09. Rasa yang sama namun berbeda

807 130 0
                                    


.
.
.
.
.
Haris sama sekali tidak bisa melepaskan tatapannya dari sosok mungil Radi. Selama perjalanan kerumah milik pemuda itu, Haris sudah mendengar banyak penjelasan dari Regis. Tentang siapa Radi sebenarnya. Namun tetap saja rasanya Haris ingin memeluk tubuh mungil itu.

"Hah." Haris kembali menghela nafasnya, saat ini dia sedang duduk dibangku yang ada dihalaman belakang rumah Radi. Pemuda itu menawarinya menginap bersama dengan Regis dan Bayu.

"Gue kira siapa yang duduk dibelakang." Haris menoleh saat mendengar suara yang mampu membuatnya tertegun.

"Radi." Haris berbisik menyebut nama pemuda mungil yang sudah duduk disebelahnya itu.

"Ngapain duduk sendirian disini?" Haris tersenyum tipis saat Radi bertanya padanya.

"Gak bisa tidur, Bayu sama Regis kalau tidur gak bisa diem." Radi terkekeh dan mengangguk paham.

"Mau tidur dikamar gue aja?" Haris langsung mengerjap saat Radi kembali menawarinya untuk tidur dikamarnya.

"Lo gak takut gitu?" Radi mengernyit bingung mendengar pertanyaan Haris.

"Takut kenapa?"

"Kita baru kenal, lo gak takut gue punya niat jahat ke lo?" Radi justru tertawa pelan, membuat Haris memejamkan matanya.

"Kalau lo emang punya niat jahat ke gue, lo gak akan bilang soal itu ke gue. Dan lagi gue cukup peka sama orang yang punya niat jahat ke gue." Haris akhirnya tersenyum tipis saat Radi selesai berbicara.

"Wajah lo mirip banget sama Fares, bahkan gue tadi sempat ngira lo itu dia, maaf ya." Radi tersenyum.

"Gak papa, gue paham kok, Regis juga udah cerita semua ke gue." Haris menunduk setelah mendengar jawaban Radi.

"Lo mau jadi temen gue kan Di?"

"Gue gak pernah nolak buat temenan sama seseorang Ris." Jawaban ringan Radi justru membuat Haris semakin menundukan kepalanya.

"Tapi mungkin gue masih anggep lo pengganti temen gue, lo gak marah sama gue kan?" Radi menggeleng.

"Lo boleh anggep gue apapun, selama lo gak ada niat jahat sama gue, gue gak akan keberatan temenan sama lo." Haris menatap Radi lekat.

"Kenapa lo bisa sebaik itu ?" Radi mengedikan bahunya mendengar pertanyaan Haris.

"Baik sama seseorang gak perlu alesan kan. Ayo tidur, udah tengah malem nih." Haris beranjak mengikuti Radi yang sudah lebih dulu berjalan masuk kedalam rumah.

"Lo serius nawarin gue tidur dikamar lo Di?" Radi mengangguk.

"Iya dari pada lo gak bisa tidur kalau sekamar sama Regis juga Bayu." Haris tersenyum pada Radi. Dia tidak menyangka pemuda mungil itu sangat pengertian.

"Makasih Di kalau gitu."
.
.
.
.
.
Haris dan Bayu melongo tidak percaya saat melihat Regis masuk kedalam rumah dengan tubuh basah kuyup, sedangkan diluar sedang cerah, tidak mungkin Regis terkena hujan lokal kan.

"Lo habis kecebur selokan Gis?" Bayu menutup mulutnya menahan tawa yang akan meluncur saat mendengar pertanyaan polos Haris.

"Iya selokan selebar laut dibelakang rumah." Regis menjawab dengan wajah tertekuk kesal.

"Emang dibelakang rumah ada selokan?" Regis ingin sekali melempar Haris dengan kursi yang ada dihadapannya.

"Lihat aja sendiri kebelakang." Bayu dan Haris langsung beranjak melihat kebelakang rumah, terutama saat mendengar kecipak air dibelakang.

"Woah!"

"Gue baru tau ada kolam dibelakang, kayaknya semalem gue gak lihat kolam." Haris bergumam saat melihat sebuah kolam renang besar dibelakang rumah.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang