Happy Reading Guys
Setelah selesai makan, Karel dan Devita segera bergegas untuk ke rumah oma Ina untuk menjemput Vano. Tapi sayangnya semesta sedang tidak berpihak kepada mereka, saat di tengah jalan tiba-tiba langit berubah menjadi mendung dan rintik hujan pun perlahan mulai turun.
"Sayang ini kita neduh dulu ya." ajak Karel dengan sedikit berteriak agar Devita mendengar suaranya yang teredam oleh laju kendaraan lain.
"Jalan lagi aja, aku gapapa kok." balas Devita sembari menundukan kepalanya di balik punggung Karel agar wajahnya tidak terkena air hujan.
Karel pun menghembuskan nafasnya pelan, tanpa banyak bertanya kepada Devita. Ia langsung menepikan motornya di depan ruko yang sudah tutup lama, terlihat dari lingkungan sekitarnya yang sudah sangat kumuh.
Tapi tidak perduli tentang kondisi ruko itu, yang Karel pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar istrinya tidak kehujanan.
"Ih kamu mah, terobos aja hujannya." gerutu Devita yang sedang digiring Karel menuju depan ruko.
Karel tidak menjawab ucapan Devita, ia hanya diam saja. Lelah rasanya menjawab ucapan wanita yang kekeuh dengan apa yang dia mau. Begitupun Devita, akhirnya karena tidak mendapat respon baik dari suaminya, Devita pun ikutan diam.
Hampir tiga puluh menit mereka bertahan dengan keterdiaman. Tiba-tiba Devita bergerak mendekat ke arah Karel. Sejujurnya ia takut dengan ruko tempat ia berteduh saat ini. Penerangannya sangat amat minim, kondisinya sangat tidak terawat, dan yang paling parah adalah tidak ada orang di sekitar mereka ditambah kondisi langit yang sudah mulai gelap. Devita jadi takut sendiri, berulang kali ia mengusap lengannya dan menengok kanan kiri karena was-was.
"Kamu ngapain?." tanya Karel akhirnya buka suara, ia bingung sendiri melihat istrinya yang gelisah.
"Jalan lagi yuk." ajak Devita tiba-tiba.
Karel mengernyitkan keningnya, "Kamu gak liat tuh hujannya makin deras?."
"Ish." kesal Devita lalu kembali diam.
Brak
Sontak Devita langsung menggenggam erat lengan Karel. Ia celingukan mencari sumber suara. Sesaat kemudian ia menghembuskan nafasnya lega karena ternyata suara tersebut berasal dari kucing yang tidak sengaja menjatuhkan kardus.
"Kamu kenapa jadi kagetan gitu?." tanya Karel menengok ke arah istrinya.
"Ayo pindah Karel." rengek Devita sembari menggoyangkan lengan Karel.
"Aku takut, aku gak mau disini." adu Devita.
Karel bukannya menjawab, ia malah membawa Devita dalam pelukannya, ia memeluk istrinya dengan sangat erat.
"Udah gini aja, kalau kamu takut atau denger suara-suara lagi, ngumpet aja di dada aku." ucap Karel sembari menyandarkan kepalanya di atas kepala Devita.
"Terus kita sampai kapan kayak gini, aku mau pulang." keluh Devita dengan gumaman yang masih bisa di dengar oleh Karel.
"Sabar, nanti kalau udah reda kita mampir dulu ke masjid buat sholat maghrib baru habis itu kita langsung pulang." balas Karel dengan tenang.
"Hmm." gumam Devita sembari mencari kenyamanan di dada bidang Karel.
Karel pun juga turut mengelus punggung dan kepala istrinya. Mereka saling berpelukan menikmati suasana sore menjelang malam dengan saling memberikan ketenangan dan kehangatan.
......
Sekitar jam setengah sembilan, Karel dan Devita akhirnya sampai di depan rumah mama Ina. Kali ini Karel dan Devita sepakat untuk menginap dulu di rumah mama Ina karena mengingat hari yang sudah lumayan malam, kasihan jika Vano pulang ke rumah dengan kondisi udara yang dingin dan naik motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia DeKa
Teen FictionDevita, Karel dan Ivano Sebuah keluarga kecil yang bahagia, namun siapa sangka, tidak ada yang tau mereka adalah sebuah keluarga, karena memang se-epic itu mereka menyembunyikan pernikahan mereka dari hadapan publik. Jangan ada yang plagiat, dosa!