FALL WINDS | 09

3.7K 562 62
                                    

Jungwon berjalan di koridor; hendak pergi ke kantin untuk membeli makanan karena saat ini perutnya begitu lapar sebab belum sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungwon berjalan di koridor; hendak pergi ke kantin untuk membeli makanan karena saat ini perutnya begitu lapar sebab belum sarapan. Namun, di sepanjang koridor, beberapa siswa ada yang cekikikan ketika dia lewat.

Merasa ada yang tidak beres, Jungwon pun meraba punggungnya; siapa tahu ada post it yang tertempel seperti waktu itu. Tetapi, setelah diraba-raba, tak ada apa pun di punggungnya.

Jungwon menoleh ke belakang dan melihat siswa-siswa yang cekikikan itu. Ingin bertanya, tapi dia ragu, jadinya dia mengurungkan niat dan memilih untuk melanjutkan langkah.

Di sisi lain, Sunghoon yang baru menuruni tangga tak sengaja melihat Jungwon yang hendak pergi ke lantai bawah. Lantas, dia segera berjalan ke arah Jungwon dan mengambil sesuatu yang tertempel di kepala belakang adiknya itu.

Eo? Hyung.” Jungwon terkejut karena begitu dia menoleh, Sunghoon ada di belakangnya.

Tanpa mengucapkan apa pun, Sunghoon menuruni tangga lebih dulu dan meninggalkan Jungwon yang masih berdiri di tempat. Setelah sampai di lantai satu, Sunghoon mendekati tempat sampah, kemudian membuang post it berisi ledekan yang tadi tertempel di kepala belakang Jungwon.

“Bodoh, bagaimana bisa dia tak menyadarinya?” gumam Sunghoon, lalu melanjutkan langkah.

Beberapa saat setelah Sunghoon pergi, Jungwon sampai di lantai satu. Jungwon memandangi kakaknya yang semakin menjauh itu.

Duk!

Gubrak

Jungwon meringis pelan saat dirinya jatuh ke depan karena bagian belakang lutut kanannya di tendang seseorang. Hansung tertawa puas karena sudah berhasil membuat Jungwon jatuh dalam satu kali percobaan.

“Kenapa kau melakukannya?” tanya Jungwon masih belum berdiri. Karena Hansung menendang dengan cukup kuat dan mendadak, jadinya Jungwon merasakan kesakitan sekali.

“Kakiku refleks. Tapi aku tak akan meminta maaf,” balas Hansung, kemudian pergi sambil cekikikan karena merasa puas. Pagi ini, dia sudah mengerjai Jungwon sebanyak dua kali.

Jungwon berusaha untuk berdiri kembali. Meski belakang lutut kanannya sakit, dia tetap memaksa kakinya untuk berdiri. Hansung benar-benar menyebalkan; selalu saja membuatnya kesulitan.

• • •

“Untuk tugas ini, kalian bisa bekerja sama dengan satu orang. Jika sudah selesai, silakan kumpulkan ke ruang guru.”

Setelah mendapat sahutan dari seluruh murid, guru matematika yang baru saja memberi tugas keluar dari ruang kelas. Teman-teman kelas Jungwon langsung mencari partner yang bisa diajak bekerja sama.

Di saat yang lainnya sudah mendapat partner untuk bekerja sama, hanya Jungwon yang sendirian. Jungwon sudah tahu akan seperti itu, jadi dia menghela napas.

Salah satu hal yang paling tak disukai Jungwon adalah tugas kelompok. Alasannya karena tak ada yang mau sekelompok dengannya.

Jungwon ... selalu terasingkan. Dan itu tidak hanya terjadi setelah dia SMA, saat SMP pun sama seperti itu. Entah kesalahan apa yang telah diperbuatnya hingga dihindari teman-teman kelas.

“Ada yang sendirian lagi,” celetuk Hansung. Yang lainnya lantas mengarahkan atensi mereka pada Jungwon.

Jungwon tidak menanggapi dan berpura-pura tak mendengar celetukan Hansung. Melihat itu, Hansung memberi kode pada Kim Hyunso—temannya yang duduk tak berjauhan dengan bangku Jungwon.

Sret

Jungwon langsung menoleh ketika bukunya direbut oleh Hyunso. Sejurus kemudian buku miliknya itu dijatuhkan dan diinjak berkali-kali. Jungwon langsung panik dan segera mendorong Hyunso agar berhenti menginjak bukunya.

“Apa yang kau lakukan?” Jungwon bertanya pada Hyunso dengan panik. Dia mengambil bukunya yang kotor. Hyunso menginjak tepat di halaman yang berisi tugas baru.

Aish, berani sekali kau.” Hyunso maju dan ...

Duak

Dada Jungwon di tendang Hyunso hingga membuat Jungwon jatuh ke belakang dan menabrak kursi dengan keras. Hansung yang menyaksikan itu hanya bisa tersenyum sinis; puas sekali melihatnya.

Jungwon meringis kesakitan. Dada dan punggungnya sakit. Puas membalas, Hyunso kembali ke bangkunya. Dan seperti biasa, tak ada yang peduli pada Jungwon.

Jungwon bangun dan membenarkan kursi meski dada dan punggungnya terasa begitu sakit. Setelah duduk, dia berusaha menghilangkan noda sepatu Hyunso di bukunya. Namun karena sudah menempel di kertas, jadinya sulit untuk menghilangkan noda itu. Alhasil, Jungwon memutuskan untuk menyalin ulang.

Tanpa di sadari, lewat kaca persegi yang ada di pintu, seseorang melihat bagaimana Jungwon diperlakukan buruk oleh teman-teman kelasnya.

“Bodoh, kenapa dia hanya diam saja?”

• • •

Eo? Bunda?” Sunoo yang hendak pergi ke halte menghentikan langkah dan tersenyum senang saat mobil sang bunda berhenti tepat di dekatnya.

Sunoo-ya, cepatlah masuk,” suruh bundanya setelah menurunkan kaca mobil.

Tanpa berlama-lama, Sunoo langsung saja membuka pintu mobil dan masuk. Jungwon yang sedari tadi ada di sebelah Sunoo hanya bisa diam; berharap bundanya menyuruh dia untuk masuk juga. Namun, bukannya menyuruh dia masuk, sang bunda malah menaikan kaca mobil dan melajukan kembali kendaraan tersebut.

Jungwon mematung di tempatnya. Memang benar, tak seharusnya dia berharap lebih. Mana mungkin bundanya mau membawa dia pulang bersama.

“Jungwon, kau ini mengharapkan apa? Sudah tahu harapanmu tak akan terwujud, masih saja berharap.”

• • •

“Aku menyayangi bunda, tapi bunda tak menyayangiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku menyayangi bunda, tapi bunda tak menyayangiku.” — Jungwon.

Makasih udah baca sampe sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih udah baca sampe sini.
Lanjut tidak? (☞^o^) ☞

[✓] FALL WINDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang