17. Keluarga baru

707 126 3
                                    


.
.
.
.
.
Radi beberapa kali menghela nafas kesal, hari ini adalah hari pernikahan ibunya. Bukan pernikahan yang membuat dia kesal, tapi ramainya rumah oleh beberapa teman sang bunda juga beberapa orang yang disewa untuk mendekor rumah lah yang membuatnya kesal. Sejak dulu Radi tidak suka jika ketenangannya juga tempat pribadinya diganggu. Dan sekarang beberapa orang yang diminta Alia untuk mengurus dekorasi rumah, justru mengacak studio pribadi milik Radi, hanya karena penasaran.

"Radi, udah dong jangan marah lagi, mereka kan udah minta maaf." Radi masih setia bergeming dengan wajah datar meskipun Alia sudah mencoba membujuknya.

"Bunda tau, aku paling gak suka ada orang yang masuk kestudio ku tanpa ijin." Alia menghela nafas, jika Radi sudah menggunakan 'aku' artinya anak itu sudah tidak ingin dibantah.

"Iya bunda tau, tapi kan mereka udah minta maaf karena udah buka studio kamu, maafin ya." Radi mendengus kesal, jika saja bisa hari ini dia ingin mengungsi kerumah Wira, atau mungkin main kerumah Haris yang hanya beda sepuluh rumah dari rumahnya.

"Suruh mereka pergi, aku gak mau liat mereka lagi." Alia menatap tiga orang yang dikirim calon suaminya itu dengan tatapan bersalah.

"Bunda gak bisa nak, yang minta mereka bantu disini itu ayah Abi, bukan bunda." Mendengar jawaban bundanya membuat Radi semakin kesal. Belum sah saja sang bunda sudah sangat menuruti calon suaminya.

"Ck, ya udah kalau gitu aku yang pergi." Alia membulatkan matanya, dia gelagapan mendengar keputusan Radi. Jadi dengan sangat terpaksa Alia meminta tiga orang itu pulang. Dia tidak ingin putra nya itu pergi hari ini.

"Udah kan, udah bunda suruh pergi." Radi hanya berdehem sebelum akhirnya memilih kembali naik kelantai dua, masuk kedalam kamarnya.

"Hah, kenapa bunda ngerasa kamu gak setuju sama pilihan bunda ya."
.
.
.
.
.
Regis hanya diam dengan wajah datar saat menunggu Abi dan Raefal. Hari ini Abi akan menikahi seorang perempuan yang dikenal baik oleh seluruh keluarganya. Regis juga pernah bertemu beberapa kali, hanya saja Regis tidak tertarik mengenal lebih jauh saat itu.

"Ini gue harus banget ikut bang?" Regis menatap kearah Tirta yang hanya memberi anggukan.

"Ck, ngapain sih gue harus ikut." Tirta tersenyum tipis endengar gerutuan Regis, adiknya itu sudah mulai kembali menggerutu.

"Disini keluarga om Abi cuma kita Gis, jadi ya kita harus ikut." Regis mencibir ucapan Tirta, ingatlah bahwa Regis sama sekali belum bisa berdamai dengan dua orang itu.

"Ya kan bisa aja ayah sama bunda yang ikut, kenapa juga aku haru ikut, mending maim kerumah bang Bayu." Tirta menggeleng tidak percaya medengar ucapan Regis, sebegitu becinya Regis pada keluarga Abi sejak kejadian itu.

"Udah gak usah ngedumel gitu, ayah denger tante Lia punya anak yang usianya diatas kamu sama Raefal, siapa tau kamu bakal cocok sama dia." Regis mendengus lirih mendengar ucapan ayahnya yang baru saja masuk kedalam mobil.

"Ya semoga aja om Abi udah bener-bener berubah gak kayak dulu, ya kali anak tante Lia nanti jadi kayak bang Fares." Ucapan Regis terkesan memojokan Abi namun baik Hadi, Arum maupun Tirta tidak ada yang bisa menyela, karena memang apa yang diucapkan Regis benar.

"Ya udah ayo berangkat, tolong jaga sikap disana nanti ya Gis." Hadi segera menyalakan mobilnya saat melihat mobil Abi sudah keluar dari pagar.

"Ya lihat aja nanti, kalau mereka gak mancing emosiku."
.
.
.
.
.
Radi menatap malas pada tamu undangan yang hadir dari jendela kamarnya, rumahnya yang biasanya sepi saat ini terlihat sangat ramai, memang tidak banyak yang diundang, tapi sahabat-sahabat sang bunda pasti diundang, begitu juga orang tua Wira. Radi menghela nafas saat Mila, ibu dari Wira mengetuk pintu kamarnya dan mengatakan bahwa acara akad nikah akan segera dilakukan, itu tandanya keluarga dari calon ayah tirinya sudah datang.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang