Part 29

14.8K 1.1K 28
                                    

Happy Reading Guys

Tak terasa, saat ini sudah memasuki weekend  dan hari ini adalah hari minggu. Hari dimana para orang tua melakukan quality time dengan anak-anaknya, termasuk Karel dan Devita.

Saat ini mereka bertiga tengah melakukan olahraga jogging di pagi hari. Ya walaupun sebenarnya ujung-ujungnya juga jalan santai tapi tidak apa-apa, setidaknya Karel dan Devita telah memperkenalkan kepada putranya bahwa olahraga itu penting dan memang harus dilakukan demi menjaga kesehatan.

"Vano capek gak sayang?." tanya Devita sembari mengelus rambut putranya yang sudah terlihat sedikit berantakan.

"Enggak ma, nanti kalau Pano capek, Pano minta gendong papa aja." jawab Vano dengan wajah polosnya.

"Dih apaan, mana ada olahraga minta gendong." protes Karel,  sedikit memicingkan matanya melihat sang putra.

"Mama." Vano mengadu kepada Devita dengan wajah melasnya.

Devita menatap tajam Karel, "Bilang aja nanti kalau papa gak mau gendong kamu, nanti mama kasih hukuman." ucap Devita membela putranya.

Mendengar pembelaan dari sang mama, Vano langsung memasang wajah gembira sembari menjulurkan lidahnya ke arah Karel.

"Iya deh iya, mending kita beli sarapan dulu biar anak papa yang satu ini kuat sampai nanti pulang ke rumah." ajak Karel seraya menggiring anak dan istrinya untuk menghampiri penjual bubur ayam untuk sarapan.

Devita dan Vano pun menurut arahan Karel, mereka bertiga duduk di bangku dan meja yang telah di sediakan.

"Mang tiga porsi ya mang, yang satu setengah porsi aja sama pesen air mineral tiga." pesan Karel kepada penjual bubur ayam.

"Iya A, di tunggu dulu ya." jawab penjual bubur ayam.

"Vano bilangin papa tuh, jangan main handphone mulu." bisik Devita kepada Vano agar putranya itu menegur sang suami. Jujur Devita sangat kesal jika waktu quality timenya di ganggu oleh hal-hal yang berbau dengan ponsel.

Vano memegang tangan papanya, "Papa handphonenya jangan dimainin kata mama." ucap Vano yang langsung direspon oleh Karel dengan cepat-cepat memasukan ponselnya di saku celana.

"Oh Iya maaf ya sayang-sayangnya papa, tadi papa gak sengaja." ucap Karel seraya mengelus kepala Vano dan mengelus punggung Devita yang saat ini posisi duduknya berada di samping Vano.

"Dev, Vano sabtu depan ada acara di sekolah?." tanya Karel menatap istrinya yang masih terlihat agak kesal.

"Enggak." jawab Devita dengan singkat, padat, jelas.

Karel menghela nafasnya pelan, yang ada di pikirannya saat ini adalah pasti Devita marah karena dirinya yang bermain ponsel tadi dan bisa di pastikan istrinya akan merajuk sampai seharian.

"Yaudah sabtu depan temenin aku tanding basket sama anak kampus ya, Vano ikut juga ya." tutur Karel.

"Iya." ucap Devita.

Karel semakin garuk-garuk kepala, gawat ini mah kalau sampai malam seperti ini pikirnya.

"Punten Aa teteh, ini buburnya silahkan dimakan." ucap penjual bubur ayam sembari menata mangkok di depan Karel, Vano, dan Devita.

"Makasih ya Mang." ucap Devita yang langsung dibalas dengan anggukan sopan oleh sang penjual.

"Vano, makannya mau di suapin mama atau makan sendiri?." tanya Devita dengan sangat ramah kepada putranya, sangat jauh berbeda ketika ia merespon ucapan Karel tadi.

"Vano minta suapin mama aja boleh? soalnya buburnya masih panas mama." tanya Vano dengan lembut.

"Boleh dong, sini mama suapin punya kamu dulu ya." Devita mengambil alih mangkok Vano untuk di pegang dengan tangannya lalu sedikit menyisihkan bubur di sendok kemudian ia biarkan agar buburnya tidak terlalu panas. Hal itu ia lakukan karena meniup makanan dalam agama sangat tidak dianjurkan.

Rahasia DeKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang