Setelah berbagai drama yang terjadi, akhirnya Younghyun memutuskan membawa serta yang lebih tua untuk pergi ke tujuan dimana si rubah sama sekali tak memikirkannya untuk hari ini.
Terimakasih pada air mata Jaehyung yang ikut andil dalam pengambilan keputusan sang supir.
Beberapa waktu hanya diam, hanya terdengar samar-samar klakson kendaraan lain dari luar mobil dan rintikan hujan yang setia.Younghyun dimata Jaehyung sekarang hanya fokus pada jalanan.
Sebenarnya Jaehyung juga berada pada posisi yang membingungkan, bertanya pada dirinya sendiri.
‘It’s better to stay with him cause his so kind’
Atau
‘Actually it’s just make him feel bother more’
Jaehyung lupa bahwa seharusnya sekalipun ingin membalas kebaikan yang lebih muda, ia harus memikirkan keadaan Younghyun, Alih-alih malah menjadi beban yang lain.
“Bri, are you mad with me?”
Memberanikan diri bicara dengan sedikit meremas sabut pengamannya, menatap takut-takut pada manusia yang tengah sibuk pada kemudi.
“No, Jae. I’m not”
“Then why you just keep silent?”
Younghyun hanya mengehembuskan napasnya sebelum Kembali bicara
“I’ve told you before, hun. I just worry about your condition”.
Jaehyung dalam kepalanya memaki Younghyun yang dengan tidak tahu dirinya Kembali memanggilnya dengan kata ambigu.
Bagus, bahkan warna pipinya pun tidak bisa diajak bekerja sama.
“You blush, Hun”
“Shut up. I’m okey. Just focus on your wheel”
Younghyun hanya tersenyum, menutupi kelegaannya atas mood yang hampir seperti semula.
Kembali tidak ada yang bicara, hanya diam nyaman. Menikmati kehadiran masing-masing.
Apa yang bisa dilakukan selain menuruti ayam sakit yang tengah marah. Bukan begitu, people?
Hampir dua puluh menit perjalanan, dan cukup untuk membuat sang penumpang tertidur.Younghyun tidak tahu ini waktu yang tepat atau tidak untuk mengagumi salah satu ciptaan tuhan.
Hanya mengingatkan bahwa ia tidak punya banyak waktu untuk menatap wajah putih menuju ke pucat itu, membuka sabuk pengaman Jaehyung dan dengan tidak tega menepuk pundakknya lembut.
“Jae, wake up dude. Were here”
“Hnnng”
“C’mon, make this over soon. So, we can grab something for you”
Keluar dari mobil menuju Gedung pencakar langit berlantai belasan di depan mereka, dan menemui meja receptionist untuk menuju ruangan yang harus di masuki.
Jaehyung baru menyadari pakaian mereka adalah baju semalam yang bahkan tidak sempat di ganti.Semoga mereka tidak di tendang dari sana, atau lebih parah Akan membatalkan penerimaan Younghyun sebagai pegawai magang disana.
Setelah panggilannya di konfirmasi, mereka akhirnya menuju lantai dan ruangan yang di sebutkan, menemukan lift yang akan membawa keduanya pergi ke lantai yang lebih tinggi.
Ruang CEO, lantai 18.
Jaehyung menyipitkan matanya hingga dahinya ikut berkerut menandakan otaknya tengah berpikir.
‘hanya sekedar untuk wawancara seorang mahasiswa magang saja, harus pimpinan yang turun tangan?
Ditambah lagi sekarang adalah akhir pekan, seharusnya menghabiskan waktu pribadinya Bersama keluarga. Apakah ada semacam gaji tambahan untuk pimpinan hingga melakukan hal seperti ini?’
Setelah merelakan pemikirannya pergi begitu saja, tanpa sadar mengendikkan bahunya yang di sadari oleh satu-satunya orang yang berada satu kotak dengannya.
“What’s wrong?”
Bertanya dengan menaikkan salah satu alisnya dengan pandangan menyelidik.
“Hah? What?”
“Nothing”
Tepat setelah pembicaraan singkat mereka, pintu lift terbuka, menampakkan nuansa yang berbeda pada lobby dimana mereka di sambut oleh meja penerima.
Di lantai ini di dominasi oleh warna hangat seperti coklat dan caramel, dengan sesekali terlihat dekorasi yang terlihat terbuat dari kayu dan berapa tanaman hijau berada di beberapa sudut ruangan. Terlihat cukup elegan tapi tidak meninggalkan kesan alam.
Younghyun berjalan menuju meja yang berada pada salah satu sudut yang tepat di samping ruangan yang bisa Jaehyung tebak adalah ruangan dari sang CEO.
“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?”
Di sambut oleh Wanita cantik yang terlihat hanya beberapa tahun lebih tua di atas mereka dengan senyum ramah.
Jaehyung dapat melihat senyum Younghyun mengembang, tidak seperti biasa di saat berhadapan dengan orang asing yang hanya memperlihatkan lengkungan bibir sebatas formalitas.
Bukan tidak tulus, tapi menurut Jaehyung seorang Brian sudah menunjukkan Batasan dimana orang yang baru ia kenal tidak akan menjadi lebih dari hubungan biasa dengan ekspresi wajahnya.Bahkan dengan sedikit seringaian pun orang lain dengan sendirinya akan menjaga jarak.
‘Ah, jelas Brian tersenyum lebar. Wanita ini sangat cantik, mungkin seperti inilah selera seorang most wanted di sekolah’
‘Wait, did I just… jealous?’
“Jae?”
Lamunannya buyar oleh panggilan sang lelaki rubah.
“Yes?”
“She said we can wait in CEO’s room, he’s still had meeting with investor”
“What? CEO’s room?”
Jaehyung dengan segala keterkejutannya
“Yes sir, it’s that any problem with it?”
Wanita cantik yang bisa ia nilai mungkin adalah sekertaris pribadi ini ikut menyahuti dengan bahasa inggris yang fasih, mengikuti ia dan Younghyun yang memang selalu berbicara dalam bahasa asing ketika bicara.
“N-no, it’s okey to stay there? I mean look at us, this fashion and gonna meet with Sajangnim?”
Bertanya ragu-ragu, namun Jae adalah Jae.
Sedikit terkekeh namun tidak meninggalkan sisi elegannya, Wanita di depan mereka menjawab dengan masih dengan tersenyum
“Don’t worry sir, Sajangnim will okey with it”
Okey, kali ini jangan bilang Jaehyung yang aneh.
Semua konsep ‘mari wawancara Bersama pimpinan perusahaan’ ini sangat aneh.
“Okey, let’s go Jae”
Younghyun gemas dengan Jaehyung yang kebingungan, dengan sedikit tidak sabar menggaet tangan yang lebih tua ke ruangan yang bahkan Jaehyung sendiri ragu karyawan biasa akan memasukinya.
Ruangan dengan pintu kayu yang tinggi dengan ukiran cantik itu menyambut mereka.
‘Bukankah pintu seperti ini memiliki kunci? Kenapa Brian bisa membukanya dengan muda?’
Jaehyung masih berpikir.
Tidak begitu berbeda dengan tempat sebelumnya, ruangan ini juga masih mengusung tema hangat. Tidak begitu besar, tidak juga kecil.
Tepat di pusat ruangan terdapat meja dan kursi yang sudah pasti singgah sana sang pemimpin.Di atas kursi terdapat bingkai yang memperlihatkan seorang lelaki yang berdiri tersenyum dengan seorang Wanita yang tengah duduk memangku seorang bayi lelaki tak lebih dari dua tahun memiliki ekspresi yang sama persis dengan sang ayah.
Jaehyung entah darimana merasa sedikit banyak tidak asing dengan potret yang baru saja dilihat, namun hal lain mengalihkan pandangannya.
Di sisi kanan ruangan tersebut terlihat berbeda, bercat biru dengan beberapa gambar animasi untuk anak berusia dini.Nampak sangat kontras dengan sekelilingnya yang memancarkan aura elegan yang menyamankan. Ditambah dengan beberapa rak kecil berisi mainan dan buku cerita.
“I think Sajangnim has child, Bri”
Beralih pandang pada Younghyun dengan telunjuk yang mengarah pada sisi yang sekilas Nampak seperti tempat bayi bermain.
Hanya senyum yang Jaehyung dapatkan.
Senyum yang Jaehyung tidak mengerti apa artinya.Itu bukanlah senyum bingung atau senyum mengagumi isi ruangan tersebut, tapi seperti seorang yang tengah merindukan sesuatu.
Udara lain terasa masuk, pertanda pintu yang terbuka.
Jaehyung dan Younghyun masih belum menyadari akan kehadiran manusia lain selain mereka berdua.
“Adeul-a”
Suara tidak begitu berat mengalihkan pandangan dua penghuni sebelumnya, menjadi berputar melihat arah berlawanan.
“Appa!?”
Younghyun tanpa membuang waktu, menghaburkan diri pada lelaki paruh baya dengan setelan jas lengkap dengan dasi yang masih rapi dengan ekspresi yang bahkan Jaehyung tak pernah sangka ada pada wajah Younghyun.
Jaehyung hanya bisa melebarkan mata dengan bibir saling membuka dengan semua adegan yang tengah berlangsung di depannya.
‘Appa? Adeul?’
Mungkin butuh waktu Jae,
Dengan satu pertanyaan yang mewakili
‘Who are you, Brian Kang?’Happy Monday ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
You were beautiful ||JAEHYUNGPARKIAN
FanficHanya kisah yang sangat biasa dan pasaran antara pangeran kampus dan seseorang yang meyakini bahwa mereka Tak pernah bertemu sebelum nya. 'Hey, I'm Park Jaehyung (◔‿◔) coming from California' 'And I'm Kang Younghyun, coming from past to be your futu...