33. Bom meledak

358 33 77
                                    

"Fakta adalah sebuah Bom yang bisa meledak kapan saja dan seketika dapat menghancurkan semua hal."

Happy Reading

Satu bulan berlalu begitu cepat, kejadian itu sudah berlalu dipikiran mereka, namun masih menyisakan teka-teki yang belum terjawab. Tatanan keadaan yang berantakan kini kembali tertata rapi di tempat semula. Seperti inti Xander yang hampir pecah, kini sudah kembali bersatu.

Di Warkangsek mereka semua berkumpul seperti biasanya. Gelak tawa mereka mengiringi malam gelap yang sunyi. Mereka saling melontarkan candaan, di sana mereka mengadakan belajar bersama. Mengingat bulan ini mereka sudah dilanda banyaknya ujian. Ada hafalan, ujian Praktek, Ujian sekolah dan lain-lain. Namun acara berlajar bersama itu tidak akan berjalan lancar. Sebab ada yang serius belajar, ada yang bercanda, bermain game, dan ada yang merenenungi kisah cintanya yang kandas di awal cerita. Hayo siapa yang tahu siapa dia? Siapa lagi kalo bukan Argen.

Argen sedang duduk menyindiri di depan Warkangsek, mengalun suara merdu yang sesuai dengan cuaca hatinya diiringi dengan alunan bunyi gitar. Hampir satu bulan dia seperti itu, sampai membuat teman-temannya bosen. Mungkin dia menyesal telah menyuruh Kel pergi dari hidupnnya.

Ku tak mengerti...
Betapa bodoh diri...
Membiarkan dirimu pergi jauh dari hati...

Kucoba mengobati...
Tuk punya kekasih lagi...
Namun ku sadar diri..
Hatiku di kamu...

Dimana kamu...
Apakah kau rindu...
Sungguh susah buat lupa...
Hati tak bisa berdusta...

Walau ku tahu kau bukan untukku...
Tapi tetap kau terindah...
Cintak tak salah...
Aku yang salah...

Di dalam Warkangsek, teman-temannya yang mendengar suara Argen pun mencibir malas dan banyak dari mereka juga ada yang kasihan.

"Gue greget banget sama si Argen," ujar Satya melihat sang ketua yang sedang galau.

"Sama, siapa suruh ngambil keputusan saat emosi tuh sekarang nyeselkan," sahut Ikal berkata bijak, membuat teman-temannya bertepuk tangan setuju.

"Gue heran deh, dia kan ketua geng gitu? Masak sama hubungan percintaannya dia gak bisa bijaksana. Kalupun nyesel ya cari pacarnya, meminta maaf padanya bukan malah galau-galauan gak jelas," ujar Satya geram sendiri.

"Iya bener tuh, dimana sikap tegasnya sebagai ketua?" cibir Roky ikut geram dia melampiaskan kekesalannya ke Ikal. Dengan menjambak rambut keriting milik Ikal kuat, membuat sang empunya menggerang kesakitan.

"Udahlah jangan gibah, tuh belajar besok ujian, kalau peringkatnya turun nanti nangis!!" seru Agi sedikit mengejek pada teman-temannya dengan tersenyum miring.

"Eits... Lo nyindir gue?" tanya Bar yang sedari tadi menyimak pergibahan teman-temannya.

"Beneran si Bar nangis Gi? hahaha..." tanya Ikal diakhiri tawanya yang pecah.

"Lo sih net," ujar Bar sambil menggeplak tengkuk Agi dengan kesal.

"Kok bisa turun Bar?" tanya Satya yang terkenal menjadi peringakat 2 paralel di kelas.

"Waktu itu gue malas belajar, soalnya sekarang yang jadi peringkat pertama bukan karena dia pintar tapi gudluking, wajah gue yang pas-pasan gini ya kalah lah," jelas Bar sambil melirik ke arah Argen yang masih duduk menyendiri di depan.

"Tapi si Argen emang pinter Bar, lo aja yang to--lol," ledek Ikal sambil tertawa.

"Terus lo sekarang gak mau belajar lagi? Lo nyerah gitu aja?" tanya Roky tanpa melihat ke arah Bar dia sedang fokus menatap bukunya.

ARGENATA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang