"Hal yang paling menyakitkan adalah saat keberadaan kita tidak dianggap ada."
.
.
Happy ReadingHari Keempat event dilaksanakan, namun hari ini event itu tidak dilakasnakan. Karena para guru sedang melaksnakan rapat, jadi Eventnya berhenti. Pada hari ini juga Argen kembali Sekolah, dia sekarang berada di kantin di gedung utama bersama teman-temannya. Namun setelah Argen kembali sekolah, banyak sekali perubahan darinya. Dia berubah menjadi sangat dingin dan pendiam. Bukan hanya itu, di sekitarnya sekarang banyak sekali perubahan. Hanya karna satu orang, membuat perubahan yang besar terjadi.
"Hallo pren ini pesanannya sudah datang," teriak Ikal menggelegar di seluruh sudut kantin.
"Lo beneran udah sembuh gen?"tanya Agi curiga dengan sang ketuanya.
"Alah palingan dia ngeyel ingin masuk," sahut Satya menjawab pertanyaan Agi dengan malas, karena sudah sangat hafal dengan kebiasaan Argen, "Dasar kepala batu," imbunya.
Mendengar itu Argen hanya menatap mereka datar, tanpa berniat mengucapkan sepatah kata pun.
"Eh si Bar mana? Katanya mau kasih tau ten--emmmh."
Belum sempat bicara sampai selesai mulut Ikal sudah dibungkam oleh Satya.
Mendengar penyataan Ikal yang terpotong membuat Argen tertarik untuk bertanya, "Kasih tau apa?" tanyanya penasaran.
"Gak jadi," ujar Ikal melirik ke arah Satya yang menatapnya tajam.
"Ar." Satya memanggil sang ketua dengan hati-hati takut salah bicara.
"Hm."
"Kita--"
"---Eh.. Bos gue mau nanya nih," potong Bar dengan cepat sambil berlari ke arah kelima cowok itu dengan langkah cepat.
"Apaan?" Argen menatap Bar datar dengan tatapan tajam karena kedatangan Bar membuat rasa penasarannya pada ucapan Satya tergagalkan.
"Eissh santailah bos, tatapan lo kaya mau ngebunuh gue," cibir Bar tercengar-cengir.
"Monyet! Cepatlah lo mau ngomong apa capek nih telinga gue nunggu." Roky menggebrak Meja kantin dengan Kesal.
"Gak jadi," jawab Bar dengan enteng. Membuat teman-temannya mengumpat dan mencibirnya.
"Anjing!"
"Monyet!"
"Babi!"
"Dasar tempat laknat!"
Bar mendengar semua umpatan itu lantas tertawa terbahak-bahak. Apalagi mendengar nama hewan yang tidak berdosa ikut dibawa-bawa juga.
"Hehe.. Ar lo tahu lambang ini?" tanya Bar pada Argen yang masih asik mengumpat marah. Lantas Argen langsung menoleh ke arahnya.
"Ini lambang kita temukan di dalam kotak tembak deket parkiran tempat di mana pelaku melakuakan penembakan," jelas Bar menatap kedua netra hitam legam milik Argen dengan serius.
"Kotak tembak?" tanya Argen tidak mengerti.
"Kita kemarin jadi didektrip sama temen-temen dan menemukan ini di samping parkiran," ujar Bar menjelaskan apa yang dilakukannya kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGENATA [END]
Teen Fiction*****⚠️⚠️Dilarang Plagiat⚠️⚠️***** Cerita ini menceritakan seorang ketua geng besar di sekolah bernama SMK Bagaskara. Kaisar Argenata itulah namanya biasa dipanggil Argenata cowok berkepribadian cuek, dan dingin. Dia menjabat sebagai ketua geng moto...