Begin

94 7 0
                                    

Gemuruh suara langkah kaki berbalut oleh sepatu menggema di sepanjang lorong lantai yang di pijak, beruntunglah sebagian besar ruangan apartemen yang berada di sana telah dilengkapi dengan peredam suara dari dalam.

Antara memang untuk menjaga privasi si pemilik unit, atau mengantisipasi hal-hal yang mengganggu, seperti sekarang.

Seorang pemuda dengan surai blonde tengah memacu kecepatan kakinya meskipun napasnya telah memburu, mengabaikan jika nanti ada manusia lain yang akan protes karena telah mengganggu kenyamanan mereka.

Lupakan tentang beristirahat dengan tenang saat akhir pekan.

Bukankah memang salahnya sendiri yang telah memutuskan untuk pergi ke rumah orang lain saat pagi dimana hujan turun, alih-alih dengan tenang berbaring di atas kasurnya.

Entah apa motivasi Sungjin menghubunginya untuk bertemu dan berakhir dengan rasa khawatir yang membuncah kala kalimat terakhir pemuda Busan berucap,

Younghyun sakit’

Bodoh, kenapa baru berpikir sekarang?

Bagaimana kalau ia telah di tipu?

Bagaimana kalau Younghyun sedang tidak di apartemennya?

Sempurna.

Bukankah kini pemuda Kang itu tengah menikmati akhir pekan di rumah orang tuanya yang nyaman?

Sekalipun jika memang benar dirinya sakit, bukankah keluarganya yang akan merawat?
Kenapa malah dirinya yang kalang kabut?

Terlambat.

Kaki panjangnya telah sampai pada tujuannya.

Ujung sepatu nya kini berhadapan dengan pintu ruang yang beberapa kali di kunjunginya bersama teman yang lain.
Jika hanya berkunjung sendiri? Entahlah, ia tak ingat.
Atau bahkan mungkin belum pernah.

Berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja, meskipun rasanya mungkin tidak begitu.

Jika memang semuanya harus berlalu, anggaplah kedatangannya kemari untuk mengecek apakah si Kang masih hidup atau tidak.

Bersiap memencet bel, tapi sayangnya sebelum itu terjadi pintu di depannya terbuka menampilkan wajah yang selama ini ia rindukan.

Wajah yang baru saja tadi malam di pandangi melalui ponsel pintar, dengan berdalih memeriksa situs kampusnya.

Siapa yang coba kau bodohi Park Jaehyung?

Bukankah diskusi di ruang obrolan sekelas mu lebih meyakinkan daripada melihat halaman yang di peruntuhkan untuk seluruh civitas tanpa memperhatikan detail?

Mata rubah itu masih tajam, meskipun ada gurat lelah di dalamnya, keduanya beradu tatap.

Bahkan napas yang semenit lalu masih memburu hingga membuatnya sesak tak lagi ia rasakan, dan berganti menjadi perasaan yang kembali bergemuruh.

“Jae…”

Namanya di panggil, tapi tak ada yang sanggup keluar dari kerongkongannya.

“Jaehyung, aku…”

Seberapa pemilik nama itu mencoba mengelak pun, hatinya tak bisa berbohong. Suara ini yang dia rindukan.

Don’t say anything, please don’t
Suaranya bergetar.

Oh tidak, matanya telah buram. Dia tidak boleh menangis disini.

Tepat sedetik sebelum air bening itu turun, badannya terhuyung kebelakang.
Tubuhnya di dekap oleh Younghyun dengan erat.

Siapa yang peduli dengan posisi mereka yang masih di depan pintu?

Dua manusia berbeda perawakan itu masih hanyut dalam pelukan yang entah berarti apa, tangan yang lebih muda tengah bertengger indah di punggung Jaehyung dan kepalanya yang dengan nyaman berada di pundak yang lain.

Sedangkan tangan Jaehyung tak kalah dengan membalas pelukan Younghyun dengan melilitkan kedua tangannya di kedua sisi pinggang pemuda Kang.

I’m sorry Jae, I’m sorry. Forgive me please”

Hanya kata maaf yang mampu terucap setelah merasa cukup menjadi pecundang.

Terlalu takut memulai, dan kini pemandangan manusia yang telah ia sakiti tepat berada di depannya.

Harusnya dirinya yang datang,
Harusnya dirinya yang berlari meminta maaf,

Harusnya,
Ini tidak pernah terjadi seandainya dirinya yang tidak plin plan hingga berujung menjauhkannya dari Jaehyung.

Akhirnya pelukan itu merenggang, memundurkan wajahnya hingga kini dua pasang mata itu saling menyelami orbit masing-masing.

Younghyun tidak ingin bodoh untuk kedua kalinya, memberanikan diri hingga kedua wajah itu hampir tak berjarak.

Mengangkat wajahnya hingga bibirnya mengecup kening si blonde membuat mata sipit berbalut kacamata itu tercelang untuk beberapa saat.

“Brian”

“Hmm?”

Mata itu terlihat sangat dalam menatap Jaehyung, lupakan raut lelah yang tadi terpatri menyelimuti wajah tampannya.

Don’t make me hope”

So, you hope for me?”

Younghyun tersenyum miring


Shit, Kang fucek Brian

Jaehyung lupa bahwa status Younghyun sebagai penggoda ulung di depan dirinya.

“Let me go then”

Jaehyung menegaskan ucapannya sekaligus mencoba melepaskan diri dari pelukan Younghyun, namun sepertinya tak akan semudah itu.

Tubuhnya kembali terambing semakin dalam masuk kedalam dekapan pria di depannya.

Hingga dapat ia rasakan suara lirih yang dalam begitu dekat dengan telinganya.

I never gonna let you go, babe”

Selanjutnya tak lupa kecupan pada cuping yang lebih kurus.

Jaehyung sudah jelas melupakan tujuannya untuk datang ketempat itu.
Lupakan soal pertanyaan

‘Kau sakit apa?'

Karena sekarang otaknya telah kosong.
Wajah dan telinganya telah sewarna kepiting rebus

“Aku lupa, seharusnya mempersilahkan tamu masuk”

Younghyun terkekeh menertawakan dirinya sendiri, Jaehyung bingung bagian mananya yang lucu.

Tapi dirinya hanya diam, karena sejak kecupan yang ia terima di daun pendengarannya, dirinya hanya menyandarkan kepala di pundak Younghyun.

Sepertinya si yang biasanya sarkas sedang malu.

“Ayo masuk”

Posisi mereka masih sama, Younghyun mencoba menyeret kakinya memperhatikan langkah tanpa merubah arah tubuhnya.

Baru beberapa langkah tubuhnya setengah masuk pada ruangan, dapat Younghyun dengar langkah kaki yang perlahan terhenti cukup jauh dari tempatnya dan Jaehyung berdiri namun masih bisa di jangkau indra penglihatannya.

Hyung?”

Merasa ada orang lain, membuat yang lebih tua ikut menolehkan kepala tanpa melepas pelukannya di pinggang Younghyun.

Mata kecilnya membulat setelah menyadari siapa yang barusan memanggil.

Tapi aneh,
Harusnya ada rasa bersalah mengingat manusia yang tengah berdiri menyaksikan posisi ambigunya bersama Younghyun adalah orang yang sama yang beberapa waktu lalu memberi tahu tentang perasaannya pada makhluk yang tengah menempel padanya saat ini.

Namun tubuhnya menolak untuk melepas Younghyun ataupun sekedar memberi penjelasan mengapa dirinya berada tepat di depan apartemen pemuda Kang.

Jangankan rasa bersalah, malah hatinya semakin ingin menunjukkan bahwa yang tengah di peluk juga memiliki perasaan yang sama padanya.

Bolehkah Jaehyung jumawa sekarang?

Merasa lebih unggul dari rivalnya.

Tunggu! Ini tidak benar. Dirinya harus lebih dewasa.

Lantas bagaimana hubungan mereka berdua nantinya?

Apakah mereka masih berteman?
Apakah ini salah satu bentuk pengkhianatan?

Lupakan, untuk kali ini biarkan seluruh keegoisan yang menang.





This is the beginning’- PJH


















































































Beautiful man,
Thank you for everything ❤️
Another happiness just waiting for u 🌼


Beautiful man,Thank you for everything ❤️Another happiness just waiting for u 🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







You were beautiful ||JAEHYUNGPARKIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang