02. Pertemuan

1.2K 155 0
                                    


.
.
.
.
.
Regis menghela nafas lega, hari ini adalah hari terakhir ospeknya. Rasanya melelahkan, belum lagi dirinya yang dijadikan sasaran oleh senior untuk bisa mendekati Gio. Salahkan Gio dan lainnya yang menghampiri Regis di fakultas seni saat hari pertama ospek. Rasanya Regis ingin menangis dan mengadu pada Tirta karna dia didekati banyak orang.

"Regis, lo kenal deket sama Gio kan?"

"Regis, saya titip ini buat Gio ya!"

"Regis, boleh bagi nomor nya Gio?"

"Regis..."

"Regis..."

"Regis..."

Regis terlalu muak dengan semua permintaan senior centilnya itu. Dia selama ini hanya mendengar keluhan Gio tanpa tau bahwa kenyataannya lebih menyebalkan.

Cklek

"Itu cewe-cewe pada kenapa sih? Dari kemarin heboh mulu nyariin adek tingkat."

Deg

Regis terdiam saat mendengar suara yang sangat familiar untuknya. Suara lembut yang sudah dua tahun tidak bisa lagi dia dengar. Regis memutuskan keluar dari bilik toilet saat mendengar suara kran wastafel menyala.

Deg

Deg

Deg

Regis terdiam kaku saat melihat wajah yang dia rindukan. Regis mencoba menepis, bahwa semua itu hanyalah khayalannya. Didepan westafel Regis melihat seorang pemuda sedang membasuh wajahnya, tubuh mungil juga rambutnya yang hitam dan sedikit panjang.

"Lo mau pakai wastafel juga?" Regis terkesiap saat sosok itu menatap kearahnya dari pantulan cermin. Regis hanya bisa mengangguk, membuat sosok itu tersenyum ramah.

"Oh silakan, cepet balik soalnya bentar lagi waktu istirahat habis." Regis mengerjap saat sosok itu sudah pergi dari hadapannya.

"B-bang Fares."
.
.
.
.
.
Radi menghela nafas, sejak setelah istirahat tadi ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi baru yang datang ke uks dengan berbagai keluhan, yang pasti semua itu hanya alasan mereka, buktinya saat Radi menatap tajam pada mereka, mereka memilih jujur jika mereka sedang bosan dengan ocehan para senior.

"Balik ke aula sekarang!" hanya satu kalimat yang diucapkan Radi, berhasil membuat mereka semua langsung kembali ke aula. Radi cukup menakutkan saat serius atau saat dia terganggu. Itulah kenapa Dery memintanya berjaga di uks.

"Kenapa gak cari alasan lain sih, kalau mau bolos." Radi menggerutu pelan saat uks sudah kembali kosong.

"Lagian bang Dery tumben biarin mereka cari alasan." Radi kembali membuka laptopnya, mengerjakan sebuah lagu yang dia kerjakan sebagai pengisi waktu.

"Sam!" Radi melirik tidak tertarik pada pintu uks, ada Alvin yang sedang berdiri disana.

"Nama gue Radi!" Alvin tertawa saat mendengar Radi mengucapkan itu.

"Udahlah terima aja dipanggil Sam." Radi menghela nafas.

"Terserah lo aja, ngapain lo kesini?" Alvin menghentikan tawanya saat dia sampai dihadapan Radi.

"Bentar lagi penutupan ospek, bang Wira minta lo juga ikut ke aula." Radi langsung berdecak kesal. Dia tidak suka berada ditengah keramaian, membuat pusing saja.

"Harus banget ya?" Alvin hanya mengangguk.

"Ya udah lo sana duluan, gue mau beresin ini baru nyusul ke aula." Alvin tersenyum saat melihat Radi mematikan laptopnya, setelah sebelumnya menyimpan hasil pekerjaannya.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang