27. Tentang Kelova

393 30 39
                                    

"Tidak semua rasa sakit bisa dibayar dengan kata Maaf, Karena Maaf saja belum tentu bisa menyembuhkan luka yang sudah membekas."
Kelova Anjani
.
.
Happy Reading

"Iya kamu Vani anak saya, saudara kembaranya Vara. Vani nama lengkapnya Kelova Anjani. Saya Mlerika ibu kandung kamu," jelas Mlerika pada gadis di depannya yang merupakan anaknya yang ditinggalkan hidup sendirian bersama ibu tirinya.

Deg!
Jedeeerrr!!

Clara dan De membelalak, sedangkan Kel dia seperti disambar petir di sore hari. Jantungnya serasa berhenti berdetak, hatinya seperti diremas remas begitu sakit rasanya mengetahui kenyataan bahwa sebenarnya keluarga yang selama ini dia cari kemana-mana berada di lingkup kehidupannya, tapi mengapa mamanya tidak mencarinya? Mengapa?. Dia ambruk di lantai dengan tangis yang sudah pecah, dia menangis bersedu sedu, rasa rindu yang selama ini dia pendam dari kecil hingga remaja kini meluap. Semua kerja kerasnya, semua peluh keringat yang menetes selama ini  untuk mencari keluarganya terkabul, namun mengapa rasanya sakit mendengar kenyataannya.

Mlerika yang melihat anaknya terduduk lemas di lantai, hatinya seperti disayat pisau. Dia telah mengahancurkan kehidupan anaknya. Dia berjongkok menghapus Air mata sang anak, namun usahanya ditolak.

"Kenapa baru sekarang anda peduli dengan saya? Kenapa anda dari dulu tidak mencari saya?" teriak Kel frustasi dia menjambak Rambutnya dengan kasar.

"Maafin mama sayang, mama akan jelasin yang sebenarnya," ujar Mlerika menenangkan sang anak.

"Maaf? Maaf? Setelah semua dan selama ini anda meninggalkan anak anda hidup sendirian membiarkannya menghadapi kejamnya hidup, Anda hanya bilang Maaf?" tanya Kel sambil tertawa menertawai dirinya yang lemah.

"Anda tahu? Setiap hari, setiap waktu saya mencari anda, saya tidak kenal malam dan siang untuk mencari anda, kenapa anda tidak mencari saya? Apa salah saya sehingga anda meninggalkan saya hidup sendiri? Dimana tanggung jawab anda sebagai seorang ibu? DIMANA..?!" Teriak Kel meluapkan semua yang dia pendam selama ini, dulu dia sangat ingin bertemu keluarganya tapi kenapa sekarang dia tidak ingin bertemu? Rasanya sangat sakit.

"Apa salah saya... Huaaa..... hiks..." Kel menangis tersedu sedu, memukul mukul lantai. De dan Clara ikut berjongkok, memeluk Kel dengan erat, memenangkan Kel agar tenang.

"Kamu gak salah, mama yang salah Van," ujar Mlerika meraih tangan Kel.

Kel menghentakkan tangannya dengan kasar, "Jangan panggil saya Vani? Saya benci panggilan itu, Saya benci... Hiks," bentak Kel, ingatannya saat masa kecil mulai teringat, ingatan yang telah usang yang tidak pernah diputar selama dia hidup. Ingatan yang tertimbun masa-masa sulit dalam hidupnya.

Flashback On

Masih teringat dengan jelas kejadian 15 th yang lalu saat Dua anak kecil kembar berumur 3 tahun sedang berlari lari di sebuah taman, mereka berdua saling kejar-kejaran serta tertawa bersama.

"Hei jangan lari lari nanti jatuh," peringat sang ayah.

"Endak kok pa, Vala ndak jatoh," ujar anak kecil bernama Vara.

"Iya vani juga ndak jatoh," ujar anak satunya bernama vani dia loncat loncat dengan senang.

Setelah itu wanita paruh baya menghampiri mereka dengan tersenyum bahagia, melihat dua anaknya yang sudah tumbuh besar.

"Mau ice cream ndak?" tanya wanita itu.

"Mau.." jawab serempak vani dan vara.

"Sini ayo ikut mama..!!" seru sang mama mengajak kedua anaknya membeli ice cream di seberang jalan taman.

ARGENATA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang