Part 14

19.3K 1K 19
                                    

Happy Reading Guys!

Brak!

"Assalamualaikum!." Ucap seseorang dengan nafas yang memburu, seperti habis dikejar sesuatu.

"Waalaikumsalam." Devita dan Karel menoleh bersamaan ke arah pintu.

"Mana Vano, mana cucu mama." ujar mama Ina sambil berlari kecil menuju brankar rumah sakit yang ditempati oleh Vano.

"Kenapa bisa gini sih sayang, kasian banget kamu." sambungnya sembari mengecup kening Vano dan sesekali mengelus rambut cucunya itu.

"Ma sini duduk dulu, Vano baru tidur, nanti kebangun kalo mama berisik kaya gitu." Karel menepuk pelan sofa kosong yang ada di sampingnya.

Mama Ina menuruti ucapan putranya, ia berbalik menuju ke arah sofa yang diduduki oleh anak dan menantunya itu.

"Itu cucu mama gimana awalnya bisa begini?." mama Ina bertanya kepada Devita diikuti dengan telunjuknya menunjuk ke arah Vano yang tengah tertidur di brankar rumah sakit.

"Awalnya panas banget mah, terus langsung kita bawa ke rumah sakit deh." jelas Devita dengan wajah yang murung kembali.

Mama Ina yang mengerti arti dari perubahan raut wajah Devita langsung merengkuh Devita kedalam pelukannya dan mengelus lengan Devita pelan.

"Yaudah gapapa, ini udah jalannya begini kok, gak usah sedih ya." mama Ina memberi pengertian kepada menantu kesayangannya itu. Karena bagaimana pun, ia juga seorang ibu dan ia tahu bagaimana perasaan seorang ibu jika melihat anaknya jatuh sakit, apalagi sampai masuk rumah sakit seperti ini.

Devita hanya mengangguk saat mendengar petuah, wejangan dan nasehat dari mama Ina. Tak lama setelah itu, mama Ina melepaskan pelukannya dengan Devita dan beralih menatap putranya yang dengan setia menonton drama antar perempuan di depannya.

"Pantesan Devita minta mama bawain baju buat kamu, gak taunya masih pake setelan ustadz gini toh." mama Ina sambil melihat penampilan Karel mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Tadi gak sempet ganti baju ma, orang Devita udah nangis-nangis." jawab Karel sambil melirik Devita yang ada disampingnya.

Devita membalas tatapan Karel, "Ya kan aku panik, tadi aja niatnya aku mau nyetir sendiri."

"Nyetir sambil nangis gitu, yang ada pandangan kamu burem, ketutupan sama air mata."

"Ya nangisnya aku tahan dulu lah." elak Devita.

"Halah, tadi aja di mobil nangisnya gak berhenti-berhenti, tuh liat aja mata kamu udah kayak apa."

Devita memandang sinis Karel, sejujurnya ia juga bingung mau menjawab apa lagi, yang bisa ia lakukan hanya berdecak kesal, "Udah ah, sana kamu ganti baju." Devita mengusir Karel sambil mendorong tubuh Karel.

"Kalah telak ya neng, gak tau mau jawab apa lagi." ledek Karel sambil terbahak ketika melihat Devita yang memasang wajah bete.

Saat Devita ingin membalas, mama Ina langsung menyela, "Karel udah sana buruan ganti baju, mantu mama jangan di ledekin mulu."

"Iya mama ku yang cantik." Karel mencium pipi mama Ina, lalu bangkit menuju kamar mandi yang ada di dalam ruang rawat Vano.

......

Setelah bersenda gurau untuk menghibur Devita agar Devita kembali lagi moodnya dan tidak menyalahkan dirinya sendiri lagi karena Vano yang jatuh sakit, mama Ina sore tadi memutuskan untuk pulang ke rumah karena katanya sih ia ingin membantu suaminya untuk siap-siap dinas ke luar kota besok.

Rahasia DeKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang