28. Terulang

561 103 0
                                    


.
.
.
.
.
Raefal menatap ponselnya lekat, ada sebuah pesan yang masuk dari nomor tidak dikenal, dari laki-laki yang datang kerumahnya tempo hari. Laki-laki itu mengaku dia adalah ayah kandung Radi, dan dia menanyakan apakah Radi ada dirumah atau tidak. Awalnya Raefal tidak ingin membalas pesan itu, tapi itu terkesan tidak sopan, jadi remaja delapan belas tahun itu memberi tahu jika Radi ada dirumahnya sendiri, atau lebih tepatnya rumah sang bunda.

"Bapak yang kemarin itu beneran ayahnya bang Fares?" Raefal menghela nafas saat mengingat, mungkin saat ini Radi sedang bersenang-senang dengan Regis dan yang lain.

"Bang Fares anggep aku adik kan? Gak akan ninggalin aku kan?"

Raefal mengacak rambutnya kesal saat pikirannya dipenuhi oleh sosok Radi. Raefal memilih memejamkan matanya, mencoba terlelap karena hari sudah malam.

"Bang Fares."
.
.
.
.
.
Radi langsung menutup tirai dikamarnya saat melihat sebuah mobil berhenti tepat didepan rumahnya. Mobil yang sama yang dia lihat dirumah Abi beberapa hari lalu, mobil milik Bima, ayahnya.

Radi berdiri dibalik pintu balkon, menunggu apakah Bima akan masuk kedalam rumahnya atau tidak. Tidak bisa dipungkiri keringat dingin sudah membasahi tubuh Radi saat ini, bahkan tangannya sudah gemetar, dia ketakutan tapi dia tidak ingin sahabat-sahabat barunya tau tentang itu.

"A-ayah." Radi bergumam lirih saat melihat Bima turun dari mobilnya dan menatap kearah balkon kamar Radi.

Dengan cepat Radi menjauh dari pintu balkon, bergegas turun kelantai bawah dimana sahabat-sahabatnya berada. Dia harus memastikan tidak ada satupun diantara mereka akan membuka pintu jika Bima mengetuk.

Langkah kaki Radi yang terkesan terburu menghampiri pintu depan, bahkan tanpa sadar dia hampir saja terjatuh dari anak tangga, membuat Haris dan Gio yang melihat itu memekik khawatir.

"Radi pelan-pelan!" Radi tidak menghiraukan teguran Haris, pemuda mungil itu mengintip dari jendela disamping pintu, dan tersentak saat melihat Bima sudah ada diteras rumahnya.

Tok

Tok

Tok

Radi memejamkan matanya saat mendengar ketukan pintu, tubuhnya merespon berlebihan akan kehadiran Bima, dia tidak lagi bisa berdiri tegak sejak pertemuan terakhirnya dengan Bima beberap hari lalu.

Tok

Tok

Tok

"Radi, ada tamu itu." Angkasa berjalan mendekati Radi yang berdiri tidak jauh dari pintu, tapi sama sekali tidak ada niat untuk membukanya.

"J-jangan dibuka." Angkasa, Haris dan Bayu mengernyit bingung saat mendengar suara Radi bergetar.

"Di, lo gak papa?" Radi tidak menjawab, pikirannya sudah penuh oleh kemungkinan terburuk jika Bima memaksa masuk kedalam rumahnya.

"Kenapa gak boleh dibuka?" Haris mencoba berjalan kearah pintu namun dengan cepat Radi menghalanginya.

"Kalian ngapain berdiri disitu?" Bayu dan Angkasa menoleh saat suara Gio terdengar, ada Regis juga yang berdiri dibelakang mereka.

"Itu." Bayu menunjuk Radi yang tengah menahan tangan Haris agar tidak mendekati pintu. Regis yang melihat tingkah Radi langsung berjalan mendekati keduanya, Regis memutuskan mengintip keluar dari jendela.

"Bang Gio, bawa bang Radi kedalem bang." Gio menatap bingung pada Regis saat remaja itu terlihat tegang.

"Ada apa sih?" Angkasa yang kebingungan hanya bia bertanya-tanya.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang