu Hong.” Jungwon kembali membungkukkan badan.
Setelah beberapa saat, Jungwon pergi meninggalkan restoran ibu Hong. Suhu udara yang rendah membuatnya sedikit kedinginan. Meski sudah memakai mantel, tapi tetap saja terasa oleh tangannya.
Malam ini, Jungwon tak berniat untuk langsung pulang ke rumah. Dia hendak pergi mengunjungi Sunoo di rumah sakit. Sudah seminggu kakaknya itu berada di sana. Jungwon jadi sedikit khawatir.
“Annyeong.”
Jungwon terkejut dan refleks menghentikan langkahnya saat tiba-tiba Riki menyapa. Temannya itu sudah berada di sebelahnya.
“Jangan dijadikan kebiasaan. Jika jantungku copot, bagaimana?”
“Aihhh, tak akan sampai begitu. Tenang saja,” balas Riki. Jungwon kembali melanjutkan langkah.
“Kau melewati halte bus. Mau kemana? Tak akan langsung pulang?” tanya Riki.
“Aku akan mengunjungi Sunoo hyung di rumah sakit. Sudah seminggu, tapi dokter belum mengizinkannya pulang. Aku jadi khawatir,” jawab Jungwon setelah menoleh.
“Astaga, kau ini baik sekali. Meski sering dijahati olehnya, kau tetap peduli. Hatimu sebersih itu, ya?”
Jungwon tersenyum. “Sunoo hyung tak jahat. Dia baik. Mau percaya atau tidak, yang jelas dia pernah menyelamatkan nyawaku.”
• • •
Jaeyoon menyeka air matanya yang menggenang di pelupuk. Dia berdiri di depan pintu ruang rawat Sunoo. Melalui kaca kecil, dia sudah bisa melihat kondisi dalamnya. Di dalam sana, sang bunda sedang menyanyikan lagu tidur sambil mengusap-usap lembut kepala Sunoo.