50. Pernyataan

879 83 16
                                    


.
.
.
.
.
Tirta menatap Radi yang sedang melihat keluar jendela mobil, sepertinya pemuda mungil itu tengah melamun. Tadi saat dia sampai dikampus untuk menjemput Radi, Tirta bisa melihat bahwa Radi sedang berbicara dengan Raefal, sebelum akhirnya pemuda mungil itu langsung berlari kearah mobil nya.

"Radi." Tirta tersenyum tipis saat melihat Radi sedikit tersentak.

"Kenapa bang?" Tirta tersenyum lembut.

"Jangan ngelamun, lagian ngelamunin apa sih?" Radi cemberut saat Tirta menyadari bahwa dia melamun.

"Sikap ku ke Raefal tadi keterlaluan ya bang?" Tirta menepikan mobilnya kesisi jalan, dia menatap Radi yang menunduk.

"Gak ada yang keterlaluan Di, kamu cuma ngelakuin itu huat ngelindungi diri lu, jadi jangan ngerasa gak enak karena udah ngelakuin hal itu." Radi mendongak dan menatap Tirta yang tengah mengusap rambutnya.

"Aku baru sadar kalau bang Tirta ganteng."
.
.
.
.
.
Tirta membawa Radi kerumah Abi, atas permintaan pemuda mungil itu sendiri. Dia ingin mengambil barang-barangnya yang masih ada disana, tanpa merepotkan sang bunda. Tirta sebenarnya tidak yakin dengan keputusan Radi, karena bisa saja pemuda mungil itu akan bertemu Abi disana.

"Radi, kamu serius soal ini?" Radi mengangguk, bagaimana pun dia harus menyelesaikan urusannya dengan keluarga Abi. Menurutnya meskipun sang bunda sekarang adalah istri Abi, tapi dia tidak akan pernah ada hubungan dengan Abi.

"Iya bang, cuma ngambil barang, lagian kan abang temenin." Tirta tidak bisa menahan gemas saat melihat Radi tersenyum padanya.

"Radi tolong jangan gemesin dong!" Radi mengerjap saat mendengar ucapan Tirta.

"Kenapa? Kan aku gak gemesin bang!" Tirta menggeleng.

"Kamu itu gemesin Di, dan kalau kamu gemesin aku jadi makin suka."

Blush

Wajah Radi sukses memerah mendengar kata suka keluar secara langsung dari bibir Tirta.

"A-apa sih bang!"
.
.
.
.
.
Radi menggenggam erat tangan Tirta begitu mereka ada dirumah Abi. Radi sedikit takut, apa lagi saat Alia mengatakan bahwa Abi sedang berada dirumah.

"Gak papa, aku disini kok." Tirta mengelus tangan Radi yang menggenggam tangannya.

"Cuma sebentar kan bang, kata bunda barang ku udah disiapin sama bunda, tinggal ambil." Tirta mengangguk, dia tau Radi tengah berusaha melawan ketakutannya saat ini.

Tok

Tok

Tok

Cklek

"Den Radi? Den Tirta." bi Maya yang membukakan pintu cukup terkejut saat melihat kehadiran Radi dan Tirta.

"Aku mau ketemu bunda bi." bi Maya tersenyum tipis saat melihat ekspresi ragu di wajah Radi.

"Masuk aja den, nyonya sama tuan ada diruang keluarga." Radi mengikuti langkah Tirta yang sudah mengajak nya masuk.

"Radi." Radi hanya tersenyum saat sang bunda menyadari kedatangannya.

"R-radi mau ambil barang bun." Alia mengangguk, dia sudah menyiapkan barang milik putranya itu, karena dia sangat yakin tidak akan mungkin memaksa Radi untuk kembali datang atau menginap disini.

"Sudah bunda siapin, sebentar ya." Radi mengangguk, pemuda mungil itu menyembunyikan tubuhnya dibelakang tubuh Tirta saat netranya tidak sengaja menatap Abi.

"Radi, kenapa kamu mau pergi? Gak mau tinggal disini aja?" Radi menggeleng, jangankan tinggal saat ini saja dia sudah ketakutan.

"Tirta boleh om ngomong berdua sama Radi?" Tirta menoleh menatap Radi yang menggeleng.

Janji?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang