29. Lengah

543 98 1
                                    


.
.
.
.
.
Setelah malam itu, buka hanya Regis yang selalu mengikuti kemana pun Radi pergi tapi Gio, Angkasa, Haris dan Bayu juga melakukan hal yang sama. Bukan Radi tidak nyaman hanya saja pemuda mungil itu merasa tidak enak. Teman-temannya itu bahkan langsung mengahampirinya di studio setelah kelas mereka selesai. Radi tidak mengatakan apapun, dia hanya diam, Radi tentunya tidak lupa jika yang memeluknya malam itu adalah Gio dan sudah bisa dia pastikan, teman-temannya itu tau soal masa lalunya.

"Lo kenapa Sam?" Radi mengerjap saat Vito bertanya padanya. Saat ini dia hanya berdua dengan Vito, karena dua lovebird senior sedang ada kelas dan Alvin sudah tidak tau ntah kemana.

"Ngantuk." Vito mendengus saat mendengar jawaban Radi.

"Tidur sana, atau mau balik?" Radi berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab Vito.

"Gue balik aja deh, pingin tidur dirumah gue." Vito langsung berbalik menatap Radi.

"Mau gue anter?" Radi melirik aneh pada Vito saat sahabatnya itu tiba-tiba menawarkan akan mengantarnya pulang.

"Gak makasih, gue bawa motor hari ini." Vito tertawa saat mendengar suara kesal Radi.

"Ya udah hati-hati, langsung balik aja, gak usah mampir." Radi mengangguk sebelum akhirnya beranjak dari sofa.

"Iya, gue balik."
.
.
.
.
.
Radi menghela nafas lega begitu dia sampai dirumah, tidak ada tanda-tanda kehadiran Bima, setidaknya hari ini dia tidak harus merepotkan teman-temannya.

"Semoga aja ayah gak balik lagi kesini." Radi bergumam lirih.

"Kenapa kalau ayah balik kesini?"

Deg

Radi langsung mematung saat mendengar suara berat familiar dari belakang tubuhnya. Radi berbalik dan dia menyesali itu, saat dia melihat Bima berdiri dibelakangnya dengan seringaian yang terlukis diwajahnya.

"A-ayah." Radi melangkah mundur saat Bima mendekatinya.

"Kamu gak kangen ayah? Dari beberapa hari lalu kamu menghindar dari ayah." Radi bisa merasakan jantungnya berdebar dengan sangat kencang.

"J-jangan." Radi hanya bisa melangkah mundur, meskipun sebenarnya dia ingin segera berlari masuk kedalam rumah.

Grep

"Kamu ikut ayah sekarang!" Radi memberontak saat tangannya ditarik oleh Bima. Dia tidak ingin ikut dan menjadi objek pelampiasan kekesalan Bima.

"A-aku g-gak mau ikut, l-lepasin!"

Buagh

Bima melayangkan pukulan pada perut Radi saat pemuda mungil itu mmberontak.

"Ugh..." Radi langsung membungkuk, perutnya terasa sangat sakit saat ini.

"Diam dan ikut, atau bunda mu yang akan terima akibatnya." Radi tersentak saat Bima mengancam dengan nama bundanya.

"J-jangan bunda." Bima tersenyum miring, dia selalu tau bahwa Alia adalah kelemahan terbesar Radi, sejak kecil hingga sekarang si mungil itu tidak berubah.

"Kalau kamu diam dan nurut, saya gak akan sentuh bunda kamu." Radi akhirnya hanya bisa pasrah saat Bima menarik tubuhnya dan memaksanya masuk kedalam mobil laki-laki itu. Radi hanya bisa menahan getaran pada tubuhnya, dia harus menyembunyikan ketakutannya jika tidak ingin Bima menggila.

"Setelah ini kita akan bermain nak." Radi bisa merasakan keringat dingin yang keluar dari tubuhnya. Kata bermain untuk Bima adalah penyiksaan untuk Radi.

Radi tidak tau Bima akan membawanya kemana, karena sejak tadi pemuda mungil itu sama sekali tidak bisa mengingat jalanan yang mereka lewati. Ketakutan yang Radi rasakan mengambil alih seluruh kerja otaknya.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang