Happy Reading Guys!
Di pagi yang cerah ini, suasana Kota Semarang masih sangat dingin. Meskipun begitu, cuaca yang dingin tidak menyurutkan niat Devita untuk bangun pagi, ia tidak mau di cap sebagai anak malas di depan keluarga besarnya, bisa-bisa ia di sindir habis-habisan oleh saudaranya yang lain.
Seperti saat ini contohnya, setelah sholat subuh berjamaah di mushola kecil yang terletak di belakang rumah eyang Lina, saat ini Devita sudah berkutat dengan bumbu dapur untuk memasak bersama dengan para wanita lainnya.
Para wanita memang ditugaskan untuk memasak. Sedangkan laki-laki, mereka bebas mau melakukan apa, ada yang sedang jogging, ngopi, baca koran, nonton TV, bahkan ada yang masih tertidur.
Mengenai Karel, ia masih tertidur di kamar bersama Vano. Katanya setelah sholat subuh tadi, ia tidak kuat dengan dinginnya udara pagi di Kota Semarang saat ini. Maka dari itu, ia memutuskan untuk kembali ke kamar dan melanjutkan tidurnya. Devita hanya mengiyakan saja permintaan suaminya itu, karena ia juga paham jika sejak kemarin Karel kurang istirahat, sebab perjalanan mereka menuju Semarang kemarin, mereka tempuh menggunakan jalur darat, yaitu menggunakan mobil. Kata Karel sih ia mau coba hal baru, toh juga kalau ia mengantuk di jalan, ia bisa bergantian menyetir dengan Devita.
"Wih cucu eyang pinter masak juga ternyata ya." puji eyang Lina kepada Devita, karena sedari tadi ia memerhatikan cara memasak Devita yang sangat cekatan.
"Ah eyang bisa aja, cuma begini doang mah semua orang juga bisa kali eyang." ucap Devita merendah.
To be honest, Devita kurang suka di puji, ia hanya takut terlena dan takut mengecewakan ekspektasi orang jika sewaktu-waktu ia gagal.
"Enggak kok, iya kan San, Devita itu pinter buat makanan yang macem-macem." ucap eyang Lina meminta persetujuan kepada mami Sani.
Mami Sani hanya tersenyum, "Iya bu, aku sampe pusing deh kalo Devita udah masak makanan orang luar negeri gitu, seringnya sih bilang mau nyoba doang, eh hasilnya malah jadi banyak banget." ujar mami Sani yang diakhiri kekehan.
"Yo rapopo to, biar dia bisa mengembangkan bakatnya di bidang masak juga San."
"Nggih bu. Eh tapi sebentar bu, aku mau ngurusin rendang disana dulu, itu kayaknya udah mau matang soalnya." ucap mami Sani yang langsung berjalan terburu-buru menghampiri kompor yang di atasnya terdapat wajan besar yang berisi rendang daging sapi yang sebentar lagi akan matang.
"Eyang eyang, sini cobain deh sayur buatan Selly, pasti enak." ucap Selly tiba-tiba mengampiri eyang Lina dengan antusias, tak lama kemudian ia mengandeng tangan eyang Lina dan mengarahkan eyang Lina ke arah panci yang berisi sayur sop yang ia buat sendiri tadi, ia tidak mau kalah dengan Devita, ia juga mau hasil masakannya di puji oleh eyang Lina.
"Wah mana sendoknya, sini eyang coba." balas eyang Lina ikut antusias menatap masakan Selly.
"Nih eyang, Selly suapin aja." Selly menyodorkan sendok yang berisi kuah sayur yang barusan ia buat.
Saat menerima suapan dari Selly, eyang Lina diam sebentar mencerna rasa dari masakan Selly. Namun beberapa detik kemudian, Eyang Lina sontak mendelik dan langsung berjalan cepat menuju wastafel dan kumur-kumur menggunakan air kran.
"Eyang, eyang kenapa?." ucap Selly yang panik menghampiri eyang ke dekat wastafel.
"Walah piye to nduk, kok asin banget, kamu lupa eyang punya darah tinggi?."
"Hah, asin?." gumam Selly bertanya pada dirinya sendiri.
"Iya, lain kali cobain dulu kalau kamu masak sesuatu. Udahlah mending sekarang gini aja, sayurnya kamu tambahin bumbu apa kek gitu biar rasanya gak asin lagi dan inget ya sayurnya jangan dibuang, nanti mubazir." ucap eyang Lina yang ternyata mendengar gumaman Selly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia DeKa
Подростковая литератураDevita, Karel dan Ivano Sebuah keluarga kecil yang bahagia, namun siapa sangka, tidak ada yang tau mereka adalah sebuah keluarga, karena memang se-epic itu mereka menyembunyikan pernikahan mereka dari hadapan publik. Jangan ada yang plagiat, dosa!