Part 40

13.8K 1K 52
                                    

Happy Reading Guys!

Waktu demi waktu, detik demi detik. Devita nikmati segala gelombang cinta yang anaknya berikan. Begitupun dengan Karel, tak pernah sedetik pun terlepas dari pandangan Devita.

Pria yang akan menjadi ayah dua anak itu selalu setia dan siaga menjaga istrinya yang sedang mengalami kontraksi sejak semalam. Tangannya tak lepas dari tubuh Devita, entah itu mengelus, memijat atau hanya sekedar menggenggam.

Dalam satu hari ini, mereka banyak di penuhi suasana yang tidak bisa di prediksi. Terkadang panik, cemas, takut, senang dan masih banyak lagi. Namun juga terkadang ada moment di mana Devita terhibur dengan ekspresi dari suaminya.

Hingga pada akhirnya Devita menyerah dan menyetujui saat dibujuk Karel untuk pergi menuju rumah sakit tempat Devita biasa di periksa.

Di dalam perjalanan tak jarang Devita kerap meremas lengan atau paha Karel secara tiba-tiba saat gelombang cinta itu datang. Di saat-saat seperti itu lah Karel sangat terlihat paniknya, padahal istrinya hanya memasang wajah datar sembari mengatur nafas. Namun Karel tetaplah Karel, ia tak akan bisa tenang melihat orang dicintainya sedang kesakitan sepeti itu.

Saat tiba di basement rumah sakit, Karel langsung membawa Devita untuk segera menuju ke ruangan dokter tempat mereka biasa check up.

"Rel sebentar." ucap Devita tiba-tiba yang berhenti dari jalannya.

Karel langsung menoleh ke arah istrinya dan kembali sigap menenangkan istrinya yang sedang menikmati gelombang cinta yang datang kembali

"Gapapa tenang-tenang, atur nafasnya ya, kita tunggu sampai perutnya udah enakan." ucap Karel menenangkan Devita dengan wajah dirinya sendiri yang sangat ketara bahwa ia sedang dilanda kepanikan.

Devita melirik sebentar ke arah suaminya. "Kamu tuh yang harusnya tenang, liat aja ekspresi kamu di kaca." ledek Devita sembari menahan sakit.

Karel langsung menormalkan ekspresinya, "Yeu apasi, aku tenang kok ini, cuma agak kaget aja kamu tiba-tiba berhenti." ucap Karel dengan tangan yang masih setia mengelus sekitaran pinggang Devita.

Devita agak menegakkan tubuhnya, "Dah yuk udah mendingan, ayo ke ruangan dokternya, takut kontraksinya keburu dateng lagi." Devita menggandeng Karel dengan sedikit cepat walau agak sedikit kesusahan berjalan.

"Pelan-pelan aja sayang, perut kamu udah turun gitu aku ngeri liatnya." Karel berjalan cepat menyeimbangi langkah kaki Devita.

Saat tiba di ruangan dokter, mereka langsung di sambut dengan hangat. Dokter tersebut sudah berumur memang, dokter bernama Dokter Wina itu juga merupakan dokter yang membantu persalinan Vano dulu. Bahkan Devita sudah dianggap seperti anaknya sendiri karena memang katanya Devita seumuran dengan anak pertamanya.

"Halo sayang, wah cucu dokter mau lahir nih ya. Dari tadi Karel nanya-nanya mulu ke dokter." ucap Dokter Wina dengan merangkul dan mengelus perut Devita.

Yups memang sedari subuh tadi, Karel selalu kontak-kontakan dengan Dokter Wina untuk bertanya apa saja yang harus ia lakukan untuk menghadapi istrinya yang sedang kontraksi, karena sejujurnya Karel kebingungan sebab Devita susah sekali dibujuk untuk pergi ke rumah sakit.

"Iya nih kayaknya dok, kenceng mulu perutnya."

"Yaudah yuk gausah lama-lama deh, dokter cek aja langsung ya, yuk Karel bantu istrinya tiduran di brankar." setelah mempersilahkan, Dokter Wina langsung bersiap-siap dengan peralatan dokternya seperti memakai sarung tangan dan lain-lain.

Karel juga langsung membantu Devita untuk naik ke atas brankar dan membantu menyingkapkan baju Devita hingga perut besarnya terlihat jelas tanpa sehelai benang pun.

Rahasia DeKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang