35. Mulai menerima

521 104 1
                                    


.
.
.
.
.
Radi sudah keluar dari rumah sakit pagi ini, dengan sedikit memaksa sebenarnya. Tapi sang bunda belum mengijinkan Radi untuk pulang kerumah, dengan alasan bahwa Radi belum sepenuhnya sehat, Alia memaksa Radi untuk menginap dirumah Abi.

"Bang Fares." Radi yang semula tengah berbaring diatas ranjang langsung menoleh kearah pintu. Sedikit banyak dia setuju dengan Alia, jika dia belum sembuh. Terbukti dengan kepalanya yang mulai berdenyut sakit.

"Masuk aja Fal." Radi tersenyum tipis saat melihat Raefal menghampirinya.

"Sakit lagi ya bang?" Raefal terlihat khawatir saat melihat kerutan didahi Radi.

"Cuma sedikit, gak papa kok." Raefal menatap Radi tidak setuju, tapi juga tidak bisa mendebat.

"Abang istirahat aja ya, nanti kalau makan siang udah siap, Efal anter kesini." Radi menggeleng pelan, tanda dia tidak setuju dengan Raefal.

"Nanti gue makan dibawah aja, lagian gue udah gak papa." Radi tau Raefal tidak setuju, tapi dia juga tidak ingin hanya tidur dikamar.

"Bang Fares, gak mau tinggal disini aja?" Radi terdiam sebentar sebelum akhirnya menggeleng.

"Maaf Fal, tapi gue gak bisa, gue lebih nyaman tinggal dirumah bunda."
.
.
.
.
.
Raefal sebenarnya sangat senang saat Radi mau menginap dirumah, jadi dia bisa menghabiskan waktu dengan kakaknya itu, melakukan apapun yang Radi sukai, seperti saat ini. Raefal sedang menemani Radi dikamar, menatap antusias pada pemuda mungil yang sibuk memetik senar gitar itu.

"Abang kok bisa main gitar sih?" Radi hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Raefal.

"Ya kan gue anak seni musik Fal." Raefal kembali menatap Radi yang tidak berhenti memainkan melodi indah.

"Emang anak seni musik harus bisa main alat musik ya bang?" Radi menghentikan permainan gitarnya dan menatap Raefal.

"Setau gue sih anak yang masuk ke jurusan musik pasti minimal bisa main satu alat musik, atau paling gak mereka ngerti soal musik." Radi bisa melihat Raefal terdiam.

"Fal, kenapa?" Radi meletakan gitarnya dan menepuk pundak Raefal. Adik tirinya itu hanya menggeleng.

"Gak papa bang." Radi tersenyum tipis saat melihat binar antusias dimata Raefal yang masih terlihat.

"Lo mau belajar alat musik? Mau gue ajarin?" Raefal langsung menatap Radi, kemudian menggeleng.

"Gak deh bang, aku gak ada niat soalnya." Radi mengangguk saat Raefal menolak tawarannya. Radi memutuskan merebahkan tubuhnya setelah tidak ada lagi yang membuka suara.

"Bang, jangan tidur, ayo makan dulu habis ini." Radi hanya berkedip dan menghela nafas, saat Raefal menepuk lengannya.

"Nanti aja makannya." Raefal berdecak saat Radi kembali menunda waktu makannya.

"Makan dulu bang, baru habis itu abang bisa tidur." Radi akhirnya menuruti permintaan Raefal untuk makan, saat remaja itu tidak berhenti menarik tangannya.

"Iya-iya ayo makan." Raefal tersenyum saat Radi bangkit dari ranjang nya.

Raefal tidak bisa menahan senyumnya setiap kali melihat Radi, dia tidak mengerti apa yang tengah dia rasakan, tapi dia selalu lega setiap melihat Radi ada disekitarnya.

Saat ini keduanya sudah duduk dimeja makan dengan makanan yang sudah tersedia. Radi mengernyit saat melihat sup ayam ada diatas meja makan. Sudah beberap hari ini sup ayam selalu ada dimenu makan siang mereka.

"Bang Fares, ayo makan." Radi menghela nafas pelan saat menerima sepiring nasi dari Raefal.

"Bang, aku habis ini ada kuliah, mungkin pulang agak malem, abang mau aku bawain apa nanti?" Radi yang tengah fokus memakan makanannya dengan pelan, langsung menatap Raefal, sebelum akhirnya menggeleng.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang