23. Musuhan?

598 106 0
                                    


.
.
.
.
.
Radi sedikit terkejut saat Wira menghubunginya dan mengatakan bahwa Raefal mencarinya, saat ini remaja itu tengah menunggu Radi distudio. Radi menghela nafas, kelasnya baru saja selesai, dan dia harus bergegas turun kebawah.

"Ayo Sam." Radi melirik Alvin yang menunggunya diambang pintu. Sejak kejadian dia pingsan diatap, Alvin atau Vito benar-benar tidak lagi membiarkan Radi berada dikelas sendirian, apa lagi jika kelas mereka sedang ada dilantai tiga atau empat.

"Sebentar." Radi segera menghampiri Alvin saat pemuda itu tampak menampilkan wajah datar.

"Ayo, gak usah gitu ngeliatinnya." Radi segera menarik Alvin agar segera meninggalkan kelas, jika tidak bisa Radi pastikan Alvin akan menghajar Juna saat itu juga.

"Heh, udah nariknya gue bisa jalan sendiri." Radi segera melepaskan tangan Alvin.

"Mata lo bisa lepas kalau ngeliatinnya gitu amat ke Juna." Alvin berdecih pelan saat Radi membawa nama Juna.

"Ya biar anak itu gak macem-macem lagi sama lo." Radi menggeleng pelan.

"Jangan pernah cari gara-gara cuma karena gue Vin, gue gak suka." Alvin menghela nafas saat mendengar nada suara Radi yang lebih rendah.

"Iya-iya, gue gak akan cari masalah, kecuali dia udah keterlaluan kayak kemarin." Radi berdecak kesal saat Alvin masih saja menjawab dengan jawaban yang sama.

"Terserah lo aja Vin."
.
.
.
.
.
Raefal hanya menundukan krpalanya sejak masuk kedalam studio, hal itu membuat Dery yang sejak tadi berada distudio tersenyum lucu. Menurut Dery, Raefal termasuk remaja yang cukup tampan.

"Gak usah tegang dek, santai aja kalau disini." Dery bisa melihat tubuh Raefal sedikit terlonjak saat dia tiba-tiba membuka suara.

"I-iya bang." Dery tersenyum saat melihat Raefal mengangkat kepalanya.

"Bentar lagi Radi dateng kok, kelasnya udah selesai." Raefal mengangguk. Dery menghela nafas saat menatap mata Raefal, benar kata Radi, Raefal seperti cerminan Radi dulu, tatapan mata remaja itu menunjukan bahwa dia kesepian.

Cklek

Dery dan Raefal secara serempak menatap kearah pintu studio yang terbuka, ada Alvin dan Radi yang masuk kedalam studio.

"Ini adek lo?" Radi mengangguk saat Alvin melirik sosok Raefal yang duduk disofa.

"Adek lo cakep, buat gue boleh gak?"

Plak

"Gak usah aneh-aneh lo." Radi menggeplak kepala Alvin saat sahabatnya itu melirik Raefal dengan tatapan tertarik.

"Fal, duduk lo geseran, jangan deket sama buaya." Raefal langsung menggeser duduknya setelah mendengar perintah Radi.

"Jahat bener lo sama sahabat sendiri." Radi menatap datar pada Alvin saat melihat pemuda itu bertingkah alay, sedangkan Dery langsung memalingkan wajahnya.

"Lo kalau bosen jomblo, jangan gila distudio Vin." Alvin langsung diam saat Dery yang berucap.

"Bang Dery gak asik." Radi mengabaikan Alvin yang mulai menggerutu, dan memilih menatap Raefal.

"Kelas lo udah beres?" Raefal mengangguk.

"Udah bang, abang gak marah kan kalau aku kesini?" Radi menggeleng.

"Kenapa gue harus marah, lo mau langsung balik?" Raefal tampak bingung setelah Radi bertanya, dan Radi juga tidak bodoh untuk membaca kebingungan Raefal.

"Ya udah ntar balik bareng gue, tapi nunggu Regis dulu, dia ngajak ke kantin teknik sebentar." Raefal mengangguk. Radi baru tau jika Raefal cukup pendiam.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang