Part 6

23.5K 1.1K 2
                                    

Happy Reading Guysss!

Hari minggu telah tiba, kegiatan di rumah pun semakin banyak, tapi tidak dengan keluarga kecil Karel, saat ini keluarga kecil itu sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit.

Tadi pagi sekitar pukul lima, Amar mengabari Karel bahwa Sela telah melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki. Tentunya di sambut dengan suka cita oleh Devita dan Karel.

Saat ini Devita dan Vano sudah berada di dalam mobil menunggu Karel yang sedang menaruh kado untuk anak Amar dan Sela di bagian bagasi.

"Ma, kata papa nanti kita mau ketemu sama dedek bayi ya ma?." tanya Vano sambil mendongak menatap wajah mamanya.

"Iya sayang, nanti kita ketemu dedek bayi anaknya om Amar." jawab Devita.

"Ayo ma, nanti dedeknya suruh panggil pano abang ya ma!." seru Vano dengan gembira.

"Iya sabar sayang tunggu papa dulu, tuh papa mau masuk tuh." tunjuk Devita ke arah pintu kemudi yang akan di buka Karel.

"Ayo boy kita jalan!." ucap Karel sembari mulai menjalankan mobil meninggalkan pekarangan rumah.

Mobil keluarga kecil itu mulai membelah jalanan kota Jakarta yang lumayan padat, suasana di dalam mobil itu sangat ramai dengan celotehan Vano. Bocah kecil itu bercerita ketika berada di acara oma nya beberapa waktu yang lalu. Karel dan Devita juga aktif menjawab ketika Vano menanyakan hal-hal yang ia tidak tahu.

Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil Karel sudah terparkir rapi di basement rumah sakit. Setelah turun dari mobil, mereka langsung menuju ke ruang rawat Sela. Mereka bertiga berjalan berjajar dengan Vano berada di tengah dan di gandeng oleh Karel di sisi kanan serta Devita di sisi kiri. Terlihat harmonis sekali bukan.

Ceklek

"Assalamu'alaikum." ucap Vano dan Devita berbarengan ketika memasuki ruangan.

Sela dan Amar yang tengah mengobrol langsung menoleh ke arah pintu dan menjawab salam.

"Widih akhirnya yang di tunggu-tunggu dateng juga." sapa Amar sembari tos ala pria kepada Karel dan menyapa Vano yang berada di gandengan Karel.

Devita langsung menghampiri Sela yang masih berbaring di brankar rumah sakit, keadaan Sela juga sudah segar jadi sudah enak di ajak komunikasi.

"Cie yang udah jadi mahmud." ledek Devita kepada Sela.

"Lo yang lebih dulu jadi mahmud ya dari pada gue, btw gak ada kado gitu?." timpal Sela.

"Yah si pea, orang dateng ngejenguk tuh di sambut dengan baik, minimal di ajak basa basi. lah ini malah langsung di tagih kado." tukas Devita.

"Nih kado buat anak lo, inget buat anak lo, bukan buat lo." sambung Devita dengan tangan yang menjulur ke depan memberi paper bag yang berisi kado untuk anak Sela dan Amar.

"Yey, makasi aunty Devita cantik!." seru Sela saat menerima kado dari Devita.

Devita hanya memutar bola matanya malas, sudah menjadi kebiasaan, temannya yang satu ini memang gila dengan hadiah sejak dulu, jadi ia tidak heran.

Saat Devita ingin menimpali ucapan terima kasih dari Sela, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi. Devita yang memang insting seorang ibunya sangat kuat, ia langsung menghampiri box bayi yang ada di samping brankar Sela.

"Uluh uluh kenapa sayang kok nangis." Devita langsung menggendong bayi itu dengan telaten. Tapi tenang guys Devita, Karel dan Vano tadi sudah cuci tangan di depan ruangan rawat inap Sela.

Rahasia DeKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang