48. Datang

560 90 4
                                    


.
.
.
.
.
"Bang Sam ya tuhan jangan mulai jahil!"

"Bang mending lo balik deh, dari pada lo makin jahil gini." Radi tertawa kecil saat Gevan manggerutu pada nya.

"Gue gabut Van, temenin main." Gevan menggeleng heran, Radi memang bisa sangat manja hanya saat bersama orang terdekatnya.

"Tapi gue gak bisa lama bang, gue harus cepet balik, kalau gak bang Bayu bakal curiga sama gue." Radi menghela nafas, memang Gevan selalu mengunjungi nya tanpa sepengetahuan Bayu dan Gio.

"Ya udah, tapi disana baik-baik aja kan?" Gevan mengangguk pelan.

"Baik bang, kecuali Regis sih." Radi tertawa, dia sudah sangat tau bagaimna keadaan Regis.

"Gue tau kalau soal Regis " Gvan mengernyit, bagaimana pemuda mungil itu tu jika dia tidak pernh cerita soal Regis.

"Kok lo tau bang?" Baru saja Radi akan menjawab, tapi tertunda karena suara ketukan pintu.

"Ada tamu tuh bang, biar gue yang buka." Radi hanya menghela nafas saat Gevan sudah berlalu dari hadapannya.

"Pasti bang Tirta." Radi beranjak, dia mengikuti Gevan yang ternyata justru mematung didepan pintu.

"Masuk aja bang, Van itu mulut ditutup, ntar laler masuk." Gevan langsung menatap Radi bingung.

"Bang, kok bang Tirta bisa tau rumah abang ini, sejak kapan??" Radi hanya tersenyum sambil menarik tangan Tirta untuk masuk.

"Dua minggu mungkin." Gevan semakin melongo mendengar jawaban Radi. Berbeda dengan Tirta yang memang sudah mengetahui siapa saja yang tau rumah Radi ini.

"Udah, katanya lo mau pulang, sana pulang." Gevan merengut, kok Radi jadi mengusirnya.

"Abang kok ngusir gue?" Radi yang melihat Gevan cemberut justru semakin menggoda.

"Tadi yang bilang harus cepet pulang siapa?" Gevan menghela nafas, dia kalah debat dengan Radi.

"Iya deh, gue balik dulu, nanti malem gue telfon bang." Radi mengangguk, Tirta yang sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan tidak penting Radi dan Gevan hanya bisa tersenyum.

"Iya, kabari gue kalau ada apa-apa."
.
.
.
.
.
Haris tersenyum kecil saat melihat Bayu kembali menggerutu begitu berpapadan dengan Raefal di pintu kantin. Memang sejak Radi menghilang sebulan lalu, hubungan mereka dengan Raefal yang mulai membaik justru kembali memburuk. Bayu, Angkasa dan Regis yang sebenarnya mulai luluh karena kehadiran Radi, kembali memusuhi Raefal setelah tau apa yang telah diperbuat remaja itu pada Radi.

"Kenapa sih gue harus ketemu sama setan satu itu?!" Haris menggeleng saat gerutuan Bayu kembali terdengar.

"Bay, udah lah, mau lo ngomel kayak gini itu anak gak bakal bisa bawa Radi balik." Bayu merengut dan menatap Haris lekat, mata pemuda itu berkaca-kaca.

"Gue kangen sama Radi, Ris. Semua gara-gara setan sama bapaknya setan nih!" Bayu kembali bersungut saat mengingat awal mula Radi menghilang.

Cup

Bayu mengerjapkan matanya saat Haris mencuri sebuah kecupan dibibirnya. Pemuda itu segera melihat sekitar, memastikan tidak ada yang melihat kejadian itu.

"Masa harus di kecup dulu baru diem?" Haris tersenyum jahil saat melihat wajah Bayu memerah.

"HARISSSSS!!!" Bayu memukul pundak Haris beberapa kali sambil menggerutu pelan.

"Aduh...aduh...Bay...Ya tuhan kayak perawan aja, padahal itu kan bukan yang pertama kali." Haris mencoba menghentikan pukulan Bayu pada tubuhnya. Ya meskipun kelihatannya pelan, tetap saja pukulan Bayu cukup menyakitkan.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang